33

4.5K 379 24
                                    

Bugh

Lino mengerjapkan matanya saat sesuatu menghantam wajahnya tepat dibagian hidung membuatnya meringis kesakitan. Ia meraih sebuah tangan yang menjadi tersangka utama dalam penyerangan di waktu tidurnya. Tidak perlu ditanyakan lagi siapa pemiliknya.

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah Lima pagi. Suara adzan subuh sedang berkumandang. Lino mendudukkan tubuhnya dan menyandarkannya di kepala ranjang. Ditatapnya sang istri yang masih terlelap. Ia menarik selimut di tubuh Lia yang hampir saja turun menampilkan keindahan yang membuatnya seperti seorang bayi. Lalu ia segera beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi.

Rasa perih terasa saat air dari shower jatuh membasahi punggungnya. Kulitnya lecet tergores kuku Lia yang panjang. Wanita itu begitu kuat mencengkram punggungnya.

Bukannya kesal Lino malah menarik sudut bibirnya. Ingatannya kembali ke pergulatan panas mereka beberapa jam yang lalu. Membayangkannya saja membuatnya bergairah. Secepatnya ia ingin mengulangnya lagi. Sejujurnya, ia belum cukup puas melakukannya. Setidaknya ia butuh satu ronde lagi tapi melihat Lia tampak kelelahan, ia tidak tega untuk memintanya lagi. Mungkin di lain waktu ia akan melakukannya sampai benar-benar terpuaskan.

Selesai menunaikan kewajibannya sebagai umat beragama. Lino membangunkan Lia sebagai rutinitas wajibnya setiap pagi. Ia punya caranya tersendiri agar Lia cepat bangun.

Lino duduk di samping Lia, menurunkan tubuhnya mendekat ke tubuh Lia. Ia ingin memandangi wajah cantik bidadari surganya terlebih dahulu. Membelai pipinya dengan halus. Ibu jarinya terulur mengusap bibir mungil Lia yang sedikit membengkak karena permainannya yang cukup intens. Ah sial, gairah itu muncul lagi. Tapi tidak, ia harus menahannya.

"Sayang bangun!" Bisik Lino.

Dengan isengnya Lino mengecupi dan menghisap leher Lia tanpa meninggalkan jejak. Sudah terlalu banyak tanda merah di tubuh Lia, ia tidak ingin menambahnya lagi. Cara ini cukup efektif membuat Lia bangun karena merasa kegelian. Bisa saja ia menggelitiknya menggunakan tangan tapi efeknya berbeda tidak secepat menggunakan bibir. Hal ini sering membuat Lia kesal, dan selalu mencibirnya dengan sebutan mesum.

Sepertinya memang benar, ia tidak menyangkalnya. Ia mencumbu seorang wanita saat sedang tidur. Mau bagaimana lagi jika sekedar menepuk-nepuk atau mengguncang-guncang tubuh Lia sembari bersuara dengan keras menyuruhnya untuk bangun itu mambutuhkan waktu lama ia malas melakukannya. Kalau ada yang gampang kenapa harus milih yang susah. Lagi pula istri sendiri yang dibangunkan anggaplah sambil menyelam minum air.

"Eunggg.......akh." Lia meringis kesakitan di area bawah tubuhnya saat menggeliat.

"Bangun sayang udah pagi!"

Lia mengerjapkan matanya. Hal pertama yang ia lihat saat matanya terbuka sempurna adalah senyuman manis serta wajah tampan sang suami. Seperti sebuah magnet ia pun ikut menarik sudut bibirnya.

Lino mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir yang telah membuatnya kecanduan.

Satu kali

Dua kali

Tiga kali

















































CUKUP!

Lia mendudukkan tubuhnya. Tangannya ia letakkan di dada menahan selimut agar tidak jatuh. Lalu melilitkan tubuhnya dengan handuk yang diberikan oleh Lino. Tanpa perlu diminta Lino membantu Lia menuju kamar mandi dengan menggendongnya.

"Sakit banget ya sayang?" Tanya Lino karena Lia meringis kesakitan saat ia mengangkat tubuhnya.

"Banget." Ucap Lia manja. Tangannya ia kalungkan ke leher Lino.

Lino's LiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang