2

6.4K 541 60
                                    

Hiks...hiks...

Sejak siang tadi sepulang dari kantor ayahnya, Lia mengurung diri dikamar dan tak henti-hentinya menangis.

Tok tok tok

"Non, buka pintunya! non-kan dari siang belum makan, nanti kalo sakit bagaimana?" Teriak salah satu asisten rumah tangga.

Entah sudah berapa kali para asisten rumah tangga bergantian mengetuk pintu kamarnya, membujuknya untuk makan. Padahal ia sudah memperingati mereka untuk tidak mengganggunya.

Bukankah bagus kalo ia sakit? mungkin ayahnya akan membatalkan rencana pernikahan tersebut.

"Kenapa Sar?" Tanya Agung yang baru pulang dari kantor.

"Anu tuan, non Lia dari siang belum makan, gak mau keluar dari kamar."

"Sayang, ayo buka pintunya! daddy mau bicara." Kali ini Agung yang akan turun tangan.

"GAK MAUUU, POKOKNYA AKU GAK MAU KELUAR! KALO DADDY TETEP MAKSA AKU BUAT NIKAH."

"Cepet buka pintunya!!! atau daddy nikahkan kamu malam ini juga!"
Gertak Agung. Jujur saja ia tidak mungkin menikahkan putrinya saat ini juga, masalahnya Lino belum mengiyakan. Ada kekhawatiran Lino akan menolak lamarannya. Mau ditaruh dimana mukanya nanti, kalau putrinya tahu rencana pernikahan yang digadang-gadang ayahnya selama ini belum ada kepastian.

Lia mendengus kesal, kalau sudah begini ia sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi. Terpaksa ia buka pintu kamarnya yang dikunci.

"Hiks...d-daddy tega...hiks..."

Agung duduk disisi ranjang memeluk putrinya dan mengelus lembut rambutnya, "daddy lakuin ini demi kebaikan kamu sayang."

"GAK, pokoknya aku gak mau nikah,hiks..." Lia melepas pelukan ayahnya dan menyembunyikan dirinya dalam selimut. "aku udah punya pacar, aku cinta sama dia."

"Daddy udah pernah bilangkan, daddy gak suka sama anak itu. Pokoknya mulai sekarang kamu gak boleh ketemu dia lagi!"

"Kenapa sih daddy gak suka? dia baik, dia sayang sama Lia, dia juga selalu perhatian sama Lia."

"Kalo dia baik dan sayang sama kamu, harusnya dia usaha dong buat dapet restu dari daddy. Tunjukin ke daddy kalo dia pantes buat kamu, bukannya malah pengaruhin kamu hal-hal negatif. Sekarang kamu liat, gimana kacaunya kuliah kamu?emang kamu gak malu apa hah? Tiga semester ini kamu ngulang terus kuliah kamu."

Bukannya Lia bodoh, hanya saja ia terlalu malas untuk belajar dan banyak membolos menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bermain. Harusnya saat ini ia memasuki semester akhir, tapi ia masih harus mengulang mata kuliah dari semester Lima.

Lia membuka selimut yang menutup wajahnya. "OKE...Aku putusin Lucas sekarang juga! tapi Lia mohon batalin rencana pernikahannya yaa!"

"Kamu gak penasaran apa sama calon suami kamu? Dia ganteng lohh..." goda sang ayah.

"OGAH!"

"Udah ganteng, baik, pinter, pekerja keras lagi. Husband material banget pokoknya, nyesel lohh... kalo nolak."

"BODO!"

Satu hal, melamar Lino untuk menjadi menantunya bukanlah sebuah keterpaksaan karena keputusasaan mengurus putri semata wayangnya itu. Kalau pun Lia mendapat penilaian bagus dari setiap semesternya, ia tetap berharap Lino-lah yang menjadi pasangan hidup putrinya suatu hari nanti.

Sudah cukup lama ia mengenal Lino, dan menaruh perhatian lebih pada anak itu. Ia kagum dengan kepribadiannya. Lino salah satu karyawan andalannya, ia sangat puas dengan hasil kerjanya selama ini, tak ragu ia pun memberikan jabatan prestisius dikantor.

Lino's LiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang