17

4.1K 438 22
                                    

"Lo dipanggil daddy ke ruang kerjanya!"

"Oh,oke." Lino segera menutup laptopnya dan berkas-berkas yang ia bawa dari kantor.

Lia menuntun langkah Lino menuju ruang kerja sang ayah. Ini pertama kalinya jadi Lino tidak tahu dimana ruangannya.

"Daddy pinjem dulu suaminya sebentar!" Ujar Agung,melihat putrinya ikut duduk bersama mereka berdua. Bukannya tidak boleh,Agung pikir Lia pasti tahu apa yang akan dibicarakan. Tidak ada hubungan dengan dirinya.

"Lama juga gapapa,aku cuma pengen tahu Lino kalo manggil daddy apa?"

"Hm???"

"Itu pak,mulai sekarang saya akan manggil bapak,dengan sebutan daddy."

"Ooh."

"Yaudah praktekin! Gue mau liat."

Sementara Agung hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan anak dan menantunya. Ia senang melihatnya, sepertinya mereka sudah mulai dekat.

"Ehem,mmm dad-daddy manggil saya?" Tanya Lino,gugup.

"Pffff....Bhahaha...."

Kedua laki-laki tersebut menatap Lia heran. Adakah yang lucu?

"Lia!"

"Abisnya lucu pffff..."

"Udah-udah,Kasian suami kamu kupingnya merah itu!"

Iya,Lino saat ini tengah malu. Susah payah ia mengucapkannya,Lia malah mentertawakannya.

"Daddy mau bicarain masalah kerjaan sama Lino,kamu keluar dulu ya!"

"Iya dad,yang lama ya!" Lia pun keluar dari ruang kerja ayahnya. Hari ini kenapa ia sangat senang sekali,rasanya sudah lama tidak tertawa lepas.

"Maafin Lia ya no!"

"Iya pak eh daddy gak apa-apa."










































"Yahh,kok udah tidur sih? aku-kan mau main-main sama kamu Li." Lino membenarkan posisi tidur Lia. Ia menarik selimut hingga sebatas dada.

Lino duduk disamping Lia,ia turunkan tubuhnya mendekat kearah Lia dengan satu siku menumpu tubuhnya. Singkat, Lino mengecup kening Lia.

"Aku beneran sayang sama kamu Li." Ucap Lino,memandang wajah sang wanita dengan lekat sembari membelai lembut wajahnya.

"iya secepat ini,aku bisa sayang sama kamu." Lino mendaratkan bibirnya diatas bibir Lia sedikit lebih lama dibanding kecupan di kening tadi.

"Oh iya tadi kamu jahat banget sih ketawain aku? Pokoknya,kamu harus dihukum!" Ucap Lino sembari menekan hidung Lia pelan dengan jari telunjuknya.

Lino meraih ponsel Lia dan menyalakannya. Untung saja ia tahu sandi ponsel Lia,dengan leluasa ia bisa mengotak-atik ponsel tersebut.

























































Lia menggeliat merenggangkan tubuhnya. Ia merasa ruang geraknya terbatas,sangat menyesakkan. Terpaksa ia membuka matanya untuk melihat alasannya tidak bisa bergerak dengan leluasa.

Apa ini?

Kenapa ia dan Lino saling perpelukan?

Lia menarik tubuhnya memisahkan diri dari Lino. Namun apa yang terjadi?
Baru beberapa senti tubuhnya bergeser,Lino malah menarik kembali tubuhnya dan ngeratkan pelukannya hingga tidak ada celah diantara keduanya. Ditambah lagi kaki Lino ikut mengunci tubuh Lia. Saat ini Lia seperti halnya guling bagi Lino.

Lino's LiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang