Lucius sibuk mengikat rambut gadis ini, ia belajar cara nya dari sang calon ibu mertua bahwa Lucy sangat suka jika rambut nya di kepang. Di saat Lucius sangat fokus agar hasil nya sangat bagus dan rapi, Lucy malah asik memakan cemilan nya sambil menonton televisi di kamar pria ini.
Lucius menoleh ke arah layar sekilas, "Kau sangat suka melihat pria itu, huh?"
Lucy menghentikan kunyahan nya lalu menaikkan satu alis nya walau pria itu tidak akan melihat nya, "Jika bukan dia, lalu siapa yang harus ku lihat? Lagipula, dia cuman pembawa acara."
Lucius menekukkan wajah nya kecil, "Lebih tampan dia atau aku?"
"What?" Lucy tersentak kecil, "Seriously, sir?"
"Just answear the quetion, Lucy." balas Lucius cepat dengan mata yang masih fokus dengan rambut kehitaman dan lembut gadis ini.
"You know my answear already." balas Lucy santai sambil terus mengunyah cemilan nya.
"Aku ingin mendengarnya secara langsung."
Lucy memutar bola mata nya malas, "Alright, you."
Lucius tak bisa menahan senyum nya ketika mendengar jawaban gadis ini walau terdengar sedikit memaksakan tapi ia yakin dengan nya. Lucius mencium pipi Lucy dengan sangat cepat bahkan tidak bisa di duga oleh gadis ini. "Thank you."
Lucy terdiam sejenak karena tindakan pria ini lalu menghela nafas. "Terserah kau saja."
Lucius terkekeh pelan lalu kembali fokus hingga akhirnya ia mengikat ujung rambut gadis ini dengan ikat rambut yang awalnya ia gelangkan di tangan nya. Ia diam, memperhatikan maha karya nya. Kemudian tersenyum bangga, "Aku memang tak pernah mengecewakan."
Lucy menyeruput susu rasa coklat nya melalui sedotan sembari memegangi belakang kepala nya lalu berbalik sambil tersenyum kecil. "Kau sangat cocok jika punya anak perempuan, Sir."
Lucius tersenyum kemudian mendekatkan kepala nya, "Kalau begitu, berikan aku gadis kecil secantik diri mu nanti."
Lucy terdiam saat manik biru itu tepat di hadapan nya apalagi dengan kalimat nya yang membuat Lucy memerah menahan malu. Lucy mengigit bibir bagian dalam nya, "Jangan menggoda ku seperti itu!"
Lucius kembali terkekeh geli kemudian bersandar di tangan sofa. Posisi mereka saat ini adalah duduk menghadang samping di sofa panjang kamar nya. Lucius menarik bahu gadis itu pelan hingga bersandar di dada nya yang di baluti kemeja berwarna biru.
Lucius memainkan rambut-rambut kecil gadis ini, "Besok aku akan pulang."
"Pulang?" kaget Lucy.
"Aku sudah di sini selama seminggu, Lucy. Aku khawatir dengan Draco." Lucius tersenyum kecil.
"Dia sedang sedih. Dia putus dengan Pansy." Lucy kembali menyeruput susu coklat nya, "Tapi menurut ku, dia yang salah. Dia dekat dengan Astoria sebelum nya."
Lucius mengerutkan kening nya heran, "Darimana kau tahu itu?"
"Kami sering mengirim surat. Kau tidak tahu?"
Lucius terbatuk kecil, "Dia mengirim mu surat tapi aku sama sekali tidak menerima surat dari nya?" ia menggelengkan kepala nya pelan. "Lihat betapa tega nya dia."
Lucy terkekeh lalu mengadahkan kepala nya menatap pria itu, "Dia bilang dia tidak mau menganggu mu."
"Bagaimana bisa dia menganggu ku?" Lucius sedikit menunduk untuk bisa melihat wajah nya, "Dia anak ku!"
Lucy tersenyum geli, "Dia takut menganggu mu yang sedang menikmati waktu bersama ku."
Lucius diam sejenak, memperhatikan senyum gadis ini yang sangat menggetarkan hati. Ia lantas ikut tersenyum kecil, "Dia benar juga."
Lucius mendekatkan kepala nya lalu mencium bibir gadis ini sekilas kemudian kembali menyandarkan tubuh nya. "Aku akan pulang tiga hari lalu kembali ke sini untuk merayakan ulang tahun mu."
"Bersama Draco?" tanya Lucy semangat.
"Tentu saja." Lucius tersenyum kecil sambil menghelus kepala nya lembut.
