#29

1.6K 283 66
                                    

Lucy masuk ke dalam kamar pria itu dengan wajah kesal di susul Lucius yang langsung menutup pintu nya, tak mau kegiatan mereka di ketahui oleh Maid rumah gadis ini. Lucy mencampakkan tas hitam mewah yang senada dengan gaun nya ke atas kasur berseprai hitam.

Lucy tak menyangka, makan malam nya dengan Reyhan yang seharusnya penuh kesenangan berubah total karena api cemburu pria ini. Bisa-bisa nya saat Lucy dan Reyhan sedang berbincang ringan sambil minum minuman non alkohol, pria itu menghilang dan Lucy menemukan nya sedang berbicara dengan pelayan cantik dan seksi di pinggir kolam, dan Lucius terlihat sangat senang bisa berbicara dengan gadis itu.

Lucy memejamkan mata nya sembari menarik nafas lalu berbalik menatap pria itu, "Kau ingin menyalahkan ku, huh?"

"Jika kau tidak terlalu senang berbicara dengan Reyhan dan mengacuhkan ku, aku tidak akan pergi ke luar dan bertemu gadis itu." balas Lucius cepat.

"Dia teman ku, wajar jika aku sangat senang bisa bertemu lagi dengan nya." Ujar Lucy sedikit meninggi, seperti nya ini akan memulai pertengkaran panas.

"Dan mengacuhkan ku?" tanya Lucius sambil menaikkan satu alis nya.

"Salah mu kenapa tidak bisa ikut nimbrung dengan pembahasan kami!" Lucy menggertakkan gigi nya.

Lucius mendekat menatap manik biru safir itu, "Kau tahu aku belum terbiasa dengan dunia muggle, Lucy. Kau seharusnya bisa mengerti itu!"

Lucy memutar bola mata nya malas, "Bukan berarti kau harus berbicara dengan gadis itu, bukan?"

"Jika kau bisa berbicara bebas dengan Reyhan, kenapa aku tidak?" Lucius menaikkan dagu nya.

Lucy mengusap wajah nya frustasi, ia sangat muak dengan keadaan ini dan ia akan kehilangan kendali diri nya. "Kalau begitu pergilah dan temui gadis itu!"

"Jangan naikkan suara mu di depan ku." suara Lucius mendingin dengan tatapan yang menajam. Namun itu tidak cukup untuk membuat Lucy menunduk takut.

"Why?! Kau tidak bisa memerintahkan ku seenaknya, kau hanya sebatas Pacar ku jadi berhenti seolah kau punya hak penuh atas diri ku!" Lucy malah menaikkan satu oktaf suara nya, ia menatap Lucius yang diam namun tatapan nya sangat dingin dan tajam. "Pergi dan aku akan menemui Reyhan untuk mencium nya sesuai dengan ketakutan mu!"

"Ada apa ini?"

Kedua nya tersentak dan menoleh ke arah pintu lalu menemukan seorang pria yang wajah nya sudah mulai sedikit berkerut namun tetap terlihat tampan. Lucius berdeham sejenak menatap gadis yang masih memasang wajah kesal nya di depan Ayah nya sendiri lalu kembali menatap pria tua tersebut.

Lucius tersenyum kecil, "Tidak ada, tuan. Kami hanya sedang adu argumen."

John menatap Lucius dengan tak percaya, ia sedikit memiringkan kepala nya untuk menatap sang anak yang membuang wajah nya. "Aku mendengar mu akan berpaling dengan pria lain."

Lucy mengigit bibir bagian bawah nya. Lucius sendiri ikut panik, ia lantas mengulum bibir nya menatap anak dan ayah itu secara bergantian.

"Nineville menjunjung tinggi kesetiaan, Lucy, kau tahu itu." John masuk ke dalam kamar tamu yang di peruntukkan untuk Lucius, "Jika kau berpaling dari Lucius, kau sama saja merendahkan keluargga kita."

Lucy menelan ludah nya kasar lalu perlahan ia mengatupkan kedua tangan nya di depan dan menundukkan kepala nya. "I'm sorry, Papa."

Johm menarik nafas pelan lalu menoleh ke arah Lucius, "Maafkan anak ku atas ucapan nya, Malfoy." John menatap sang anak dan meraih tangan nya kuat, "Biarkan Ayah menghukum mu."

