Lucius meraih ponsel nya yang bergetar dan mengangkat telpon dari salah satu petinggi perusahaan yang ia pimpin, "Bicaralah."
Lucy yang tengah mengoleskan selai ke atas roti menoleh ke arah pria yang tengah memapah ponsel di telinga nya. Lucius yang hanya memakai kaos putih lengan pendek dan celana hitam panjang hanya diam mendengarkan apa yang di ucapkan lawan bicara nya lalu tak berapa lama ia menoleh ke arah Lucy yang juga menatap nya.
"Baiklah, aku mengerti. Aku akan segera ke sana."
Lucius mematikan telpon nya lalu menghembuskan nafas berat kemudian berjalan mendekat ke arah istri nya itu, "Lucy ...,"
"Petinggi perusahaan meminta mu keluar?" tebak Lucy.
Lucius menelan ludah nya kasar, "Teman Ayah mu mengadakan ulang tahun perusahaan nya di Paris, mereka ingin aku datang menggantikan Ayah mu yang tengah berlibur."
Lucy meletakkan selai dan roti nya kembali ke atas piring dan menatap suami nya dengan tatapan tidak suka, "Tidak bisakah kau katakan bahwa kau sedang sakit?"
"Lucy," Lucius tetap bersuara lembut, "Ini tentang hubungan pertemanan antar perusahaan dan antar pria."
"Apa hubungan itu yang bertanggung jawab jika kau sakit?"
Lucius menunduk sejenak, "Aku sudah merasa membaik, aku—"
"Terserah." Lucy berdiri dari kursi santai nya. "Aku tidak akan melarang mu. Lagipula, omongan ku tidak penting bagi mu, bukan?"
Lucius menarik nafas frustasi, meminta izin pada istri nya jauh lebih rumit mempelajari saham kelas A kemarin. "Lucy, dengarkan aku—"
Suara telpon rumah berdering, Lucy langsung mengangkat nya karena dia yang paling dekat dengan benda tersebut. "Halo, Ayah? Bagaimana liburan nya?"
"Great! Bagaimana kabar mu, sayang?"
"Baik. Ada apa Ayah menelpon?"
Lucius menarik nafas, lagi, lalu menunduk memainkan jemari nya.
"Kau pasti sudah dengar undangan teman ku, bukan?"
Lucy melirik ke arah Lucius yang juga menatap nya karena ia juga mendengar suara Ayah nya, "Ya. Kenapa?"
"Kau harus ikut dengan Lucius, sayang. Itu peraturan tak tertulis para pemilik saham."
Lucy menggertakkan gigi nya dan menunduk sejenak, "Haruskah?"
Lucy menghembuskan nafas kesal setelah mendengar jawaban Ayah nya yang sudah ia tebak, "Baiklah, jika itu mau Ayah."
Lucy menutup telpon nya lalu berbalik dan berjalan melewati suami nya itu, "Bersiaplah."
Lucius mengulum bibirnya lalu mengangguk sekali, "Alright."
*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.
Setelah beberapa jam, Lucius dan Lucy sampai di Paris dan langsung di antar ke Hotel bintang Lima yang ada di sana. Mereka tak perlu lagi memesan kamar karena sejak awal sudah di pesankan oleh pihak teman Ayah nya.
Lucius memberi tip pada pelayan yang membawakan tas mereka lalu menutup pintu nya dan berbalik menatap istri nya. "Istirahatlah, aku tahu kau lelah."
"Kita akan datang ke pernikahan Harry dan Ginny, 'kan?"
Lucius tersentak dengan pertanyaan tiba-tiba itu, ia menelan ludah nya kasar. "Ak-akan ku pikirkan."
Lucy berdecih pelan, "Kau bisa tanpa ragu untuk menerima undangan acara ini tapi kau perlu berpikir untuk undangan teman ku, Sir?"
KAMU SEDANG MEMBACA
✨Y O U✨
Fiksi Penggemar"Kenapa?" "Hm?" "Kenapa kau membuat ku seperti tak pernah merasakan kehilangan? Kenapa kau membuat ku seperti tak pernah merasakan kesedihan? Kenapa kau membuat ku seperti menemukan cahaya di kegelapan hidup ku? Kenapa kau membuat ku seperti sangat...