"Apa yang kau berikan sebagai hadiah, sir?" Lucy bertanya penasaran.
"Bukankah itu seharusnya adalah rahasia?" Lucius mengerutkan kening nya.
"Tapi aku sangat penasaran," Lucy mengerucutkan bibir nya iseng, "Apa yang akan pacar ku berikan di hari ulangan tahun ku?"
Lucius tersenyum manis, "Tentu saja sesuatu yang sangat istimewa dan spesial untuk gadis cantik seperti mu."
Lucy tersenyum bahagia, sangat bahagia hingga ia bangkit dari sandaran nya, berbalik lalu melebarkan kedua tangan nya untuk memeluk leher pria ini erat-erat. "THANK YOUUU-!"
Lucius tak bisa menahan tawa nya melihat betapa antusias nya gadis ini. "It's fine, Lucy, haha."
Lucy menarik kepala nya namun masih melingkarkan tangan nya di leher Lucius. Jarak mereka sangat dekat namun mereka tidak mempermasalahkan itu. Bahkan Lucius sangat suka dengan posisi ini.
"Itu akan menjadi hadiah yang paling berharga dalam hidup ku!" ujar Lucy dengan mata berbinar nya.
"Oh yeah?" Lucius terkekeh kecil, "Bagaimana jika itu tidak?"
"Tidak mungkin." balas nya cepat.
"Why?"
Lucy tersenyum manis hingga mata nya menyipit membentuk bulan sabit, "Karena yang memberikan nya adalah orang yang sangat berharga di dalam hidup ku."
Lucius terdiam sejenak setelah mendengar ucapan gadis ini, ia memandangi wajah nya lekat-lekat lalu tersenyum simpul. "Kau selalu bisa membuat jantung nya berdebar, ya?"
Lucy menaikkan kedua alis nya. "Memang nya jantung berdebar?"
Lucius tak bisa mengalihkan tatapan nya dari onyx gadis ini. Ia mengangguk samar, "Sangat kencang hingga rasa nya kau juga akan mendengar nya."
Lucy terkekeh kecil. "Ini lucu. Ku pikir hanya aku yang berdebar dengan sangat kencang setiap kali melihat wajah tampan mu, hehe."
"Kau juga merasakan hal yang sama, hm?"
Lucy mengangguk sekali, "Dia berdetak dengan sangat cepat."
Tangan Lucius naik hingga berada di tengkuk nya lalu mendorong pelan, menghapus jarak sedikit demi sedikit. "Kita merasakan nya." setelah mengatakan hal itu, Lucius memiringkan kepala nya lalu menempelkan bibir nya. Ia bermain lembut berusaha tidak terbawa nafsu karena gadis ini sendiri pun membalas nya dengan penuh cinta. Lucius dapat merasakan hal itu. Bagaimana gadis ini menyalurkan perasaan nya dari pertukaran saliva mereka.
Lucius melepaskan nya perlahan, tapi masih dengan jarak yang sangat dekat. Ia tersenyum, "Terimakasih karena sudah menarik ku sebelum aku jatuh ke lubang hitam yang bernama keputusasaan."
"Aku tidak tahu bagaimana kelabu nya hidup ku tanpa diri mu, sayang."
*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*
Lucy turun dari tangga sambil menggendong Boo-boo dan menghelus bulu-bulu nya yang cantik itu kala ia melihat Ayah nya yang sedang berbicara dengan beberapa pria berpakaian formal tapi aneh.
Dapat Lucy ketahui, mereka bukanlah pengawal Ayah nya. Mau sebanyak apapun pelayan di rumah ini, Lucy dapat mengenali nya.
Lucy menaikkan satu alis nya ketika melihat wajah kesal sang Ayah. Perasaan nya mulai aneh.
"Ayah, Ada apa?"
Semua orang tersentak ketika mendengar suara gadis itu. Semua saling tatap membuat Lucy semakin aneh.
Lalu salah satu dari pria berpakaian formal itu berjalan mendekat, ia terlihat gugup.
"Maaf, miss. Tapi mister Malfoy di nyatakan hilang dari perjalanan."
T B C
hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
✨Y O U✨
Fanfiction"Kenapa?" "Hm?" "Kenapa kau membuat ku seperti tak pernah merasakan kehilangan? Kenapa kau membuat ku seperti tak pernah merasakan kesedihan? Kenapa kau membuat ku seperti menemukan cahaya di kegelapan hidup ku? Kenapa kau membuat ku seperti sangat...