Lucius semakin panik, ia lantas menahan tangan John yang ingin menarik Lucy pergi dari sana lalu menggunakan tubuh nya untuk menghadang John membawa gadis itu. Lucius berdeham pelan sembari membenarkan jas hitam nya, "Seharusnya, aku yang meminta maaf, Tuan."

John menatap pria itu dengan bingung.

"Lucy hilang kendali," Lucius terkekeh canggung, "Kita semua juga pernah hilang kendali saat marah, bukan? Itu hal wajar. Lagipula, yang memulai pertengkaran ini adalah aku." Lucius mengulum bibirnya sebentar, "Aku yang mengajak gadis seksi di restoran untuk berbicara dan membuat nya marah. Jadi," Lucius menoleh ke belakang menatap gadis itu lalu kembali menatap Ayah nya, "Jika ada yang harus di hukum, maka aku lah yang pantas mendapatkan nya."

John terdiam di tempat nya, ia menatap manik biru Lucius lekat-lekat dan intens, tenggelam di sana untuk menemukan jawaban nya namun John tidak menemukan apapun.

"Ku mohon, tuan." Lucius tersenyum kecil, "Ini hanya permasalahan kecil untuk pasangan, aku yakin kau mengerti hal ini dan biarkan kami menyelesaikan masalah kami sendiri."

John lantas menghela nafas gusar, "Baiklah, jika kau tidak bisa menyelesaikan nya. Katakan pada ku."

Lucius mengangguk sekali, "Yes, Sir."

John menatap anak nya sebentar sebelum akhirnya berjalan keluar sembari menutup pintu dan meninggalkan pasangan kekasih itu di sana tanpa takut apapun. Lucius menghela nafas lega lalu berbalik menatap kekasih nya itu, "Kau masih ingin menyalahkan ku?"

Lucy menatap nya dingin, "Apa yang kau lakukan hingga Ayah ku sangat menurut pada mu."

Lucius memejamkan mata frustasi, "Kau masih ingin melanjutkan pertengkaran ini?"

Lucy berjalan menuju kasur, "Aku tidak akan memulai nya jika aku tidak melihat mu sedang tersenyum lebar pada gadis itu."

Lucius mengikuti kemanapun gadis ini pergi, "Lalu bagaimana dengan aku yang melihat mu berpelukan dengan Reyhan?"

Lucy langsung berbalik menatap pria itu, "Demi Tuhan, aku sudah mengatakan nya berkali-kali! Kami. Hanya. Teman!"

"Tidak ada teman antara laki-laki dan perempuan yang mencium pipi nya sebelum pulang!" balas Lucius cepat.

"Itu adalah kebiasaan muggle di sini, Sir!"

"Aku tak perduli tentang kebiasaan muggle! Jika itu membuat mu harus di sentuh oleh pria lain," Lucius menghadang gadis itu berjalan melewati nya, "Aku tetap tidak akan suka!"

"Lalu apa kebiasaan penyihir pureblood untuk berjalan menjauh dari pacar nya dan bersenang-senang dengan gadis lain?!"

"Lalu kau ingin apa?" Lucius mulai lelah.

Lucy mengerucutkan bibir nya, "Nikahi saja gadis it—"

Tiba-tiba Lucy di dorong oleh pria itu hingga punggung nya menyentuh dinding dan wajah Lucius yang sangat dekat hingga hidung mereka saling bersentuhan dan Lucy dapat merasakan hembusan nafas hangat dari pria ini. Baru kali ini, Lucy merasakan jantung nya berdebar ketakutan kala melihat mata biru itu menatap nya marah, sangat marah. Lucy berkali-kali menelan ludah nya kasar hingga rasa nya tenggorokan nya sakit.

"Kau menguras habis kesabaran ku dengan satu kalimat, Lucy." suara Lucius merendah di kesunyian kamar pria ini. "Jangan berbicara seperti itu pada ku." jari telunjuk Lucy terangkat dan membelai leher Lucy pelan menaik ke atas hingga sampai di dagu nya dan membuat Lucy tidak bisa menggerakkan kepala nya. "Aku tidak akan menikahi wanita manapun selain diri mu. Kau mengerti?"







































T B C

✨Y O U✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang