#10

2.5K 408 97
                                    

"Aku sudah mengunjungi nya," Lucy diam sejenak lalu menarik nafas, "Dia sedikit kacau, semua barang berhancuran, saat aku datang, dia sedang memegang tongkat nya, aku tidak tahu dia ingin melakukan apa. Tapi yang pasti," manik kebiruan Lucy menatap pria itu intens, "Jiwa nya sangat rapuh."

Draco mengangguk samar lalu tersenyum, "Terimakasih."

Lucy menaikkan satu alis nya, "For what?"

"Sudah perduli dengan Ayah ku, aku sangat menyayangi nya, kau tahu itu." Draco menatap gadis itu lembut, "Tapi aku tidak tahu cara mengungkapkan nya."

Lucy menghela nafas lalu tersenyum, "Kalian perlu banyak mengobrol."

Draco terkekeh pelan lalu perlahan memeluk gadis itu hangat, ia menghelus punggung Lucy lembut, "Terimakasih sudah hadir di hidup ku."

Lucy terdiam sejenak lalu tersenyum sambil memejamkan mata nya, "Apapun untuk mu, Draco."

Lucius memangku dagu nya dan menatap kosong ke depan, entah kenapa perasaan nya sangat tidak enak karena kejadian tadi pagi saat gadis itu menatap nya tajam dan tak suka. Apa gadis itu marah pada nya? Lalu apa yang harus ia lakukan?

"Dobby," panggil Lucius tanpa mengalihkan tatapan nya, "Apa yang di lakukan Muggle ketika tak sengaja melakukan kesalahan?"

Dobby yang baru selesai membersihkan meja makan diam sejenak, lalu tiba-tiba sebuah buku ada di dalam tangan nya, "Menurut bab 4, halaman 120 bagian permintaan maaf, mereka akan mengungkapkan penyesalan nya sambil menjabat tangan dan tak jarang mereka berpelukan."

Lucius diam sejenak lalu menggosok dagu nya dengan jari telunjuk nya, "Aku tak pernah meminta maaf pada siapapun sebelum nya."

Dobby ingin bertanya, apa tuan nya itu ingin meminta maaf pada Miss Ninevile. Tapi ia ingat derajat nya sebagai elf dan hanya menutup mulut nya rapat-rapat.

Lucius bangkit dari duduk nya membuat elf tersebut terkejut dan hampir terjungkal ke belakang.

"Bantu aku."

Sudah seminggu ini Lucy tak bertemu dengan Lucius, ia juga tak perduli dengan pria itu. Demi apapun, hal yang paling dia benci adalah melihat seseorang merendahkan makhluk lain nya hanya karena status darah, dan Lucius melakukan hal itu. Ia tetap berperilaku sama dengan Draco, memeluk nya, menerima pemberian nya, mengajak nya bolos kelas atau sesekali mereka berjalan ke Hogsmeade.

Lucy sedang menggandeng buku nya dan ingin menemui Hagrid sesuai perintah Dumbledore saat sebuah tubuh dengan pakaian serba hitam dan tongkat ular khas menghadang jalan nya.

Lucy menghela nafas kasar, tanpa menoleh, ia sudah tahu siapa pria ini. Lucy tetap menunduk, tak mau menatap wajah pria itu. Ia bergerak ke kanan, pria itu juga bergerak ke arah yang sama. Ia bergerak ke kiri, pria itu melakukan hal yang sama. Lucy kembali menarik nafas lelah, tetap tidak mau menatap wajah pria yang berdiri di depan nya.

"Aku harus menemui Hagrid, jika boleh, bisakah kau menyingkir dari jalan ku?" Lucy akhirnya membuka mulut nya walaupun tetap tak mau mengangkat kepala nya.

"Bagaimana jika aku tak mau?" tantang Lucius.

"Aku akan berbalik dan pergi," Lucy mengeraskan rahang nya, "Bukankah seorang Muggleborn tidak bisa menolak ucapan seorang Pureblood?"

Lucius terdiam sebentar mendengar gadis ini menyindirnya terang-terangan. Lucius menelan ludah nya kasar lalu menghela nafas kasar. Lalu tanpa peringatan, pria itu berjalan mendekat dan menarik Lucy ke dalam pelukan nya yang hangat.

Lucy melototkan mata nya, terkejut dengan tindakan pria ini. "S-sir! Apa yang kau lakukan?!"

"Meminta maaf."

"Apa?"

"Aku minta maaf," Lucius semakin mengeratkan pelukan nya, "Aku sadar akan kesalahan ku. Aku akan berusaha merubah nya, walaupun mungkin itu sedikit sulit karena aku di besarkan di dalam keluargga yang sangat menjunjung tinggi status darah." Lucius diam sejenak, "Maukah kau membantu ku?

Lucy mengerutkan kening nya.

"Membantu ku agar bisa merubah nya?"

Lucy terdiam mendengar ucapan pria ini, ia diam untuk waktu yang sangat lama hingga akhirnya ia menghela nafas dan mengangkat kepala nya untuk melihat manik biru pria ini, "Jika kau ingin aku membantu mu, maka kau harus terbiasa makan satu meja dengan Dobby."

Lucius mengerutkan kening nya, "Lucy. . .–"

"Kenapa?" Lucy tersenyum kecil, "Kau tak bisa melakukan nya 'kan?"

"Listen–"

"Jika kau ingin merubah nya, maka mulai lah dari yang paling rendah." setelah mengatakan hal itu, Lucy melangkahkan kaki nya menabrak bahu pria itu dengan kuat dan berjalan menuju rumah pengawas sekolah itu.

Lucius diam sejenak menatap punggung gadis itu sambil menghela nafas panjang. Haruskah ia melakukan nya demi mendapatkan kata maaf dari gadis berumur enam belas tahun dan seorang muggleborn?

*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.

Lucy menghela nafas sambil melewati lorong sekolah yang sudah sunyi karena semua murid sudah berkumpul di aula makan. Ia berjalan sesuai arahan Professor Snape yang mengatakan bahwa ia memiliki urusan lebih penting selain makan malam.

Lucy berjalan dengan tangan kiri menempel di dinding dan tergesek setiap ia melangkahkan kaki. Sesekali ia menggembungkan pipi nya lalu menghembuskan nya. Ia lantas berhenti lalu berdecak sebal, kenapa ia tak kunjung menemukan ruangan yang di maksud guru ramuan nya itu?

Apa ini hanya akal-akalan pria itu saja? Tidak-tidak, tidak mungkin seorang Severus Snape mencoba mengerjai nya, dia adalah guru paling kaku dan paling dingin seantero Hogwart.

Lalu apa yang di maksud Severus tentang hal penting itu?

Lucy mau menangis karena perut nya sudah sangat lapar tapi ia tak kunjung menemukan ruangan nya. Demi Tuhan, jika bisa dia akan menjambak rambut pria itu dengan kuat.

Lalu saat ia sangat putus asa, tiba-tiba sebuah dinding terbuka. Hell, Lucy tidak sadar itu adalah sebuah pintu. Argh. Fokus nya pecah jika sedang lapar hingga tak menyadari bahwa sejak tadi ia berdiri tepat di depan pintu nya.

Lucy mengerutkan kening nya kala menemukan atensi seorang pria dengan jubah hitam kebanggaan nya berdiri sambil tersenyum seakan menyambut nya.

"Apa kau sudah menunggu lama, Nona?"

Lucy terdiam melihat nya lalu manik kebiruan nya tak sengaja melihat seorang elf bernama Dobby sedang duduk di sebuah meja yang berisi banyak makanan sambil melambaikan tangan nya yang kecil seperti dahan kayu.

Manik Lucy kembali pada pria ini, menatap nya penuh penuntutan sebuah penjelasan.

Lucius tersenyum lalu mengulurkan tangan nya, "Jika aku ingin kau membantu ku," ia menatap gadis itu lembut, "Aku harus memulai nya dari paling rendah 'kan?"


















































T B C.

EVERYONE HAVE A PRIORITY, GUYS. BERHENTI UNTUK MEMAKSAKAN SESEORANG MELAKUKAN HAL SESUAI KEINGINAN MU. my life not just an orange world and my school is my priority now.

I hope you'll understand, babe ❤

✨Y O U✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang