Lucy menggandeng tangan Lucius saat mereka sedang berjalan menyelusuri trotoar jalanan kota Paris yang indah ini, waktu sudah menunjukkan tiga sore semakin memperindah kota yang penuh cinta ini.
Mereka sering kali berhenti di depan toko souvenir dan melihat barang-barang yang di jualkan. Lucius membelikan apapun yang istri nya inginkan.
Lalu mereka masuk ke toko kue dan mencoba nya, kemudian Lucius dan Lucy terkekeh pelan saat mereka tak sengaja menatap cermin dan melihat kue nya belepotan di wajah.
Mereka kembali menyelusuri jalan karena hari sudah semakin sore namun lagi-lagi langkah mereka berhenti saat melihat seorang nenek penjual di pinggir trotoar, menjual hiasan rambut.
Lucius memperhatikan wajah Lucy yang antusias melihat ikat rambut yang di pasang di sana.
"Kau mau beli satu, Lucy?" tanya Lucius antusias.
Lucy mengangguk tanpa menoleh dan memilah-milah, mana yang bagus untuk diri nya.
"Apa kalian Ayah anak?" nenek penjual itu bertanya dengan bahasa Perancis mengalihkan perhatian kedua nya.
Lucy dan Lucius saling tatap lalu terkekeh pelan, "Dia istri ku, Nyonya."
"Sudah ku duga."
Kedua nya kembali saling pandang, "Kau mengetahui nya tapi kenapa menanyakan nya?"
Nenek itu lantas diam sesaat, "Semua orang memperhatikan kalian. Setiap laki-laki berpikir cara memiliki istri mu dan perempuan berpikir cara memiliki suami mu." ia tersenyum di wajah nya yang sudah keriput, "Kalian pasangan yang sempurna."
Lucy berdeham, ia tak tahu apa itu pujian atau peringatan.
Nenek itu menunduk, seakan juga ikut mencari ikat rambut yang pas untuk Lucy. Lalu ia meraih dua ikat rambut berwarna merah, "Ini, sangat cocok untuk mu."
Lucy diam sejenak lalu ragu-ragu menerima nya. Lucius menarik nafas kemudian segera mengecek kantung Coat panjang nya namun di hentikan oleh nenek itu.
"Aku tidak menerima bayaran, ambil lah."
Lucy tersentak, "Anda serius?"
"Anggap saja itu doa dari ku." Nenek itu tersenyum, "Kalian mengingatkan ku pada pepatah, bahwa cinta tidak memandang umur."
Lucy dan Lucius kembali saling pandang lalu tersenyum. "Terimakasih."
*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*
Lucy memegangi tangan suami nya saat mereka sedang duduk berhadapan di meja bundar dan memperhatikan ikat rambut yang melingar di pergelangan tangan Lucius.
Lucy menoleh ke sekitar, "Kapan kita akan pulang?"
Lucius memperhatikan wajah istri nya, "Besok." ia tersenyum, "Pesta nya hanya berlangsung tiga hari."
Lucy menatap pria yang juga menatap nya itu lalu beralih ke leher nya, ia meringis pelan saat melihat ada tiga bercak merah di sana, tentu saja itu ulah nya tadi. Tapi masalah nya, kenapa pria ini tidak berusaha menutupi nya dan malah membuka dua kancing kemeja nya.
"Kau tidak ingin menutupi itu, Sir?" tanya Lucy pelan.
Lucius menaikkan satu alis nya lalu mengerti arah tatapan istri nya, "Aku tidak ingin menutupi bahwa aku baru saja berhubungan dengan istri ku."
Lucy tersentak dan menoleh ke sekitar, memastikan tidak ada yang mendengar nya.
"Dan jika ada kesempatan," Lucius mendekat, "Aku akan memberitahu orang-orang betapa hebat nya istri ku memimpin perm—awh!"
KAMU SEDANG MEMBACA
✨Y O U✨
Fanfiction"Kenapa?" "Hm?" "Kenapa kau membuat ku seperti tak pernah merasakan kehilangan? Kenapa kau membuat ku seperti tak pernah merasakan kesedihan? Kenapa kau membuat ku seperti menemukan cahaya di kegelapan hidup ku? Kenapa kau membuat ku seperti sangat...