40

3.2K 378 28
                                    

Pagi ini Lino tidak membangunkan Lia. Laki-laki itu sudah pergi saat Lia bangun dari tidurnya.

Semalam Lia tidur di sofa . Sebenarnya masih ada satu kamar lagi. Tapi ia tertidur saat menunggu Lino, berharap suaminya itu keluar dari kamar dan bersedia mendengar penjelasannya.

Meski begitu Lino tetap memberi perhatian pada Lia. Ia menutup tubuh sang istri dengan selimut.

Ia harus menemui Lino dan menjelaskan semuanya.






















































Lino menatap foto-foto tersebut dengan penuh emosi, ia harap ini hanya rekayasa. Sekeras apa pun ia berusaha untuk tidak mempercayai, tapi tak bisa nyatanya jelas sekali foto ini asli tanpa tersentuh penyuntingan sama sekali. Ia tidak bodoh untuk mengetahui hal seperti ini.

Foto ini di ambil seminggu yang lalu. Lino ingat, malam itu saat ia pulang dari Bali, Lia sedang pergi dan setengah jam kemudian Lia pulang. Alasannya saat itu menghadiri acara ulang tahun temannya. Benarkah begitu? Lino bahkan masih ingat dress putih yang Lia kenakan malam itu sama seperti di foto tersebut.

Lino mendesah, menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi lalu memejamkan matanya. Mungkin tidak akan sesakit ini jika saja ia tidak dengan mudahnya memberikan seluruh hatinya untuk Lia. Benar kata orang, lebih baik sakit gigi dari pada sakit hati. Dulu ia tidak mempercayai kata-kata tersebut, karena belum pernah merasakannya.

Lino membuka matanya saat mendengar suara pintu terbuka. Bukannya menyambut seseorang yang datang tersebut. Lino malah menyibukan diri dengan berkas-berkas yang ada di atas meja kerjanya.

"Lino. Aku jelasin semuanya!" Ucap Lia sembari mendekat ke arah Lino.

Laki-laki itu bergeming.

"Waktu itu Lucas dateng terus tiba-tiba meluk dari belakang." Tak peduli Lino mendengarkan atau tidak, Lia tetap akan menceritakan kejadian malam itu. Jangan biarkan Lino salah paham terlalu lama! "Dia narik tangan aku terus mojokin aku ke mobil dan maksa buat nyium aku. Tapi aku tahan, kita gak sampai ciuman." Tutur Lia gugup. Apalagi melihat ekspresi wajah Lino yang tampak begitu menakutkan di matanya saat ini. Jelas sekali Lino sangat marah padanya.

Lino sama sekali tak memandang Lia, sepanjang wanita itu berbicara. Meskipun begitu ia tetap mendengarkan. Tadi malam ia begitu emosi hingga tak memberi kesempatan untuk Lia menjelaskan.

"Pulang! Aku lagi sibuk." Ucap Lino tanpa melihat ke arah Lia.

"NO, AKU BICARA JUJUR. Aku udah gak ada hubungan lagi sama Lucas."

"Kamu ada kelaskan? Tiga puluh menit lagi di mulai. Jangan sampai telat!"

"Terserah kamu mau percaya atau nggak! Aku udah jujur sama kamu. Aku gak pernah seolah cinta sama kamu. Aku lakuin semua itu karena aku....."

Aku.....- Lino.

"Aku cinta sama kamu." Jantung Lia bergemuruh saat mengucapkan kalimat tersebut.

Sebuah pernyataan yang sangat Lino nantikan. Namun sayang sang wanita selalu menahannya meskipun sangat jelas ia telah merasakannya.

Benarkah? - Lino.

Dada Lia terasa nyeri setelahnya. Pernyataan cintanya tak mampu membuat laki-laki itu menatap ke arahnya. Mungkin Lino tak percaya, dalam keadaan seperti ini ia baru mengungkapkannya. Terkesan ia mengatakannya hanya untuk meredakan amarah laki-laki itu saja.

Selama ini ia menahannya karena butuh waktu sedikit lagi untuk memastikan jika ia memang benar-benar telah mencintai Lino. Dan sekarang ia tak ragu lagi dengan perasaannya.

Lino's LiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang