I'm sorry, guys. Gatau bakalan ngebug padahal udah ngetik ampe akhir.
I'm so sorry,
Agar tidak ada yang memiliki persamaan dengan mu di dunia ini selain aku."
Lucy terdiam di kursi nya menatap pria ini dengan tatapan yang tak bisa di artikan. Kemudian ia tersenyum, senyum yang menenangkan membuat Lucius seakan merasa tidak pernah merasa kesedihan di dunia ini.
Lucy menatap pria itu lembut, "Kenapa aku tidak boleh memiliki permasaan dengan orang lain selain diri mu?"
"Agar aku bisa mengklaim bahwa kau tercipta untuk ku."
Lucy tak bisa menahan senyum nya mendengar ucapan pria ini. "Aku, tercipta untuk mu, begitu?"
Lucius mengangguk samar dan demi Tuhan, dia terlihat pria yang sangat polos. "You are my one and only."
Lucy terkekeh pelan sambil menggelengkan kepala nya samar, tak mau berlarut pada gombalan atau mungkin dia tak sadar itu merupakan gombalan dan membuka daftar menu makanan yang di sediakan pelayan kaffe yang sempat singgah tadi.
"Kau ingin memesan apa, Sir?"
"Sama dengan mu."
Lucy kembali menahan senyum nya sambil terus melihat-lihat daftar menu. Ia lantas hendak memanggil pelayan jika saja seorang pria dengan pakaian formal dan kacamata hitam nya datang.
"Permisi, nona Nineville." Lucy menoleh lalu menatap nya dingin, "Tuan dan Nyonya ingin bertemu dengan anda."
Lucy diam sejenak menyandarkan tubuh nya ke punggung kursi menatap pria itu intens, "Bukankah mereka di Paris?"
"Mereka baru pulang, Nona. Dan mereka mendengar anda mengunjungi toko bersama—ekhem," pria berkacamata hitam itu berdeham, "Pria tua."
"Aku tidak tua." sanggah Lucius.
Lucy menatap Lucius, memberikan kode untuk tetap diam saja. "Jadi mereka ingin aku menemui mereka?"
Yang di tanya mengangguk sebagai jawaban. Lucy menghela nafas berat lalu berdiri dari kursi nya dan menatap Lucius sekilas, "Aku akan kembali, kau bisa memesan makanan apapun, aku akan ikut. Bukankah, aku hanya boleh memiliki persamaan dengan mu?"
Lucius yang tadi nya ingin protes karena gadis ini hendak pergi langsung terdiam lalu tersenyum manis. "Baiklah."
Lucy melambaikan tangan nya kecil sebelum akhirnya berjalan mengikuti pria itu menyebrangi jalan dan melewati jalan yang sebelum nya sudah ia lewati bersama Lucius.
Lucy hanya diam menatap kedua orang tua nya yang juga sedang menatap nya penuh intimidasi. Sudah hampir sepuluh menit mereka hanya saling diam dan saling tatap dan menimbulkan keheningan yang menyebalkan. Lucy menarik nafas panjang kala mata Ayah nya menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan nya.
"Alice baru saja memberitahu kami," Akhirnya nyonya Nineville membuka suara nya, "Kau mengunjungi toko bersama seorang pria—"
"Tiga puluh tahunan." potong Ayah nya.
"Actually, he's 33."
Ayah menahan nafas mendengar jawaban enteng dari putri semata wayang nya ini. Ia memejamkan mata nya mencoba merileksasikan aliran darah yang tiba-tiba saja ingin mendidih, "Baiklah, sayang. Siapa dia?"
"Ayah dari teman dekat ku."
"Oh yeah?" Ibu berusaha untuk tetap tersenyum, "Lalu dimana teman mu saat kau berbelanja di sini dengan Ayah nya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
✨Y O U✨
Fanfiction"Kenapa?" "Hm?" "Kenapa kau membuat ku seperti tak pernah merasakan kehilangan? Kenapa kau membuat ku seperti tak pernah merasakan kesedihan? Kenapa kau membuat ku seperti menemukan cahaya di kegelapan hidup ku? Kenapa kau membuat ku seperti sangat...