Lucy melangkahkan kaki nya ke arah kamar pria itu, sepanjang jalan, yang ia lihat hanyalah benda-benda mahal yang sudah tidak di tempat nya. Dan ia langsung berlari kala mendengar suara keras dari arah kamar nya.
Lucy terdiam ketika melihat pria itu sedang berdiri dengan tongkat sihir di pergelangan tangan nya. Lucy menelan ludah nya kasar, "Sir. . .," panggil nya lembut.
"Ninevile." tahan Severus pelan ketika melihat tindakan gadis ini.
"Sstt," ujar Lucy tanpa menatap nya, mata nya fokus pada pria yang membelakangi nya ini. "Jangan lakukan apapun." pinta nya. Severus menghela nafas kasar tapi kali ini ia ingin melihat, seberapa besar pengaruh gadis ini di keluargga Malfoy.
Lucy mendekat dengan sangat hati-hati dan pelan, ia tidak mau mengejutkan pria itu. "Sir Malfoy? It's me."
Lucius terdiam mendengar suara yang sangat ia kenal itu, "What–are you doing here, Ninevile?"
Lucy merinding kala mendengar suara dingin nan suram itu, ia seperti monster yang terjebak di dalam tubuh manusia. "Aku di sini," Lucy menghentikan langkah nya kala pria itu perlahan berbalik menatap nya, "Untuk mu, Sir."
Mata kebiruan Lucius menyala di tengah kegelapan setengah tubuh nya. Tidak ada lampu atau lilin yang menyala, hanya sinar bulan yang menembus di kaca yang sudah pecah sebagian.
"Kau takut pada ku, bukan?" ujar nya dengan suara bergetar, tanda ia akan menangis.
"No, si—"
"LIAR!"
Bentakan Lucius mengagetkan kedua nya dan Severus hampir saja mengeluarkan tongkat sihir nya namun tak jadi saat Lucy melarang nya melalui kode tangan nya. Gadis itu kembali melangkahkan kaki nya perlahan agar bisa mendekati pria ini.
"Terlihat jelas di mata mu, Ninevile." Lucius menahan tangis nya, "Kau takut pada ku! Kau takut karena aku seorang penjahat! Seorang pembunuh! Dan seorang pelayan dari Pangeran Kegelapan!"
Lucy tetap berusaha mendekat, "Apa kau masih menjadi pelayan nya, Lucius?"
Severus tersentak kaget saat gadis ini memanggil pria itu dengan nama, seakan-akan mereka sudah sangat dekat untuk memanggil nama depan.
Lucius sendiri pun sama, ia merasakan ada getaran di tubuh nya kala gadis itu memanggil nama nya.
"Lucy. . .," lirih Lucius pelan, tanda ia akan menunjukkan penyerahan nya.
"Jika ku katakan, jangan kembali pada nya," Lucy diam sejenak sambil tetap berusaha berjalan mendekat, tinggal beberapa langkah lagi. "Apa kau akan menuruti ku dan tetap di sini?"
"Lucy. . .," lirih nya lagi.
Lucy hampir berhasil mendekati pria itu, "Tetap di sini, Lucius. Jangan kembali pada nya."
Tinggal tiga langkah lagi, Lucy menahan nafas nya. Intinya ia harus bisa menggapai pria itu dan mengambil tongkat nya hingga ia tak bisa melakukan apapun yang berbahaya.
"Kita bisa bersama-sama di sini," Lucy tersenyum saat sudah mencapai area pria ini. "Kau dan aku—"
Lucy mematung kala tongkat Lucius menempel di leher nya. Lucy spontan mengangkat tangan nya dan lagi-lagi itu membuat Severus tak jadi mengeluarkan tongkat nya.
Dapat Lucy lihat dengan jelas kerapuhan di mata pria yang sedang menodong nya ini. Keputusasaan dan sendirian.
Mata Lucius yang sudah berair menatap nya tajam, "TELL ME THE TRUTH!" Bentak nya kuat namun dengan suara bergetar, "You're afraid of me, aren't you?"
Lucy diam sebentar lalu menurunkan kedua tangan nya sambil menghela nafas, "Yes."
Lucius merasakan sakit di dada nya setelah mendengar kalimat gadis ini, seperti di hujami oleh anak panah yang menusuk tepat di jantung nya.
"Siapa yang tidak takut pada seorang penjahat? Seorang pembunuh dan seorang pelayan dari Pangeran kegelapan?" ucap Lucy dengan tatapan menantang nya. "Semua orang takut dengan orang seperti itu, Sir."
Tangan Lucius bergetar, ia ingin merapalkan mantra hingga gadis ini terlempar ke belakang dan mati kehabisan darah namun ia tak bisa sekuat apapun ia berusaha, bahkan membayangkan gadis itu terluka saja dia tak sanggup.
"Tapi seseorang seperti itu sedang membutuhkan ku."
Lucius kembali menatap gadis itu, tatapan nya berubah, bukan tatapan menantang seperti tadi tapi tatapan lembut nya.
"Seorang penjahat juga bisa merasa sedih, bukan?" Lucy tersenyum kecil, "Seorang pembunuh juga perlu pelukan."
Perlahan tangan Lucy meraih tongkat Lucius yang menempel di leher nya kemudian mengambil nya, entah kenapa Lucius merasakan tenaga nya berkurang kala mendengar suara gadis ini dan membiarkan nya mengambil tongkat nya.
"I'm not afraid anymore."
Setelah mendengar hal itu tubuh Lucius seakan kehilangan tenaga dan berlutut di depan Lucy. Gadis itu langsung menangkap kepala nya dan membawa nya ke dekapan hangat nya sebelum terjatuh ke lantai. Saat itu juga tangis Lucius pecah di pelukan gadis ini.
Severus menghela nafas kasar, tak percaya apa yang telah ia lihat di depan mata nya.
Lucy menghelus surai silver pria ini lembut, mengantarkan nya pada sandaran yang selama ini ia butuhkan.
"Menangislah, sekarang. Cerita semua keluh kesah mu, sekarang." Lucy tersenyum kecil, "Aku akan tetap di sini dan mendengarkan semua nya hingga akhir."
*.*.*.*.*.*.*.*.
Lucy membelai kepala pria yang tertidur di atas kaki nya ini sambil menatap bulan dari jendela nya yang pecah, ia menghela nafas lalu menoleh ke sekitar. Semua kacau dan semua nya hancur.
"Jangan khawatir," ujar Lucius dengan mata terpejam nya, "Dobby akan membersihkan ini semua."
"Apa kau selalu seperti ini, Sir?" tanya Lucy spontan, "Menghancurkan semua nya?"
Lucius terdiam mendengar kalimat gadis ini. Perlahan ia membuka mata nya dan menatap manik gadis itu, "Setiap aku mengingat kematian nya, aku merasa sangat marah dan perasaan menyesal ku membuat ku tak terkendali dan menghancurkan apapun yang ku lihat."
"Itu juga terjadi saat aku merindukan nya dan berakhir," Lucius diam sebentar, "Dobby membeli semua barang baru."
Lucy diam sejenak, tangan nya masih setia membelai surai pria ini. "Lalu bagaimana saat kau merindukan ku, hm?"
Lucius menatap manik kebiruan gadis itu dengan kaget, namun dengan cepat ia menyembunyikan nya. "Ye-yeah, saat aku merindukan mu, aku membayangkan mu di samping ku dan membiarkan ku tidur di bahu mu."
Lucy tersenyum kecil ketika mendengar nya, "Kau terlalu banyak membaca buku muggle, Sir."
Lucius ikut tersenyum kala melihat senyum gadis ini, namun perlahan senyum nya menghilang.
"Lucy. . .,"
"Yes, Sir?"
"Jika. . .," Lucius menatap gadis itu intens, "Jika aku bilang aku menginginkan mu di sini untuk menemani ku, apa kau akan melakukan nya?"
Lucy terdiam mendengar permintaan pria ini, tapi tak lama kemudian ia tersenyum. "Kau ingin membuat kaki ku mati rasa, Sir?"
Lucius diam lalu terkekeh pelan mendengar ucapan gadis ini. Ia lantas bangkit dari tidur nya lalu menggandeng tangan Lucy dan membawa nya duduk di sofa hitam, satu-satu nya benda yang tidak tersentuh oleh nya.
Lucy duduk di samping pria ini dan terkejut kala Lucius menyandarkan kepala nya di bahu nya. Lucy hendak protes namun terpotong oleh nya,
"Ssstt," desis Lucius sambil memejamkan mata nya. "Aku ingin seperti ini, sebentar saja."
Lucy diam, tak jadi mengeluarkan kalimat protes nya.
"Untuk meyakinkan bahwa aku benar-benar punya tempat untuk bersandar."
T B C
Double up loh, yakali ga di komen.
KAMU SEDANG MEMBACA
✨Y O U✨
Fanfiction"Kenapa?" "Hm?" "Kenapa kau membuat ku seperti tak pernah merasakan kehilangan? Kenapa kau membuat ku seperti tak pernah merasakan kesedihan? Kenapa kau membuat ku seperti menemukan cahaya di kegelapan hidup ku? Kenapa kau membuat ku seperti sangat...