Lima belas minggu kemudian...
"Keren lo No, bisa gaet perusahaan XX buat kerjasama sama perusahaan kita." Puji Chan. "Setahu gue, tuh perusahaan susah banget buat diajak kerjasama."
"Gue juga gak nyangka segampang itu ternyata."
Drrrt...drrrt...
Lino merogoh saku jasnya karena ponselnya bergetar. Lino tersenyum, nama sang istri tertera di layar ponselnya.
"Halo sayang."
"Sayang..."
"Iya sayang, kenapa? Kamu mau sesuatu?"
"Akh....." Terdengar suara Lia yang seperti kesakitan.
"Sayang kamu kenapa?"
"Aku jatuh."
"Jatuh? Sayang kamu gak bercandakan?"
"Sakiiit..." Rintih Lia.
Tanpa banyak berpikir, Lino segera berlari keluar dari kantornya menuju apartemennya. Chan ikut panik melihat Lino pergi meninggalkannya begitu saja. Sesuatu yang buruk pasti telah terjadi. Ia pun lantas melangkahkan kakinya menyusul Lino.
Hampir saja Lino tertabrak mobil yang melintas karena terburu-buru ingin menyebrangi jalan tanpa melihat kanan kiri. Pikirannya kacau memikirkan Lia.
"SAYANG!" Teriak Lino memanggil sang istri begitu sampai di apartemennya. Ia telusuri setiap sudut apartemennya hingga ia mendapati Lia tergeletak di lantai kamar mandi tak sadarkan diri. Tubuh Lino lemas seketika hingga meluruh ke lantai. Ia tak kuasa menahan air mata. "SAYANG BANGUN SAYANG! BUKA MATA KAMU! JANGAN TINGGALIN AKU! SAYANG, SAYANG.....""No, Lino, bangun woy!" Bangunkan Chan sembari mengguncang tubuh sahabatnya itu.
Perlahan Lino pun membuka matanya. "LIA." Teriak Lino sembari mendudukan tubuhnya.
"Mimpi buruk lo?"
Lino mengedarkan pandangannya, ia baru sadar yang barusan terjadi itu hanyalah mimpi. Saat ini ia sedang berada di Jepang bersama Chan karena urusan pekerjaan. Lino menghembuskan napas lega. "Gila ya, nakutin banget mimpi gue."
"Makanya baca doa dulu sebelum tidur."
Lino tadi tertidur selesai meminum obat pereda sakit kepala selepas meeting. "Mau kemana lo?" Tanya Lino melihat Chan berpakaian rapi.
"Nyari makan, laper gue sekalian jalan-jalan mumpung lagi di luar negeri. Ikut gak lo?"
"Gak deh, mager gue."
"Yaudah, entar gue beliin makanan buat lo deh kalo ada yang enak."
Tringg...
Ponsel Chan berdering, ia pun segera mengambil ponselnya yang sedang mengisi daya di dekat televisi. "Tante Suzy..." Ucap Chan melihat nama di layar ponselnya. "Halo tante..."
"Chan, Lino ada sama kamu?"
"Ada."
"Tante mau ngomong."
Chan pun memberikan ponselnya pada Lino.
"Bunda."
"Dari tadi bunda telepon kamu tapi gak diangkat-angkat, lagi meeting?"
"Nggak, aku lagi tidur. Kayaknya HP-nya masih aku silent lupa gak diaktifin lagi selesai meeting. Emang ada apa bun? Lia gak kenapa-napakan?"
"Lia udah pecah ketuban."
"P-PECAH KETUBAN KOK BISA?" Lino panik. Jelas, mimpi buruk yang baru saja terjadi masih lekat diingatannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/224522287-288-k891321.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lino's Lia
Fanfic17+ (young-adult) ".....dia butuh laki-laki yang bisa membimbingnya jadi lebih baik, dan mencintainya dengan tulus. Saya rasa itu kamu orangnya." #1 lino 6 agustus 2020 #2 lia 25 agustus 2020 #2 jyp 7 Desember 2020 #1 minho 30 desember 2020 #1 hyunj...