Lucy berjalan memasuki ruangan Reyhan, ini kesempatan nya. Pria itu sedang ada rapat dengan petinggi saham dan dia punya waktu hingga dua puluh lima menit ke depan. Ia menoleh ke sekitar, mencari tempat di mana kemungkinan ia akan menyembunyikan barang berharga nya.
Tapi apakah dia menyimpan nya di sini? Bukankah ruangan ini sering di kunjungi oleh pihak klien atau siapapun yang mempunyai urusan dengan nya? Bagaimana jika itu—
Got it.
Sebuah pintu yang terletak tepat di balik kursi kekuasaan nya. Lucy menengok ke arah pintu, memastikan tidak ada tanda-tanda orang akan masuk.
Ia perlahan berjalan mendekat, lalu memastikan tidak ada yang bisa melihat nya. Setelah yakin, ia mendorong pintu nya dan kemudian masuk ke dalam.
Reyhan baru saja keluar dari ruangan rapat nya dengan wajah sedikit di tekuk, hasil rapat kali ini sedikit tidak memuaskan membuat nya menghela nafas beberapa kali. Baru tiga langkah, ia langsung di himpit oleh seorang pria berbadan tegap memakai pakaian formal nya.
"Tuan, nona Lucy ada di ruangan anda saat ini."
Seketika Reyhan langsung panik menatap pengawal nya, "Lucy?! Di ruangan ku?!"
"Ya, Tuan. Dia—"
"SHIT!" Reyhan langsung berlari meninggalkan pengawal nya dan tak mengindahkan tatapan hormat para karyawan yang bekerja. Jantung nya berdegub dengan sangat cepat, kenapa gadis itu ada di sana? Dan kenapa dengan bodoh nya mereka meletakkan nya di ruangan itu sendirian.
Reyhan langsung mendorong pintu nya kasar dan dengan nafas tersenggal, ia melihat gadis itu sedang duduk di sofa sambil membaca buku.
Reyhan menatap nya sejenak lalu masuk sambil berusaha menormalkan nafas nya, "Kau menunggu lama, Lucy?"
Pemilik nama terpanggil lalu menoleh dan tersenyum, "Tidak, aku baru datang." Lucy memperhatikan teman nya itu, "Apa ada masalah? Wajah mu terlihat pucat."
Reyhan yang berjalan mendekat langsung berhenti dan mengusap wajah nya frustasi, ia terlihat seperti orang bodoh. "Tidak ada ..., hanya sedikit tidak enak badan ...,"
"Oh, begitu." Lucy menutup buku nya dan meletakkan nya di samping lalu berdiri mendekat ke arah pria itu. "Kau tidak mungkin lupa hari spesial ku besok, bukan?"
"Tentu saja, Lucy." Reyhan tersenyum, "Bagaimana bisa aku melupakan hari lahirnya gadis yang ku sayangi ini." ia mencubit pipi Lucy dengan wajah gemas nya.
Lucy terkekeh pelan, "Kau harus datang, aku tidak menerima alasan apapun." Lucy melipat tangan nya di depan dada dengan wajah serius namun malah terlihat imut di mata nya.
"Baiklah-baiklah," Reyhan tertawa kecil lalu mengacak rambut gadis itu, "Aku akan mengosongkan semua jadwal ku demi gadis yang akan berulang tahun besok."
Seketika Lucy tersenyum kegirangan, "Janji?" ia mengulurkan jari kelingking nya.
Reyhan terkekeh geli lalu menautkan jari kelingking milik nya, "Aku janji, Lucy."
Lucy tersenyum senang, lalu melepaskan jemari mereka dan menoleh ke arah jam tangan nya. "Hm, aku harus pergi. Maaf menganggu waktu mu."
KAMU SEDANG MEMBACA
✨Y O U✨
Fanfiction"Kenapa?" "Hm?" "Kenapa kau membuat ku seperti tak pernah merasakan kehilangan? Kenapa kau membuat ku seperti tak pernah merasakan kesedihan? Kenapa kau membuat ku seperti menemukan cahaya di kegelapan hidup ku? Kenapa kau membuat ku seperti sangat...