Lucius dan Lucy masih menjaga jarak hingga tiga hari lama nya dan masih berlanjut sampai sekarang. Mereka hanya akan romantis saat sedang di meja makan dan di lihat langsung oleh kedua orang tua gadis itu. Sebenarnya, yang menjaga jarak hanyalah Lucy, sudah berapa kali Lucius ingin mengajaknya berjalan-jalan tapi gadis itu menolak dengan berbagai alasan dan tidak mau menemui nya setelah makan malam.
Ini adalah pertama kali nya mereka menghabiskan waktu setelah makan malam itupun karena John yang menyuruh Lucius untuk mengunjungi Lucy di kamar nya.
Lucius menghela nafas, ia dan gadia itu duduk di sofa panjang warna hitam di kamar Lucy. Mereka duduk di kedua ujung sofa. Ia menoleh ke arah gadis itu, Lucy benar-benar tak perduli dengan atensi nya dan malah asik membaca buku yang ada di tangan nya.
Sudah hampir satu jam mereka hanya diam.
Lucius mendengus pelan, ia menatap gadis itu lagi sekilas lalu melipat tangan nya di depan dada. "Kau masih marah pada ku?"
Tiga detik, lima detik, sepuluh detik.
Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Lucy atas pertanyaan pria ini, ia masih saja fokus dengan buku nya.
Lagi-lagi Lucius menarik nafas kecil, "Sampai kapan kau akan terus mendiamkan ku?"
"Sampai kau mengerti maksud kemarahan ku." Lucy akhirnya mengangkat mulut nya untuk menjawab pertanyaan kekasih nya itu.
Lucius menoleh ke arah nya, "Aku tidak akan tahu maksud kemarahan mu jika kau hanya diam dan mengacuhkan ku."
Lucy tak menjawab dan malah membalikkan halaman kertas buku nya kemudian kembali fokus.
Lucius menghela nafas gusar, "Kau mau membahas ini?" tawar nya.
"Untuk apa di bahas? Tidak ada yang perlu di bahas."
"Ayolah, Lucy. Jika masalah seperti ini saja kau tidak ingin membahas nya bagaimana nanti saat kita menikah—"
"Fine." Lucy menutup buku nya dengan sekali tindakan lalu meletakkan nya di samping. Ia tak mau menoleh, "Kau ingin memulai nya darimana?"
Lucius tak bisa menahan senyum nya melihat gadis itu menurut. Ia lantas mengulum bibir nya, "Sebelum itu, aku ingin kau berdiri di hadapan ku."
"What?!" Lucy spontan menatap nya. "Apa maksud—"
Lucius membalas tatapan nya, "Ku mohon."
Lucy mendengus gusar, ia menuruti perkataan pria itu. Lucy bangkit dari duduk nya lalu bergerak menghadap pria itu. Lucius tersenyum, lalu tanpa di duga, ia menarik pinggang gadis itu hingga akhirnya ia terduduk di atas Lucius.
Lucy memekik panik, "SIR!"
Lucius terkekeh pelan, "Aku ingin membahas masalah kita dengan posisi ini."
"Kau tidak bisa—!"
"Agar aku bisa mengendalikan amarah ku." tangan Lucius bergerak menyelipkan helai rambut ke balik telinga nya. "Wajah mu adalah penenang ku, Lucy."
Lucy mengigit bibir bawah bagian dalam nya dan berharap bahwa sekarang pipi nya tidak merona. Karena itu akan sangat memalukan sekali.
Lucius tersenyum damai, "Aku akan memulai nya." ia diam sejenak. "Kau pernah mengatakan bahwa kau tidak akan membiarkan Reyhan merebut mu dari ku, bukan? Aku senang akan hal itu. Tapi ketika melihat mu lagi bersama nya, tersenyum dan tertawa, aku sedikit tidak suka tapi aku masih mengendalikan nya. Yang paling tidak bisa ku tahan adalah," Lucius menatap gadis itu muram, "Kau membiarkan pria itu mencium pipi mu."
"Aku tidak suka, Lucy. Aku sangat tidak suka milik ku di sentuh oleh orang lain."
Lucy menelan ludah nya kasar, ia tidak tahu harus merespon apa. Senang di campur bingung. Kenapa pria ini selalu bisa membuat nya ingin terbang hanya karena mendengar ucapan nya?
Lucius kembali tersenyum kecil, "I'm done."
Lucy mengulum bibir nya sejenak, membuang tatapan nya sebentar lalu kembali menatap manik kebiruan pria ini. "Aku. . .," ia sedikit gugup. "Aku tidak suka melihat cara mu tertawa dengan gadis itu seakan kau tidak bisa melihat bahwa dia bisa saja mendekati mu."
"Hanya karena itu?" Lucius terkekeh geli.
Lucy mengerucutkan bibir nya kesal, "Itu bisa saja! Kau tidak melihat bagaimana gadis itu menatap mu penuh kagum!"
Lucius semakin terkekeh geli membuat Lucy semakin kesal dan membuang wajah nya karena malu. Perlahan, kekehan Lucius berhenti lalu tangan nya meraih tangan gadis itu lalu mengarahkan nya ke dada bagian kiri nya.
Lucy terkejut, ia kembali menatap pria itu dengan tatapan bingung nya.
"Kau merasakan nya?" Lucius bertanya, "Jantung ku berdegub kencang." ia tersenyum manis. "Ini selalu terjadi setiap kali aku melihat mu sejak pertama kali Draco membawa mu ke rumah."
"Dan aku tidak merasakan ini saat bersama gadis itu." Lucius menarik tangan yang ia genggam hingga membuat tubuh Lucy spontan terjatuh ke atas nya. Lucy menggunakan tangan kiri nya di dada pria ini agar tubuh mereka tidak bersentuhan.
Tapi karena hal itu, jarak mereka menjadi sangat tipis. Lucy bahkan bisa merasakan deru nafas pria ini di wajah nya.
Lucius meletakkan tangan kanan Lucy melingkar di leher nya lalu memeluk tubuh gadis ini. "Percayalah, aku hanya merasakan ini saat dengan mu."
Setelah mengatakan hal itu, Lucius menghapus jarak di antara mereka. Lucy yang tidak siap, terkejut. Ia memukul dada pria ini pelan namun tak di perdulikan hingga akhirnya ia pasrah dan memejamkan mata nya, menikmati permainan Lucius.
Lucius melumat bibir gadis nya pelan, ia selalu mabuk ketika merasakan bibir merah ranum dan selalu terasa manis, seperti permen.
Mereka saling menukar saliva sebelum akhirnya Lucius melepaskan nya secara perlahan namun masih dengan jarak yang sangat dekat.
Lucius menatap manik biru itu lekat-lekat namun dengan penuh cinta, "Jangan marah lagi, ya?"
Lucy merasakan pipi nya memanas ia lantas menyembunyikan wajah nya di balik dada pria ini lalu mengangguk pelan. Lucius tersenyum geli lalu membelai rambut hitam gadis nya lembut, "Seminggu lagi ulang tahun mu, 'kan?"
"Huum." Lucy kembali mengangguk, "Kau harus memberi ku hadiah yang spesial."
Lucius terkekeh, "Haruskah?"
Lucy menarik kepala nya dan menatap pria itu kesal, "Tentu saja!"
Lagi-lagi Lucius terkekeh, "Baiklah-baiklah." ia diam sejenak, "Yang ulang tahun adalah kau, tapi kenapa aku yang di beri hadiah?"
Lucy menaikkan kedua alisnya penasaran, "Dari siapa?"
"Ayah dan Ibu mu."
"What?!" Lucy protes. "Sebenarnya, siapa anak mereka sekarang, huh? Jangan pikir aku tidak merasakan bagaimana Ayah ku sangat mengistimewakan mu—!"
"Hei, hei, hei, tenanglah." Lucius menenangkan gadis ini. "Maksud ku adalah kau."
"Huh?"
"Mereka memberi ku hadiah dengan melahirkan mu." Lucius tersenyum. "Gadis yang ku cintai dengan seluruh hati ku."
Lucy diam, mematung lebih tepat nya. Ia tidak tahu harus melakukan apa hingga akhirnya ia menepuk pundak pria itu dengan sangat kuat hingga empunya meringis kesakitan. "DASAR GOMBAL!"
T B C
Agak cringe sebenarnya. . .
KAMU SEDANG MEMBACA
✨Y O U✨
Fanfiction"Kenapa?" "Hm?" "Kenapa kau membuat ku seperti tak pernah merasakan kehilangan? Kenapa kau membuat ku seperti tak pernah merasakan kesedihan? Kenapa kau membuat ku seperti menemukan cahaya di kegelapan hidup ku? Kenapa kau membuat ku seperti sangat...