"A, A, AMM..." Lia tersenyum lebar penuh kemenangan saat berhasil menjahili Lino. Ia pura-pura ingin menyuapi laki-laki itu dengan jeruk yang sedang ia makan. Namun begitu akan masuk ke dalam mulut Lino, ia menarik kembali tangannya kemali lalu memasukan ke dalam mulutnya sendiri.
"LINOOO!"
Lino tidak terima ia menggelitik Lia sebagai balasan. "Istriku jahil juga ya ternyata."
"LINO STOP!" Lia tidak tahan, ia memohon agar Lino segera berhenti menggelitiki pinggangnya.
Setelah puas akhirnya Lino berhenti. Ia menarik tubuh Lia agar bersandar pada tubuhnya.
"Sayang."
Lia mendongak menatap wajah Lino.
"Kenapa sih kamu tuh jutek banget sama aku pas baru banget kita dipasangin? Aku tahu sebenernya kamu tuh gak jutek orangnya." Tanya Lino meskipun sebenarnya ia tahu alasannya.
"Iyalah jutek pake nanya lagi. Aku gak suka sama kamu. Aku sedih loh dipaksa nikah."
"Gak suka tapi kok kalo ciuman gak nolak. Kenapa tuh?"
"Kata siapa aku gak nolak? Kamu main nyosor aja, gak nanya dulu."
"Hehe...iya sih. Kalo nanya dulu gak asik soalnya, kan sama istri sendiri. Yaudah pertanyaannya ganti, kenapa gak berontak?"
"Gak tau ahh...gak ada pertanyaan lain apa?" Lia mencebik. Kesal sekaligus malu jika dibahas.
Lia melanjutkan acara makan jeruknya.
"Sayang."
"Udah itu liat filmnya lagi seru!"
"Filmnya gak seru, lebih seru godain kamu." Kata Lino sembari mematikan televisinya.
"Sayang."
"APAA...?" Tanya Lia kesal.
"Gimana sih rasanya dipanggil sayang?"
Sejenak Lia berhenti mengunyah. Mencerna pertanyaan yang dilontarkan suaminya itu.
"Kok diem? Aku gak pernah dipanggil sayang soalnya. Eh ada deh yang manggil sayang."
"Siapa?"
"Cewek. Spesial banget pokoknya."
"Siapa?" Lia penasaran.
"Bunda."
Kirain siapa? - Lia.
"Nah itu gimana rasanya?"
"Seneng pastinya. Tapi kayaknya bakal lebih seneng lagi kalo dipanggil sayangnya sama istri. Coba deh kamu panggil aku sayang! Pengen tahu rasanya kaya gimana?" Pancing Lino.
Baiklah, Lia mengerti apa sebenarnya maksud Lino. Entah mengapa Lia masih saja gengsi untuk menyatakan perasaannya secara langsung. Maklumlah di awal ia yang sangat menolak pernikahan ini. Tapi siapa sangka belum genap sebulan ia sudah mulai mencintai laki-laki itu.
"A...." Lia mengulurkan tangan untuk menyuapi Lino dengan jeruk. Kali ini ia tidak sedang menjahili Lino ia benar-benar memasukannya ke dalam mulut Lino.
"Sekarang aku yang nanya, dari tadi kamu terus yang nanya."
"Tapi banyak yang gak dijawab."
"Jujur sama aku! Apa motivasi kamu nikah sama aku? Katanya kamu gak suka sama aku, tapi kok mau sih nikah sama orang yang kamu gak suka?"
"Kenapa itu mulu sih yang ditanyain?"
"Karena kamu belum jawab. Pertanyaan aku cuma satu tapi susah banget kamu jawab. Aku penasaran."
"Oke aku jujur....."
Ucapan Lino terpotong karena tiba-tiba ada panggilan masuk ke ponselnya.
"Halo."
"Iya halo, ini dengan bapak Herlino Aditya."
"Iya saya sendiri. Maaf ini siapa ya?"
"Saya kurir pak, mengantarkan paket untuk bapak."
"Paket?" Lino sedikit bingung, pasalnya ia tidak memiliki belanjaan online atau seseorang yang berencana mengiriminya sesuatu apalagi ke alamat rumahnya. "Tunggu ya saya ke bawah!"
"Baik pak saya tunggu."
Lino segera membukanya paket tersebut ia sangat penasaran pasalnya tidak ada nama pengirimnya.
"Flashdisk." Lino pun segera mengambil laptopnya.
Lia jadi ikut penasaran, ia duduk di samping Lino untuk melihat isi dari flashdisk tersebut. Keduanya terkejut saat berhasil membuka file yang ada di dalamnya.
"Maksudnya apa ini?" Tanya Lino datar sembari menatap tajam Lia.
"No..."
"Bilang kalau ini sebelum kita menikah!"
"No, ini gak seperti kamu pikirin." Lia panik. Bagaimana tidak, flashdisk tersebut berisi foto-fotonya bersama Lucas yang terlihat begitu mesra. Siapa yang memotretnya?
"Kamu selingkuh?" Tuduh Lino.
"Aku...aku gak selingkuh." Air mata mulai membasahi pipi Lia, rasanya sakit dituduh seperti itu jelas-jelas ia tidak melakukannya. Lucas yang tiba-tiba datang memeluknya lalu menarik tubuhnya. Sialnya, karena posisi pengambilan gambarnya terlihat seperti sedang berciuman.
"Aku ngerti sekarang, kenapa sikap kamu berubah seolah cinta sama aku. Ternyata ada yang kamu tutupin." Tanpa banyak bicara lagi Lino pergi dari hadapan Lia menuju kamarnya.
"Lino...hiks..." Lia mengikuti langkah kaki Lino. "Percaya sama aku, aku gak..." Lia tersentak kaget Lino menutup pintunya kasar tepat di depan wajahnya. Lia memutar kenop pintu tersebut tapi sayang Lino menguncinya.
"LINO BUKA PINTUNYA! DENGERIN PENJELASAN AKU DULU! hiks..." Teriak Lia sembari menggedor pintu tersebut. Laki-laki itu tak memberi kesempatan untuknya bercerita tentang kejadian yang sebenarnya.
Lino kecewa. Ia tidak menyangka Lia masih berhubungan dengan mantan kekasihnya itu. Atau mereka memang tidak pernah menjadi mantan?
Dibalik pintu bisa ia dengar isak tangis Lia. Ia tidak peduli, hatinya lebih sakit. Inikah balasan untuk ketulusan cintanya selama ini?
"Hiks....hiks....Lino aku cinta sama kamu hiks..." ucap Lia lirih.
"Kirain bang Lino mau ikut nobar, gue tadi liat dia sama Lia naik ke apartemennya." Tanya Hyunjin. Sudah tiga puluh pertandingan di mulai namun Lino tak kunjung datang.
"Tadi dia chat gue gak jadi ikut, sibuk katanya." Jawab Chan.
"Biasalah namanya juga penganten baru lagi rajin-rajinnya." Kata Changbin.
"Rajin ngapain bang?"
"Bercocok tanam."
"Anjir mulut lo bang suka bener."
Tbc.
Kurang greget nih😬

KAMU SEDANG MEMBACA
Lino's Lia
Fanfiction17+ (young-adult) ".....dia butuh laki-laki yang bisa membimbingnya jadi lebih baik, dan mencintainya dengan tulus. Saya rasa itu kamu orangnya." #1 lino 6 agustus 2020 #2 lia 25 agustus 2020 #2 jyp 7 Desember 2020 #1 minho 30 desember 2020 #1 hyunj...