Lucy mengeratkan genggaman tangan nya saat pria ini menoleh dan menatap nya lembut sebelum akhirnya mendorong pintu kemudian masuk ke dalam ruangan yang hanya di isi oleh Tuan dan Nyonya Nineville setelah kepergian nya sebelum nya.
Lucy merasakan jantung nya berdebar apalagi ketika kedua orang tua nya menoleh dan memperhatikan mereka lalu terhenti di jari-jari Lucy dan Lucius yang saling bertautan.
"Well, Sir and Madam." Lucius mengulum bibir nya lalu menatap Lucy sejenak sambil tersenyum menenangkan, "Aku tahu, kau akan membunuhku ketika mendengar kalimat ku setelah ini."
Lucius diam sebentar mencoba menormalkan nafas dan detak jantung nya, "Aku mencintai putri mu, dan dia merasakan hal yang sama. Kalian akan menolak nya dengan keras, aku paham kecemasan kalian. Tapi aku yakin,"
Lucius menarik nafas nya, "Aku bisa untuk menjaga nya dari bahaya apapun yang mengancam nya dari dunia ini. Aku akan menjadikan nya satu-satu nya pemilik tahta nyawa dan hati ku. Dia tidak akan pernah ku tinggalkan demi wanita lain, karena bagi ku," Lucius kembali menatap Lucy hangat, "Dia sudah lebih dari apa yang ku butuhkan di dunia ini."
Lucy membalas tatapan nya lalu ikut tersenyum namun tetap saja masih ada ketakutan di balik senyum manis nya itu. Lucy semakin erat menggengam tangan pria ini, seakan jika ada celah sedikit saja maka orang tua nya akan membawa nya pergi yang jauh dan dia takkan bisa untuk menemui nya lagi.
Keadaan hening untuk sesaat, kedua orang tua nya saling tatap dan terlihat perasaan sedih dari sepasan mata nya itu. Lalu tiba saat John berdiri dari kursi nya lalu berjalan mendekat ke arah Lucius berdiri.
John dan Lucius saling tatap, beda nya Lucius menatap nya penuh keyakinan sedangkan John menatap nya penuh keresahan nya sebagai orang tua.
Lucy mengigit bibir bawah nya kala melihat tangan sang Ayah terangkat ke atas hingga sejajar dengan wajah Lucius.
Lucius sendiri menelan ludah nya kasar lalu memejamkan mata nya, bersiap untuk mendapatkan sebuah tamparan keras dari seorang pria yang berstatus Ayah dari gadis yang di cintai nya.
John menggeram, terlihat ia menggertakkan gigi nya kuat seakan sedang menahan emosi yang menggebu.
Lucy menatap ibu nya, meminta pertolongan. Tapi yang ada, wanita itu menatap nya sedih sambil menggelengkan kepala nya samar.
John menarik nafas lalu bersiap melayangkan tangan nya.
Buk.
Lucius membuka mata nya lalu mengerjap pelan ketika merasakan pria di depan nya ini menepuk bahu nya pelan. Lucius langsung menatap nya kaget dan terheran-heran atas tindakan Ayah gadis ini.
"Jika anak ku mendapatkan semua yang dia butuh kan dari mu," John mengulum bibir nya sambil tersenyum, "Maka aku tidak punya alasan untuk melarang kalian untuk bersama."
Lucius menganga pelan mendengar jawaban tak terduga dari pria ini namun perlahan ia tersenyum sambil bernafas lega, ia kembali menatap Lucy yang masih menatap Ayah nya dengan tatapan tak yakin.
Lucius tak bisa menahan diri nya untuk tersenyum lebar, "Thanks, Sir." Lucius menjabat tangan John dengan erat dan mengayunkan nya dengan semangat.
"Ku pegang kata-kata mu, Malfoy." John menunjukkan jari telunjuk nya, "Jika kau mengkhianati atau menyakiti nya. Aku akan—"
"Tidak perlu repot-repot membunuh ku, Sir." Lucius masih tersenyum lebar, "Karena aku pasti sudah membunuh diri ku sendiri jika itu terjadi."
John tersenyum kecil mendengarnya lalu mengangguk samar kemudian berjalan mundur hingga akhirnya kembali duduk ke kursi yang ia duduki tadi, "Well, kau belum menghabiskan makanan mu," John tersenyum sedikit lebar, "Calon pendamping anak ku."
*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.
"Jadi," Lucius melemparkan batu yang ia pegang ke pantai lepas di depan nya, hanya ada mereka berdua di sana. Sudah jelas dengan kekuasaan uang muggle nya, "Apa aku sudah boleh mendapatkan ciuman pertama mu?"
"Apa?" kaget Lucy.
Lucius diam lalu mengangkat kedua bahu nya, "Aku sudah mendapatkan izin Ayah mu."
Lucy terdiam menatap wajah tampan pria ini dari samping dan rambut hitam nya yang pendek berterbangan di sapu angin. Ia kembali menoleh ke arah pantai dengan ekspresi wajah yang tak bisa di tebak.
Lucius menyadari nya lalu salah tingkah, "Jika kau tak siap, itu tak apa. Aku bukan tipe pria yang akan memaksa mu. Kau tenang saja—"
"Apa kau akan sakit hati, jika. . .," Lucy memotong ucapan Lucius tanpa mengalihkan tatapan nya, "Aku bilang, bahwa aku masih ragu dengan perasaan ku?"
Lucius yang mendengarnya mematung sejenak, ia lantas menghela nafas lalu melemparkan batu terakhir yang ada di tangan nya dengan sekuat tenaga lalu kembali menatap gadis ini lembut. "Apa yang membuat mu ragu dengan perasaan mu, Lucy?"
"Entahlah, aku hanya tidak ingin kau jauh dariku tapi aku belum bisa yakin untuk menyatakan bahwa aku jatuh cinta dengan mu," Lucy masih tak mau menolehkan kepala nya agar dua bola mata kebiruan itu saling beradu. "Aku juga memikirkan Draco. Bagaimana reaksi nya, bagaimana perasaan nya, bagaimana keputusan nya jika mendengar hubungan kita."
"Tapi, aku serius," Lucy akhirnya menolehkan kepala nya dan menatap kedua bola mata biru itu, "Aku tak mau kau jauh dari ku."
Lucius menatap gadis itu sejenak sambil memainkan jari-jari tangan nya. Angin yang terasa kencang menerbangkan rambut dan kemeja nya, begitu juga dengan Lucy. Tapi mereka tak mempermasalahkan itu.
"Aku akan menunggu mu," Lucy menatap pria itu dengan keheranan, "Aku akan menunggu mu hingga kau yakin," Lucius tersenyum, "Bahwa kau memang mencintai ku."
Lucy terdiam untuk beberapa saat hingga akhirnya ia tersenyum manis, "Terimakasih, Sir."
"Kemarilah." Lucius melebarkan kedua tangan nya membiarkan gadis itu masuk ke dalam lingkaran nya, kemudian ia memeluk nya dengan sangat erat. Lucy tersenyum walau pria ini tidak bisa melihat nya.
Mereka saling berpelukan tepat saat matahari mulai menenggelamkan diri nya di ujung laut agar Bulan bisa menggantikan tugas nya.
Lucius mencium kening gadis ini lembut, "Aku mencintai mu, gadis kecil."
*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.
Lucius baru pulang setelah seharian menghabiskan waktu nya bersama seorang gadis yang berstatus teman anak nya. Tunggu, bukankah ia sudah bisa memanggil gadis itu, calon nya?
Lucius memasuki rumah dengan senyum yang masih terpasang di wajah tampan nya lalu bertemu dengan Dobby yang sedang membawakan minuman dari arah dapur.
Lucius mengerutkan kening nya, "Untuk siapa minuman itu, Dobby?"
"Mister. . .," Dobby menatap nya khawatir, "Kau harus melihat nya langsung."
Lucius menatap elf nya itu sebentar lalu melangkahkan kaki nya menuju ruang tamu nya yang besar dan mewah dengan warna serba hitam.
Lucius mematung sejenak kala melihat seorang wanita berambut keriting sedang duduk sambil memainkan barang antik nya.
"Bellatrix?" Lucius menaikkan satu alis nya, "Apa yang kau lakukan di sini."
Wanita itu menoleh lalu tersenyum miring, "Mengunjungi suami saudara ku, mungkin?"
Lucius menghela nafas lalu menoleh ke arah Dobby dan memerintahkan nya untuk memberikan minuman itu pada tamu nya.
Bellatrix menatap minuman itu sejenak lalu kembali menatap pria itu, "Sepertinya Mudblood itu sangat memberi pengaruh besar pada mu, ya, Lucius?"
T B C
JEJAK MANA HAYO?
KAMU SEDANG MEMBACA
✨Y O U✨
Fanfiction"Kenapa?" "Hm?" "Kenapa kau membuat ku seperti tak pernah merasakan kehilangan? Kenapa kau membuat ku seperti tak pernah merasakan kesedihan? Kenapa kau membuat ku seperti menemukan cahaya di kegelapan hidup ku? Kenapa kau membuat ku seperti sangat...