Lucius mengusap wajah nya gusar dan berjalan mondar-mandir di depan pintu Rumah Sakit yang ada Lucy di dalam nya. Ia tidak bisa tenang walau Ibu mertua, Draco dan Reyhan sudah berusaha menenangkan nya. Bagaimana bisa mereka berpikir bodoh diri nya akan bisa tenang sedangkan ini menyangkut istri dan anak nya? Demi Tuhan, bahkan bayi nya baru berumur tujuh bulan dalam kandungan.
Lucius terus mendesis setiap kali ia terpikir hal-hal buruk. Tidak, tidak akan terjadi hal buruk. Lucy adalah gadis kuat, dia pasti bisa menyelamatkan diri nya dan anak nya.
Lucius mengulum bibir nya dalam lalu diam sejenak, berharap.
Benar, harapan.
Lucy berkali-kali mengajarkan hal itu pada nya. Jika tidak ada hal yang bisa di lakukan, maka berharap adalah doa paling ampuh yang bisa di lakukan.
Bagaimana Lucius bisa lupa, berharap juga pernah mematahkan hati nya sekali pada istri nya, yaitu Narcissa.
Lucius menelan ludah nya kasar, ia tak bisa melupakan saat ia melihat Lucy dengan darah yang berkeluaran.
Tiba-tiba pintu di buka menampilkan dokter pria dengan kacamata dan pakaian serba biru nya. Lucius langsung menghadap nya dengan tatapan penuh harap nya, sialan, jangan katakan apapun hal-hal buruk.
"Aku perlu bicara dengan suami nona—"
"Aku, aku suami nya." balas Lucius cepat. Semua orang juga menatap dokter itu dengan khawatir.
Dokter itu diam sejenak lalu menarik nafas, "Tuan, tubuh nona yang masih belia ini belum sanggup untuk membawa beban seorang bayi—"
Lucius memaki dalam hati, jangan katakan hal itu!
"Bayi nya cukup kuat untuk hidup di tubuh nona. Kita harus mengambil tindakan."
Lucius tak sanggup berbicara, bibir nya bergetar.
Draco menghelus punggung Ayah nya, "Keputusan apa?"
"Kita harus menyelamatkan salah satu," Dokter itu diam, "Nona Lucy atau," ia menatap Lucius. "Bayi nya."
Saat itu juga Lucius merasa dunia nya berhenti berputar, ia seakan kehilangan tenaga nya untuk bertumpu ke tanah.
"Tapi kami akan berusaha dan tolong," Dokter itu tetap menatap Lucius, "Jangan berhenti berharap. Harapan adalah sinyal yang paling kuat di semesta untuk menyalurkan semangat antara anda dan nona."
Lucius merasakan nafas nya tercekat lalu menarik kerah baju dokter tersebut, semua terkejut.
"Lucius," peringat John. "Jangan lakukan hal bodoh."
"Jika istri ku tidak selamat maka kau akan—"
"Bahkan tim Dokter paling hebat di dunia ini pun tidak akan sanggup melawan keputusan Tuhan, Sir." Dokter itu melepaskan cengkraman Lucius dari kerah nya. "Saya harus kembali."
Begitu Dokter muda itu berbalik dan masuk ke dalam pintu. Saat itu juga Lucius hampir tumbang jika saja Reyhan dan Draco tidak menumpu nya.
Lucius menoleh ke arah Draco, "Aku tidak akan sanggup kehilangan ibu mu yang kedua kali nya."
Draco menatap Ayah nya prihatin, "Aku pun begitu, Ayah."
Lucius memutuskan untuk duduk, berdiri juga tidak ada guna nya, hanya akan membuang tenaga karena berdiri juga tidak membantu para dokter yang berjuang membantu istri nya. Lucius menutup wajah nya dengan kedua tangan nya. Entah kenapa, di tengah gelap nya pandangan. Muncul sebuah ingatan saat pertama kali Lucius dan gadis itu bertemu. Empat bulan setelah kematian Narcissa yang sangat memukul nya. Gadis itu datang, berdiri di samping nya, menundukkan kepala untuk mengirimkan doa pada lukisan Narcissa yang ada di depan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✨Y O U✨
Fiksi Penggemar"Kenapa?" "Hm?" "Kenapa kau membuat ku seperti tak pernah merasakan kehilangan? Kenapa kau membuat ku seperti tak pernah merasakan kesedihan? Kenapa kau membuat ku seperti menemukan cahaya di kegelapan hidup ku? Kenapa kau membuat ku seperti sangat...