Lucy memangku wajah nya di daun jendela, ia memandangi hujan yang turun dengan deras nya sambil sesekali menghela nafas kecil. Ia menoleh ke jalanan, dimana orang-orang berlarian menghindari air-air yang jatuh. Ia berpikir, kenapa mereka semua berusaha untuk menghindari air kehidupan yang di berikan langsung oleh Tuhan? Bukankah lebih baik berjalan santai menikmati anugerah tersebut?
Lucy menarik tangan nya lalu bersandar ke kursi santai nya dan menatap kamar nya kosong. Liburan kali ini tidak mengasikkan. Malah menegangkan. Sejak kejadian satu minggu yang lalu, di mana saat pria itu menemui nya secara diam-diam, ia tak bisa lagi tidur dengan nyenyak. Seakan perasaan cinta dan benci bersatu membentuk perasaan yang tak bisa ia mengerti.
Ia sudah mendengar kabar kementrian yang di kendalikan oleh Voldemort, ulah–rusuh yang di lakukan oleh pengikut-pengikut nya, Harry Potter yang berada di tingkat nomor satu pencarian para Auror. Dan kerusuhan lain nya membuat Lucy sangat susah menghubungi teman-teman nya seperti Su Li.
Apalagi Draco.
Lucy menggelengkan kepala nya samar ketika kepala nya terlintas nama pria itu. Ia masih marah, sangat marah, mereka menjadikan diri nya sebagai alasan untuk membunuh orang lain. Bukankah secara tidak langsung, mereka menjadikan nama nya berada di tingkat yang sangat kotor dan rendah?
Lucy menghela nafas panjang lalu menoleh ke arah pergelangan tangan nya, sudah akhir-akhir ini ia merasakan tanda hitam itu terlihat menyala dan tanpa di iringi oleh rasa sakit.
Ia tak tahu mengapa, tapi setahu yang pernah ia baca. Itu terjadi jika ada yang ingin menyakiti nya, maka tanda nya akan ikut menyala di iringi rasa sakit, tapi ketika ada yang ingin menyakiti nya dan ada yang berusaha melindungi nya, maka tanda nya hanya akan menyala dengan terang.
Tapi,
Siapa mereka?
Siapa yang ingin menyakiti dan melindungi diri nya?
Lagi-lagi Lucy menarik nafas panjang lalu berdiri hendak keluar dan menuju meja makan. Namun saat ia ingin meraih kenop pintu tiba-tiba cahaya putih muncul dan berputar hingga memunculkan sesosok tubuh kecil dengan daun telinga yang aneh dan kain putih yang melilit tubuh nya.
Lucy mengerutkan kening nya kaget, "Dobby?!"
Dobby tertawa canggung, "Ha-hai, Miss."
"What are you doing here?!"
"Dobby harus memberitahu Miss Nineville sesuatu." balas elf tersebut dengan mata yang berbinar.
Lucy diam sejenak menatap mata bulat Dobby lalu melipat tangan nya di depan dada, "Jika ini perintah tuan mu untuk meyakinkan ku—"
"—Ini bukan perintah Mister ataupun Young Master!" potong Dobby cepat dan sekali bentakan membuat Lucy terdiam. Dobby meringis, "Maaf sudah memotong dan membentak mu, Miss." Dobby menoleh ke kanan dan ke kiri mencari benda yang bisa di gunakan untuk menghukum diri nya sendiri.
Lucy menahan tangan nya yang sekurus rantang kayu, "Jangan mencoba menyakiti diri mu sendiri."
"Dobby harus melakukan nya, Miss."
Lucy berdecak kecil lalu menghela nafas panjang, ia lantas mengambil buku yang terletak di atas nakas panjang di samping pintu nya lalu memukul kepala elf tersebut pelan, "Kau sudah di hukum."
"Thanks, Miss." Dobby tersenyum lalu menarik tangan gadis itu hingga akhirnya duduk di pinggir kasur yang berwarna hitam ini. Dobby memperlihat pergelangan tangan kiri Lucy dan menatap tanda itu, "Apa kau tahu kenapa tanda ini sering menyala, Miss?"
"Karena seseorang ingin menyerang ku dan orang lain ingin melindungi ku."
Dobby tersenyum, "Kau benar. Dan kau tahu siapa mereka?"
KAMU SEDANG MEMBACA
✨Y O U✨
Fanfiction"Kenapa?" "Hm?" "Kenapa kau membuat ku seperti tak pernah merasakan kehilangan? Kenapa kau membuat ku seperti tak pernah merasakan kesedihan? Kenapa kau membuat ku seperti menemukan cahaya di kegelapan hidup ku? Kenapa kau membuat ku seperti sangat...