Pagi ini suasananya terasa dingin, tidak hangat seperti kemarin. Lino mendiami Lia gara-gara semalam tidak mendapatkan haknya sebagai suami. Baru kali ini Lia menolaknya, tidak masalah sebenarnya jika Lia memang sedang tidak ingin disentuh. Tapi, tidak adakah alasan yang lebih halus? Tidak menusuk seperti itu.
"Sayang, maaf!"
Lino bergeming.
"Nanti malam ya." Ucap Lia ragu. Tadi pagi pun saat Lino membangunkannya, hidungnya masih abnormal. Ia takut berdosa pada Lino karena tidak melaksanakan kewajibannya sebagai seorang istri. Tapi mau bagaimana lagi, ia tidak tahan lagi berada dekat dengan Lino.
"Aku berangkat." Ucap Lino dingin begitu selesai sarapan.
"Sayang....."
Lino meninggalkan Lia begitu saja tanpa sebuah kecupan di kening.
Malam harinya.....
"Kenapa?" Tanya Lia heran tiba-tiba Lino menyingkir dari atas tubuhnya.
"Udah gak pengen." Ucap Lino dingin. Ia terpaksa mengakhiri aktivitas seksualnya karena merasa Lia tidak nyaman berada di bawahnya. Ia memakai kembali pakaian bagian atasnya yang sempat ia lepas.
"Sayangkan belum....."
"Aku udah."
Lia pun segera turun dari ranjang memeluk Lino, menahan suaminya itu yang hendak keluar dari kamar. "Sayang jangan pergi!" Jujur sebenarnya ia tidak ingin dekat-dekat dengan Lino apalagi memeluknya seperti ini, sangat menyiksa hidung dan perutnya. Mungkin ia harus bisa menahan diri dengan ketidaknormalan ini agar Lino tidak tersinggung. Lama-lama pasti terbiasa. "Sayang aku belum, ayo lanjutin lagi!" Ia sangat merasa bersalah tidak bisa melayani suaminya dengan baik. Untuk berciuman saja rasanya susah, mulutnya kaku. Lino pasti kecewa.
Lino mendorong tubuh Lia pelan. "Kalo gak mau jangan dipaksa!" Lalu Lino pun berlalu meninggalkan Lia. Ia lebih memilih menyibukan diri dengan pekerjaannya di ruang TV yang sengaja ia tinggalkan sebelumnya.
Sementara Lia, ia mengacak-acak rambutnya frustasi. Sepertinya besok ia harus kerumah sakit, mungkin ia terkena syndrome aneh. Tidak menyukai aroma tubuh suami secara tiba-tiba.
"Udah kayak orang hamil aj.....bentar! Jangan-jangan gue....." jantung Lia seketika berpacu dua kali lipat. "Masa gue hamil sih?"
"Nggak-nggak, gue gak hamil."
Lia berusaha menyingkirkan prasangka tersebut. Tapi tidak bisa, terlalu banyak hal yang mengarah ke arah tersebut. Mulai dari berat badan yang naik karena nafsu makan yang meningkat, menstruasi yang tak kunjung datang dan indera penciuman yang tak normal saat berada dekat suami. Hal tersebut bukan sesuatu yang aneh bagi wanita yang sedang hamil.
Kenapa Lia baru menyadari hal-hal tersebut? Khusus kenaikan berat badan, ia fikir karena sedang bahagia saja.
Apa ia harus katakan pada Lino?
Tidak, ia belum siap.
Semoga saja tidak.
Lino butuh udara segar, keluar sebentar untuk makan siang mungkin akan melegakan dadanya yang terasa sesak. Ia ingin mengajak kedua sahabatnya makan siang di cafe. Sudah lama juga tidak makan siang bersama. Sebulan terakhir ini ia lebih sering makan siang bersama Lia di ruangannya atau di luar. Biasanya Lia datang ke kantornya sepulang kuliah. Tapi sudah hampir seminggu Lia tidak melakukannya.
Baru saja Lino bangun dari kursi kebesarannya, seseorang datang membuka pintu ruangannya.
"Makan siang yuk No! Cafe." Ajak Changbin.
Kebetulan sekali.
"Ayo! Lo traktir gue ya!"
"Yang ada lo yang harus traktir gue!"
"Chan mana?"
"Gak masuk, lagi sakit."
"Ooh."
"Lo tetangganya gak tau."
"Kemarinkan baik-baik aja, nanti deh gue tengok."
Lino dan Changbin duduk dipinggir dekat jendela. Entah kenapa posisi ini selalu menjadi favorit saat berkunjung ke cafe. Siang ini Lino sedang ingin makan yang manis-manis, berharap harinya yang pahit berubah menjadi manis.
"Lemes amat No?" Kata Changbin.
"Lia kenapa ya? Aneh banget."
"Aneh gimana?"
"Kayak jijik gitu kalo sama gue."
"Jijik gimana?"
"Lia gak mau deket-deket sama gue, katanya mual."
"Belum mandi kali lo."
"Apaan? Gue rajin mandi lohhh."
"Bukannya Lia nempelin lo mulu ya kayak cicak?"
"Gak ada yang bagusan apa selain cicak?" Lino tidak terima istrinya yang cantik, manis nan imut disamakan dengan cicak. Ia jadi merasa geli sendiri membayangkan Lia adalah cicak yang menempeli tubuhnya. Ia memang memiliki ketakutan terhadap banyak hewan. "Koala kek biar sama-sama imut!"
"Serah lo deh!"
"Lo kayak gak makan tiga hari Bin?" Tanya Lino melihat sahabatnya makan begitu lahap.
"Gue laper banget, tadi pagi gak sempet sarapan. Bangun kesiangan gue, untung gak telat."
Tadi pagi juga Lino tidak sarapan, bukan karena bangun kesiangan tapi karena tidak bernafsu.
Pulang kuliah Lia langsung meluncur menuju apotek untuk membeli Test Pack. Ia sangat penasaran, apa benar ia sedang hamil? Ia membeli beberapa macam Test Pack dari merk yang berbeda dengan tingkat akurasi yang tinggi. Tidak sabar menunggu besok pagi. Sebenarnya bisa saja memeriksanya langsung ke dokter kandungan, tapi ia urung melakukannya. Entahlah.
Selesai dari apotek ia melajukan kembali mobilnya menuju kantor Lino. Tapi sebelumnya ia ingin membeli makanan dulu di cafe seberang kantor. Semenjak tinggal di apartemen, ia jadi sering mengunjungi cafe tersebut. Selain makanannya enak, tempatnya juga bagus. Sudah lama juga tidak makan bersama. Akhir-akhir ini ia lumayan sibuk dengan tugas kuliahnya. Selain itu, akhir-akhir ini juga sering terjadi drama diantara mereka berdua.
Begitu keluar dari mobil ia dihadapkan sesuatu yang membuat hatinya sedikit nyeri.
Lino sama siapa? - Lia.
Ia melihat Lino sedang duduk bersama seorang wanita di dalam cafe. Ia baru melihat wanita itu. Tampaknya obrolan mereka sangat seru, terlihat keduanya saling melempar senyum dan bercanda tawa. Perbincangan apa yang dilakukan keduanya?
Tanpa terasa air mata jatuh membasahi pipinya. Tadinya Lia ingin melabrak Lino, tapi tidak jadi begitu Lino melihatnya yang mematung di parkiran. Ia juga malu bercucuran air mata seperti ini di tempat umum. Entah mengapa air matanya mudah sekali keluar. Ia pun kembali masuk ke dalam mobilnya lalu pergi meninggalkan cafe tersebut. Pikiran negatif bermunculan di kepalanya.
Tbc.
No, kamu gak macem-macemkan???
🤨
KAMU SEDANG MEMBACA
Lino's Lia
Fanfiction17+ (young-adult) ".....dia butuh laki-laki yang bisa membimbingnya jadi lebih baik, dan mencintainya dengan tulus. Saya rasa itu kamu orangnya." #1 lino 6 agustus 2020 #2 lia 25 agustus 2020 #2 jyp 7 Desember 2020 #1 minho 30 desember 2020 #1 hyunj...