Lucy termenung di meja kelas Astronomy, ini sudah jam sebelas malam tapi guru nya tak kunjung datang. Ia menghela nafas kasar lalu meraih buku nya dan memilih untuk membolos kelas. Ia ingin ke kamar nya dan tidur tapi itu juga percuma, ia tak bisa tidur akhir-akhir ini. Semenjak kejadian diri nya dan Ayah Draco di depan pintu masuk asrama nya, dia jadi tidak bisa tidur nyenyak, dia sering kepikiran dan berakhir setress sendiri.
Ia akhirnya memilih untuk berjalan menuju perpustkaan, mungkin sedikit membaca bisa membantu nya merelaksasikan otak nya. Namun saat ia hendak berbelok, tangan nya di tarik menuju lorong kecil dan gelap.
Lucy memejamkan mata nya sambil mendorong-dorong orang yang menarik tangan nya ini, "Go away!"
"Hei, hei, hei," Lucius mendesis pelan dan melirik ke luar lorong, berharap tidak ada yang menemukan mereka. "Lucy, it's me!"
Lucy diam sebentar, perlahan ia mengintip lalu menghela nafas kasar saat yakin itu benar-benar pria itu. "Fyuh, Sir. Kau membuat ku takut."
Lucius diam sejenak lalu tersenyum, "Why?"
"Entahlah, semenjak Professor Snape menjadi guru Pertahanan, aku sedikit menjadi penakut."
"Kenapa seperti itu, hm?" tanya Lucius lembut sambil membelai pucuk kepala gadis ini lembut.
"Praktek nya lebih menyeramkan dari guru manapun," Lucy menggembungkan pipi nya, "Tapi aku menyukai Professor Slughorn, dia baik dan lembut."
"Oh yeah?" kekeh Lucius.
"Yeah," Lucy mengangguk samar sambil memperhatikan wajah pria ini intens, "Kenapa kau kemari?"
"Aku ingin menemui mu." balas Lucius dengan sangat cepat.
Lucy mengangkat kedua alis nya, "Kita baru saja bertemu dua hari yang lalu."
Lucius tersenyum sebentar, "Tapi semalam tidak 'kan?"
Lucy memutar bola mata nya malas, "Kau seperti remaja kasmaran, Sir!" Lucy mendorong tubuh pria itu kuat lalu hendak keluar dari lingkaran nya namun gagal kala tangan Lucius kembali mendorong nya hingga mengenai dinding dingin Hogwart.
"Berani mendorong ku, hm?"
Lucy menelan ludah nya kasar kala sadar dengan perbedaan suara Lucius. Lebih rendah dan lebih dalam, membuat nya sedikit ketakutan. "Si-sir—"
Lucy menahan nafas nya saat wajah Lucius benar-benar ada di hadapan nya, jarak mereka sangat dekat bahkan gadis itu bisa merasakan nafas hangat pria ini.
"Belum ada yang berani menyentuhku sebelum nya," Lucius tersenyum simpul di depan gadis ini, "Kau sangat berani nona, Nineville."
Lucy tak bisa apa-apa kala mata biru mereka saling bertabrakan. Beda nya Lucius dengan senyum nya dan Lucy dengan tatapan terkejut dan ketakutan nya.
Lucius terus memajukan wajah nya hingga hidung mereka bersentuhan, namun saat itu juga ia berhenti. Jantung Lucy berdegub kencang seakan itu bisa di dengar oleh pria di depan nya.
Lucius diam sejenak menatap kedua bola mata yang indah itu, lalu tersenyum. "Wajah mu merona, Lady."
Lucy mengerutkan kening nya lalu meraih kedua pipi nya dan itu membuat Lucius terkekeh pelan sambil menarik wajah nya menjauh. Lucy menatap pria ini heran lalu berubah menjadi kekesalan, ia lantas memukuli tubuh pria itu dengan sangat kuat saking kesal nya.
"Kau membuat ku takut, Sir!"
Lucius terkekeh namun juga kesakitan karena pukulan gadis ini tidak main-main, "Alright, i'm sorry–sorry, hei."
Lucius akhirnya mendorong gadis itu kembali ke dinding agar dia diam, tubuh nya berdenyut sekarang. "Aku hanya ingin balas dendam."
"Balas dendam?!" pekik Lucy tertahan.
"Kau selalu bisa membuat ku salah tingkah, Lucy. Bahkan hanya dengan kata-kata saja kau sudah membuat jantung ku berdetak dengan sangat kencang," Lucius merengek seperti bayi membuat Lucy menatap nya kebingungan dan bertanya-tanya, pria ini sedang kerasukan? "Jadi tidak adil rasa nya hanya aku yang salah tingkah, kau juga harus merasakan nya."
Lucy terdiam mendengar nya ia bahkan menganga sedikit, namun secepatnya ia menggelengkan kepala nya samar. "Excusme, Sir." Lucy meletakkan kedua tangan nya di pinggang. "Tapi tadi, aku tidak salah tingkah."
"Wajah mu memerah—"
"Aku seorang gadis, Sir, dan aku masih enam belas tahun, aku bahkan belum mempunyai first kiss. Jadi wajar bagi ku untuk merona saat kau melakukan hal tadi, tidak hanya kau, tapi jika semua pria yang melakukan nya aku juga tetap merona!"
Nafas Lucy tersenggal, dada nya naik turun karena mengeluarkan ucapan nya dengan sangat cepat.
Lucius diam sejenak hingga akhirnya tangan nya menerobos masuk melewati kacakan gadis ini lalu memeluk pinggang nya. Lucy merasakan jantung nya berhenti berdetak saking terkejut nya.
Lucius berdeham membuat Lucy hampir pingsan, ia menatap tangan nya sebentar, "Kau belum mendapatkan first kiss?"
Lucy menelan ludah nya kasar, "Si-sir. . .,"
"Bagaimana, jika itu adalah aku?"
Lucy mengulum bibir nya, "Sir, don't!"
"Why?" Lucius tersenyum miring, "Tidak ada orang lain di sini."
Lucy memejamkan mata nya sejenak, "Aku akan berteriak."
"Kau tak bisa berteriak jika bibir ku membungkam bibir mu, Lucy. . .,"
Lucy terdiam, ia tak punya kalimat apapun lagi untuk ia lontarkan. Ia terpojok, dan tidak ada jalan untuk keluar.
Lucius menaikkan satu alis nya dengan gaya yang khas lalu menatap gadis itu dengan tatapan menggoda, ia kembali mendekatkan wajah nya namun kali ini ai memiringkan nya, kemudian berbisik pelan. "Aku hanya ingin mengajak mu ke London, karena besok adalah hari sabtu."
Lucy tak bisa menahan nafas nya lebih lama, " Si-r, ka-kau bisa mengatakan nya dari jauh. . .,"
Lucius menatap wajah gadis ini dari sisi samping lalu tersenyum, "Tapi sepertinya aku menyukai posisi ini."
Lucy menggelengkan kepala nya samar laly mendorong tubuh pria itu kuat, "Stop it, Sir Malfoy!"
Lucius tertawa lagi, namun perlahan terdiam kala melihat wajah gadis ini sangat menahan amarah nya. Ia berdeham sebentar, "Lucy, aku minta maaf—"
Lucy menatap nya tajam, "Shut it."
Lucy keluar dari lorong dan berjalan dengan menahan emosi nya. Lucius memaki kecil lalu berbalik untuk mengejar gadis itu namun terhenti kala melihat ia berbincang dengan murid lain.
"Hai, Dean." sapa Lucy lembut. "Kenapa kau terlihat frustasi?"
"Hai, Lucy." Dean menggaruk tengkuk belakang nya, "Anu. . ., apa kau bisa mengajari ku Bab sebelas ini? Professor Snape mengajari nya terlalu cepat, aku tak paham apapun."
Lucy diam sejenak lalu tersenyum, "Kebetulan aku ingin ke perpustkaan, bagaimana jika kita pergi bersama ke sana? Aku akan mengajari mu."
Dean mengangkat kedua alis nya, "Apa tidak apa-apa? Ini sudah—"
"Apa yang kau katakan?" Lucy menarik tangan Dean lalu merangkul nya, "Tentu saja tidak apa-apa."
Lucy menatap pria yang sedikit lebih tinggi itu sambil tersenyum dan Lucius bisa melihat nya sebagian. Tiba-tiba darah nya mendidih melihat hal itu. Ini sudah hampir jam dua belas dan mereka pergi ke perpustakaan, berdua? Apa-apaan itu?!
Lucius mencengkram tongkat ular nya dengan sangat kuat hingga memutih. Ia lantas berjalan berbalik arah dari gadis itu. Daripada ia menghancurkan sekolah ini karena amarah nya, lebih baik ia segera pergi.
T B C
DI USAHAKAN SERING UP YA.
KAMU SEDANG MEMBACA
✨Y O U✨
Fiksi Penggemar"Kenapa?" "Hm?" "Kenapa kau membuat ku seperti tak pernah merasakan kehilangan? Kenapa kau membuat ku seperti tak pernah merasakan kesedihan? Kenapa kau membuat ku seperti menemukan cahaya di kegelapan hidup ku? Kenapa kau membuat ku seperti sangat...