#33

1.5K 234 68
                                    

Lucy memainkan jemari nya di atas meja, setelah mendengar kabar dari Auror membuat Lucy tidak ingin keluar dan berakhir makan malam dengan Reyhan di rumah nya bersama Ayah dan Ibu nya. Walau ia sudah berulang kali di minta untuk tenang, nyata nya, kedua pria itu membuat kepala nya pusing hanya dengan menebak di mana mereka dan siapa pelaku nya.

Ia tak memperdulikan suara tawa orang yang ada di meja makan. Ayah nya membuat lelucon mungkin bertujuan untuk membuat nya merasa lebih baik walau tak berguna. Ia sangat khawatir.

Ayolah, Lucy. Kau murid Ravenclaw. Kau pasti bisa memecahkan tekateki yang ada jika saja sang Ayah tidak memaksa nya untuk tetap diam di rumah.

Lucy menarik nafas panjang lalu mata nya tak sengaja jatuh pada jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan Reyhan yang sibuk bercanda ria dengan kedua orang tua nya.

Lucy diam, ia memperhatikan jam tangan tersebut lekat-lekat hingga akhirnya jantung berdetak kencang sekali dan rasa nya itu akan pecah. Lucy berdeham sebentar, "Well, Reyhan ...," suara Lucy menarik perhatian semua orang termasuk pemilik nama. "Jam tangan mu terlihat bagus."

Reyhan menaikkan kedua alis nya menatap benda yang di maksud, "Ah, iya. Aku membeli nya di Nineville's Hour. Tidak ada jam tangan yang lebih baik daripada produk mereka." ujar pria itu sambil tersenyum menggoda ke arah John dan istri nya.

John tertawa, "Kau benar, di sana benar-benar sangat bagus, haha."

Lucy tetap diam di saat semua nya tertawa dan mata nya yang fokus menatap wajah pria itu intens, dengan senyum mengintimidasi nya. "Yeah ..., Ayah memang sangat baik dalam hal ini, bukan begitu, Ayah?"

John menoleh ke arah putri nya dan tersenyum senang melihat anak nya itu antusias dalam percakapan mereka. "Tentu saja, sayang. Ayah mu ini sangat handal."

Lucy menggertakkan gigi nya iseng, "Tapi ...," ia membenarkan duduk nya dan semua orang menatap nya, menunggu gadis ini melanjutkan kalimat nya. "Aku ingat, jam tangan jenis 1L0v3N hanya ada dua di dunia."

Lucy tersenyum miring, "Dan kedua nya sudah di beli oleh seseorang."

Semua nya terdiam. Mata Lucy terus memperhatikan Reyhan yang nyata nya tak menunjukkan tanda-tanda yang mencurigakan dan membuat wajah Ayah nya yang khawatir lolos dari pandangan Lucy.

John berdeham, saat itulah Lucy sadar. Yang nervous bukan Reyhan melainkan Ayah nya.

"Apa maksud mu, Lucy?" John tersenyum manis, "Itu ada tiga, di dunia."

Lucy kembali diam, ia mengeraskan rahang nya dan menatap Ayah datar sekaligus dingin. Cukup lama mereka saling tatap hingga membuat suasana menjadi canggung hingga akhirnya Lucy menarik nafas dan menunduk sebentar, "Owh, mungkin aku salah."

John mengulum bibir nya lalu mengangguk sambil tersenyum lega.

"Kalau begitu kau harus memecat Alice, Ayah." Lucy kembali tersenyum miring lalu memiringkan kepala nya menatap sang Ayah. "Karena dia salah memberi informasi kepada ku."

John diam, ia membalas tatapan putri nya itu. Sedangkan Lucy menyelam di onyx biru safir nya, mencoba menemukan sesuatu namun kosong. Ragu, tapi tidak benar-benar terlihat.

Lucy menarik nafas lalu menggelengkan kepala nya samar. Tetap menghadap sang Ayah walau mata nya menoleh ke arah tangan Reyhan yang duduk tepat di sebrang nya.

"Maaf menganggu, Tuan dan Nyonya. Tapi Tuan muda punya jadwal mengecek saham—"

"Tidak bisakah itu di undur?" Reyhan membalas nya dengan nada tidak suka. "Kau tidak lihat aku sedang makan malam dengan keluargga Nineville?"

"It's okay, Rey, it's okay ...," John tertawa geli sembari menepuk pundak pria itu pelan. "Sebagai pebisnis muda, kau harus teratur mengikuti jadwal mu. Itu juga terjadi pada ku dulu."

Reyhan menarik nafas pelan dan menatap manik John dengan tatapan bersalah. "Maafkan aku, Sir. Lain kali aku akan mengosongkan jadwal ku."

"Aku pergi dulu, Lucy." Reyhan menatap nya yang di balas senyuman kecil sembari Lucy menutup mata kemudian menunduk.

John mengangguk paham lalu berdiri dan mengantar pria itu hingga ke depan rumah nya yang besar. Di kesempatan itulah sang ibu menoleh ke arah nya.

"Ada apa, sayang?"

Lucy menatap wanita itu kemudian tersenyum, "Tidak ada, Ibu. Hanya terlalu khawatir dengan—"

"Sssttt." Ibu nya membelai rambut Lucy lembut. "Mereka akan di temukan. Ingat prinsip hidup mu?"

Lucy diam sejenak kemudian kembali menunduk, "Harapan adalah doa yang paling ampuh."

Ibu nya tersenyum, "Good."

Lucy tersenyum kecil lalu berdiri dari duduk nya, "Aku akan ke kamar ku, untuk menenangkan diri."

Ibu nya mengangguk, "Take your time, honey." ujar nya sambil memperhatikan putri nya yang menaiki tangga hingga akhirnya hilang saat ia sudah menginjak anak tangga yang terakhir.

*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.

"Mata nya menyimpan ketakutan."

"Tapi dia berusaha menyembunyikan itu."

Lucy melipat tangan nya menatap bulan yang bersinar terang dari jendela kamar nya yang besar dan lebar. Kepala nya berfikir keras.

"Tapi kenapa Draco harus hilang setelah ia meminta pada nya untuk mengundang pria itu ke rumah?"

Lucy menarik nafas lalu meraih kening nya, "Apa yang kau fikirkan, Lucy ..., bagaimana bisa kau mencurigai Ayah mu sendiri ...,"

Seketika, Lucy teringat saat kejadian pengawal pribadi teman nya memanggil nya. Tapi sebelum itu,

Lucy melihat jemari tangan nya yang bermain di atas sandaran tangan kursi. Lucy menghitung ketukan nya dan itu kode yang sangat mudah untuk di tebak.

"Cepat. Bawa. Aku. Pergi."

Lucy mengadahkan kepala nya kembali menatap langit malam. Ia juga mendapati tatapan bersalah pria itu karena harus pergi.

Lucy tersenyum meremehkan, "Manipulasi. Dia tidak benar-benar merasa bersalah."

Tapi benarkah itu, Reyhan? Teman semasa kecil nya? Pria yang mengajari nya untuk mengikhlaskan setelah kehampaan nya yang di tinggal Adric? Pria yang Lucy kenal murah hati dan selalu menghormati keluargga nya juga menjadi Ayah nya sebagai panutan? Tapi Lucy tidak menemukan kecanggungan saat ia menyinggung masalah jam tangan.

Lucy menarik nafas panjang. Ayah nya akan pergi ke Paris dua hari lagi. Ia akan menggunakan kesempatan itu untuk masuk ke dalam ruangan nya. Dan sehari esok, akan ia gunakan untuk menemui Reyhan di rumah nya.

Lucy berbalik, sudah saat nya ia tidur.

Sedangkan di sisi lain, seorang menarik nafas panjang sambil meraih dada nya merasa lega. "Dia sangat teliti dalam hal apapun. Aku harus berhati-hati."





















T B C

✨Y O U✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang