Lucius sedang mengancingkan kemeja nya saat Lucy baru saja terbangun dari tidur nya. Gadis itu mengucek kelopak mata nya sebentar sebelum akhirnya meregangkan otot nya dan memandangi pria yang kini sedang mengikat dasi nya.
"Itu salah." Lucy bangkit dari duduk nya kemudian melangkah mendekat, ia meraih dasi kehitaman itu lalu mengikat nya dengan benar. Lucy menatap manik biru itu, "Kau pemimpin perusahaan terkenal tapi memakai dasi saja tidak bisa?"
Lucius tersenyum gemas dan mengacak rambut istri nya itu, "Setidaknya aku tidak perlu merasa khawatir, ada kau yang akan selalu membenarkan nya."
Lucy menggelengkan kepala nya samar lalu menoleh ke arah meja rias hendak mengambil sisir, namun tatapan nya terhenti saat melihat undangan yang di berikan Harry Potter beberapa hari yang lalu.
"Sir," Lucy mengambil undangan tersebut dan membaca nya. "Acara nya besok. "
Lucius yang tengah memakai Jas kehitaman nya mematung sejenak, ia terlihat gelisah. "Em, yah, masih ku pikirkan."
Lucy menaikkan satu alis nya, "Apa yang kau pikirkan? Besok adalah hari libur."
"Lucy, pekerjaan ku—"
"Argh, not again." Lucy memutar bola mata nya malas. Lucy berjalan menuju jendela lalu berbalik, "Kau tahu, sir? Kau hanya berbeda fisik, sisa nya kau sangat mirip dengan Ayah ku."
Lucy menyandarkan tubuh nya ke daun jendela, "Entah apa yang membuat ibu ku bisa tahan dengan pria seperti itu."
Lucius berjalan mendekat, "Lucy—"
"Apa?" tanya nya. "Kau ingin meyakinkan ku bahwa pekerjaan ini lebih penting?"
Lucius mengulum bibir nya, melihat kebencian dari sorot mata istri nya membuat Lucius menelan ludah nya kasar. Tidak, ia tidak suka tatapan itu.
Lucy memandangi pria itu yang seperti sedang berpikir, antara ingin bicara atau tidak.
Lucius menarik nafas nya panjang lalu menatap istri nya intens, "Baiklah, aku akan memberitahu mu."
Lucy melihat pria ini semakin mendekat hingga akhirnya ia berdiri tepat di hadapan nya dan ia harus sedikit menunduk jika ingin menatap mata nya.
"Alasan aku tidak ingin kembali ke dunia sihir adalah," Lucy menatap nya dengan jantung yang berdebar. Lucius meraih tangan istrinya lalu mencium nya hangat. "Para penyihir pureblood akan mengecam mu."
D E G H
"Apa?"
"Mereka akan mengecam mu karena menikahi ku hingga membuat ku di hapus dari daftar penyihir pureblood yang lain nya." Lucius menatap nya lembut, "Aku tak mau kau mendengarkan nya, sayang. Itu sebab nya—"
"Kau tidak ingin aku mendengarkan nya?" Lucy menaikkan satu alis nya. "Why?"
"Karena itu akan menyakiti mu."
"Menyakiti ku atau menyakiti mu?"
Lucius menaikkan satu alis nya.
"Kau juga tidak mau mendengarkan kecaman itu, bukan?" Lucy menatap nya dingin. "Kau tahu aku, sir. Aku tak pernah perduli dengan status darah orang lain. Jika kau memang mengerti aku, maka seharusnya kau akan ikut dengan ku dan kita akan menghadapi nya bersama."
Lucius menelan ludah nya kasar lalu menarik nafas panjang, "Dengarkan aku, Lucy. Kita tidak akan pergi."
"Huh?"
"Kita bisa mengirimkan hadiah dan ucapan selamat, lagipula Draco juga akan datang. Jadi kita tidak perlu—"
"SIR MALFOY!"
KAMU SEDANG MEMBACA
✨Y O U✨
Fanfiction"Kenapa?" "Hm?" "Kenapa kau membuat ku seperti tak pernah merasakan kehilangan? Kenapa kau membuat ku seperti tak pernah merasakan kesedihan? Kenapa kau membuat ku seperti menemukan cahaya di kegelapan hidup ku? Kenapa kau membuat ku seperti sangat...