Lucius menghentikan larian kecil nya kala tersadar ia sudah memasuki hutan terlarang terlalu jauh. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri namun hanya menemui pohon yang besar dan tinggi menjulang ke atas, entah kemana anak dan gadis nya itu. Ia tak perduli dengan perang yang terjadi yang penting anak dan gadis itu tetap aman.
Lucius sedikit panik, "Draco! Lucy!" ia berteriak kencang namun tidak ada yang menyahut nya. Mereka seakan hilang di telan bumi.
Lucius menarik nafas panjang lalu hendak melangkah memasuki ke dalam hutan lagi jika saja ia tidak merasa sesuatu menyerang bahu nya membuat nya mundur beberapa langkah.
"Akh." Lucius meringis kesakitan sambil memegangi bahu nya, ia lantas menyebarkan pandangan nya tapi tetap tidak menemukan siapapun.
"Akh!" Lucius kembali di serang dan sasaran nya adalah kaki membuat nya terpaksa berlutut di atas tanah yang kotor.
Serangan itu tidak menimbulkan luka tapi cukup menyerap energi dan kesadaran nya. Lucius berusaha melawan dari sihir tersebut namun tetap saja, ia kalah, sihir itu sudah lebih dulu memasuki tubuh nya.
Pandangan Lucius mulai memburam dan menghitam hingga akhirnya akan terjatuh ke tanah,
Jika saja seseorang tidak tiba-tiba muncul dan menarik kepala Lucius ke dalam dekapan nya.
D E G H !
Lucius menelan ludah nya kasar kala mencium aroma parfum yang amat ia kenal dan ia rindukan. Seorang gadis yang sudah lama ia ingin untuk memeluk nya. Gadis yang membuat nya rela melakukan apa saja demi diri nya. Gadis yang bisa membuat nya menangis hanya karena merindukan nya. Gadis yang membuat nya tergantung pada nya.
"Lucy. . .," lirih Lucius.
Lucy mengeratkan pelukan nya dan membelai rambut putih panjang nya, "Jangan kemana-mana lagi."
"Lucy," Lucius mulai menangis, "Maafkan aku. . .,"
Lucy merasakan punggung pria ini bergetar, ia benar-benar menangis.
". . ., Aku membunuh banyak orang." Lucius terisak. "Maafkan aku."
"Sssttt," Lucy mendesis pelan, "I forgive you but don't do it again, alright?"
Lucius menenggelamkan kepala nya di bahu Lucy dan membuat leher nya mulai basah karena air mata kemudian mengangguk pelan.
Lucy tersenyum, "Sir—"
"Aku penasaran,"
Kedua nya tersentak dan menoleh ke arah sumber suara dan menemukan wanita dengan wajah yang menyeramkan dan rambut keriting nya sambil memainkan tongkat sihir nya.
"Apa kelebihan mudblood ini hingga kau menangis di pelukan nya?"
"Bellatrix," Lucius hendak bangkit dan menghadang nya agar tidak menyentuh gadis ini tapi tertahan karena tenaga nya benar-benar hilang.
Manik kebiruan Lucy menatap wanita itu dengan dingin dan intens, tidak menunjukkan sebagaimana julukan nya sebagai ; A warm hug.
"Jadi kau," Bellatrix terus melangkah mendekat, "Yang membuat dia sangat cepat melupakan adik ku?"
Lucy tetap diam, tak menggindahkan ucapan nya tapi tetap menatap nya seakan-akan ia bisa menyerang melalui mata biru yang indah itu.
"Seorang mudblood?"
Bellatrix berhenti tujuh langkah dari tempat Lucy dan Lucius berpelukan, ia diam sejenak. Beberapa saat kemudian ia menodongkan tongkat sihir nya dan melemparkan satu mantra yang berbahaya.
Namun saat itu juga, tanah bergerak membentuk parit kecil yang sama persis dengan tanda yang ada di tangan Lucy. Itu juga mengeluarkan cahaya dari dalam parit kecil tersebut berwarna orange yang indah tapi mampu memutar balikkan mantra yang di lemparkan Bellatrix pada mereka.
Bellatrix membulatkan mata nya kemudian menatap gadis itu tajam. "Apa yang—"
"Mudblood ini mempunyai kekuatan yang sama rata dengan keturunan pureblood seperti mu, Madam." Lucy tersenyum kecil, "Sama rata."
Bellatrix berdecih, "Mudblood adalah kasta terendah di dunia sihir, gadis kecil." kemudian wanita tersebut kembali melemparkan mantra secara berkali-kali namun hanya masuk ke dalam cahaya itu sebentar kemudian kembali menyerang nya.
Bellatrix menggertakkan gigi nya, "Kau—!"
"Aku tahu kau ingin merasakan bagaimana cinta, bukan?" Lucy tersenyum, "Aku bisa membantu mu. Aku bisa membantu mu menemukan cinta mu, menemukan orang yang akan mengerti diri mu, membantu mu—"
"Cinta hanyalah sihir yang tak terkendali, Mudblood!" Bellatrix memotong cepat sebelum ia luluh dengan ucapan gadis kecil itu, "Dia hanya akan membawa mu pada kelemahan dan membuat mu seperti orang bodoh."
Lucy diam sejenak lalu kembali tersenyum, "Itu di katakan oleh orang yang pernah mencintai tapi gagal mewujudkan nya, Madam." senyuman Lucy semakin lebar, "Kau mencintai nya, tapi sesuatu membuat mu tak bisa untuk menggapai nya."
Bellatrix terdiam di tempat nya, wajah nya menunjukkan keterkejutan yang luar biasa bahkan membuat nya mundur beberapa langkah. "Jangan berbicara seakan kau mengerti diri ku, bocah!"
"Nyatanya aku mengerti diri mu," Lucy masih tersenyum, "Sama seperti aku mengerti semua orang."
"Kau—!"
"Kau tidak ingin kembali dan melihat tuan mu?" Lucy menaikkan satu alis nya lalu menoleh sedikit kebelakang melihat cahaya pertempuran, "Ku rasa dia mulai kelelahan melawan anak-anak di bawah umur."
Bellatrix spontan menoleh ke arah yang sama kemudian langsung melesat cepat dan menghilang dari tangkapan atensi Lucy.
Lucy diam dalam waktu yang cukup lama, membiarkan kesunyian hutan dan suara-suara yang terdengar dari pertempuran sekolah itu mengisi telinga nya. Ia menarik nafas panjang.
Lucy menarik kepala Lucius dan menatap manik biru itu sejenak.
"Lucy—!"
Belum sempat Lucius menyelesaikan kalimat nya, gadis itu sudah lebih dulu menghapus jarak dan membiarkan kedua bibir itu bertemu.
Lucius tersentak setengah mati mendapatkan tindakan gadis ini. Namun perlahan ia mulai memejamkan mata nya dan membalas pangutan gadis ini, tangan nya bergerak melingkar ke perut Lucy dan merapatkan pelukan nya.
Cahaya yang berasal dari tanda di sekitar mereka semakin menyala. Seakan tahu bahwa tuan nya sedang merasakan cinta yang memabukkan.
Pangutan itu menandakan bahwa Lucy memberikan ciuman pertama nya pada pria yang berstatus Ayah dari teman nya.
Perlahan, Lucy melepaskan lumatan itu dan menciptakan jarak walau hanya sedikit.
"You stole my first kiss." Lucy memelankan suara nya, "Jadi jangan tinggalkan aku lagi, apapun keadaan nya. Karena sekarang aku yakin," gadis itu diam sejenak, "Bahwa aku memang," Lucy menatap manik pria itu sambil tersenyum kecil, "Mencintai mu."
Lucius merasakan jantung nya masih berdetak kencang sejak gadis ini mencium nya bertambah kencang lagi hingga rasa nya gadis ini bisa mendengar nya.
"Aku tidak akan membiarkan mu mempertaruhkan nyawa mu demi diri ku lagi," suara Lucy semakin merendah, "Apapun rintangan nya," ia diam sejenak seraya kembali mendekatkan wajah nya, "Kita akan menghadapi nya bersama."
Mereka kembali mempertemukan kedua bibir itu, saling berpangutan, menyalurkan rasa yang tak pernah bisa di ungkapkan.
Perlahan, Lucius merasakan tenaga nya kembali pulih, ia mulai berdiri. Lucius menarik pinggang gadis itu dengan sangat erat, seakan jika ada celah sedikit saja maka seseorang akan menarik nya pergi dan takkan pernah kembali lagi.
Lucius melepaskan nya sejenak seraya berbisik, "Aku tidak akan meninggalkan mu lagi." lalu ia kembali melumat bibir nya lembut.
Readers ku hantu semua, bye.
KAMU SEDANG MEMBACA
✨Y O U✨
Fanfiction"Kenapa?" "Hm?" "Kenapa kau membuat ku seperti tak pernah merasakan kehilangan? Kenapa kau membuat ku seperti tak pernah merasakan kesedihan? Kenapa kau membuat ku seperti menemukan cahaya di kegelapan hidup ku? Kenapa kau membuat ku seperti sangat...