#11

2.4K 384 107
                                    

Lucy menaikkan satu alis nya menatap uluran pria ini ragu-ragu. Namun ketika ia melihat Dobby yang duduk di sana dan menatap nya lembut. Pertahanan Lucy melemah, ia lantas menerima uluran tangan Lucius yang langsung di genggam erat oleh pria itu.

Lucius perlahan membawa nya masuk ke dalam dan duduk di meja makan tepat di depan Dobby. Lucy masih terdiam, masih berfikir, apa ini
hanya ilusi, mimpi atau ini benar-benar kenyataan.

Nafas Lucy tertahan kala melihat pria itu duduk di antara diri nya dan elf di depan nya. Ia bahkan membuka mulut nya saking tak percaya apa yang ia lihat. Hell, seorang Lucius Abraxas Malfoy duduk di meja yang sama dengan seorang elf tanpa rasa beban ataupun takut kehilangan citra nya sebagai pureblood?

Lucy mengerutkan kening nya, "Are you sure, you're the real Lucius Malfoy?"

Lucius yang hendak mengambil garpu terdiam mendengar pertanyaan gadis ini. Ia menatap Dobby sejenak lalu menoleh ke arah gadis ini. "Apa aku terlihat berbeda malam ini?"

"Of course, you do." Lucy semakin mengerutkan kening nya dan menatap pria ini tajam, "Tidak mungkin seorang pria keras kepala dan berasal dari keluargga Pureblood sedang duduk—"

"Kau yang membuat nya mungkin, Lucy." potong Lucius membuat gadis itu terdiam, "Kau membuat seorang pria keras kepala dari keluargga Pureblood ini merendahkan diri nya untuk mendapatkan atensi mu kembali."

Lucy diam, ia masih menelisik kebohongan dari manik biru pria ini namun ia tak menemukan apapun hingga akhir nya ia menoleh ke arah Dobby, "Apa dia benar-benar tuan mu, Dobby?"

Dobby terkejut dengan pertanyaan Lucy yang mengarah pada nya lalu mengangguk, "Yes, mis. He's my mister."

Lucy menghela nafas lalu mengangguk samar, "Baiklah, jika kau mengatakan nya seperti itu."

Lucius tersentak dengan kalimat gadis ini, "Hei, kau lebih percaya dengan ucapan nya–"

"Yes," potong Lucy dengan sedikit kasar. "Apa kau bermasalah dengan hal itu?"

Lucius menelan ludah nya kasar, "Tidak. . .," ia menggelengkan kepala nya samar, "Tidak sama sekali."

Lucy menatap pria itu sejenak lalu mengambil garpu nya karena Demi Tuhan, ia sudah sangat lapar sejak ia berputar mencari-cari ruangan yang di maksud Professor Snape.

"By the way," Lucy mengalihkan tatapan Lucius, Gadis itu berdeham sebentar. "Kau sudah mendapatkan atensi ku kembali, Sir."

*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.

Lucius sedang berjalan menaiki tangga bersama gadis yang baru saja menghabiskan waktu nya untuk makan malam bersama diri nya. Tangan nya sedang di dalam kantung celana nya saat gadis itu menarik nya keluar dan menggandeng nya.

Lucius menelan ludah nya kasar melihat tindakan gadis ini. Apalagi saat Lucy memeluk nya pelan.

"Kenapa kau selalu memasukkan tangan mu ke dalam kantung celana mu?" tanya Lucy tanpa mengalihkan tatapan nya. "Kau membuat ku sedikit susah untuk menggandeng mu."

Lucius mengulum bibir nya, salah tingkah akibat ucapan gadis ini. Ia berdeham sebentar, mencoba untuk merelaksikan kesalahtingkahan nya.

"Aku tak biasa di sentuh oleh orang lain." balas Lucius senormal mungkin agar gadis ini tidak sadar diri nya sedang salah tingkah.

"Jadi kau tak mau di sentuh oleh ku?"

Lucius memaki dalam hati. Hell, ini adalah pertanyaan jebakan dari gadis ini. "Ye-yeah, k-kecuali kau."

"Kecuali aku?" Lucy menoleh ke arah pria itu sambil tersenyum manis membuat Lucius semakin salah tingkah.

"Ya, tentu saja."

Lucius membuang tatapan nya agar gadis ini tak melihat wajah malu nya. Baru kali ini ia bersyukur bahwa letak asrama Ravenclaw memiliki banyak tangga yang menghambat waktu agar bisa berlama-lama dengan gadis ini.

"Sir," panggil Lucy. "Aku masih tidak menyangka kau akan menomorduakan keegoisan mu dan citra mu sebagai seorang Pureblood."

Lucius menoleh ke arah gadis ini, "Kau yang membuat ku seperti ini, Lucy."

Lucy tersenyum, "Terimakasih."

Lucius tersentak dengan ucapan gadis ini, "Kenapa malah kau yang berterimakasih pada ku?"

"Karena kau memikirkan kalimat ku hingga kemudian menuruti nya," Lucy kembali tersenyum, "Kau menuruti kalimat seorang muggleborn."

Lucius terdiam bahkan hingga akhirnya mereka sampai di depan pintu masuk asrama gadis ini. Lucy melepaskan gandengan tangan nya pada pria ini kemudian berjalan menuju pintu masuk.

"Kenapa. . .,"

"Hm?" gadis itu berbalik menatap Lucius yang masih berdiri di sana.

"Kenapa kau membuat ku seperti tak pernah merasakan kehilangan? Kenapa kau membuat ku seperti tak pernah merasakan kesedihan? Kenapa kau membuat ku seperti menemukan cahaya di kegelapan hidup ku? Kenapa kau membuat ku seperti sangat tergantung dengan mu, Kenapa?"

Lucy terdiam saat melihat pria ini tiba-tiba menunjukkan kelemahan nya apalagi saat Lucy melihat mata biru Lucius berair.

"Sir. . .," Lucy berjalan mendekat ke arah pria ini.

"Kau. . .," Lucius menatap manik gadis ini, "Membuat ku seakan tak bisa hidup tanpa mu."

Lucy meraih perut pria ini dan memeluk nya erat, "Jangan menangis. . .,"

Lucy semakin mengeratkan pelukan nya dengan wajah sendu, "Jangan menangis jika itu karena ku." gadis itu menelan ludah nya kasar, "Kau akan membuat ku merasa bersalah."

"Ini memang salah mu, Lucy." Lucius tak bisa menahan air mata nya, "Salah mu yang membuat ku tak bisa berhenti memikirkan diri mu."

Tiba-tiba pria itu seakan kehilangan tenaga hingga berlutut di depan Lucy dan tatapan mata mereka menjadi sejajar. Lucy dapat melihat dengan jelas bagaimana mata kebiruan itu menunjukkan tatapan yang tak bisa di artikan.

"Salah mu yang membuat ku bisa tersenyum, tertawa dan menangis seperti orang gila."

Lucy merasakan tubuh nya mematung.

"Salah mu yang membuat ku tak bisa tidur karena memikirkan diri mu."

Lucy menelan ludah nya kasar.

"Salah mu yang membuat ku hampir mati tersiksa karena merindukan mu."

Lucy tak bisa bernafas.

"Salah mu," Air mata Lucius turun menyebrangi wajah nya yang tampan. "Yang membuat ku tergila-gila pada mu."

Lucy rasa diri nya akan hancur lebur begitu saja karena semua kalimat yang di keluarkan pria ini. Apalagi saat Lucius menarik nya ke dalam pelukan nya yang hangat dan sangat erat, seakan jika ada celah sedikit saja maka seseorang akan menarik nya pergi dan takkan pernah kembali.

"Jangan tinggalkan aku, ku mohon." Lucius menangis di bahu gadis ini, "Jangan tinggalkan aku seperti Narcissa lakukan, jangan, aku memohon pada mu."

Lucius terisak, "Aku tidak tahu bagaimana hancur nya hidup ku jika kehilangan mu."


































































T B C

✨Y O U✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang