"Lucy. . .,"
"Yes, sir?"
"Apa kau pernah merasakan kehilangan?"
Lucy menoleh ke arah pria ini, "Apa?"
Lucius berjalan beriringan dengan gadis ini mengelilingi halaman nya yang luas, "Aku hanya penasaran, kau bisa membuat Draco kembali menemukan cahaya dalam hidup nya saat dia kehilangan ibu nya. Lalu apa kau pernah merasakan kehilangan juga?"
Lucy menatap ke depan, "Yeah, semua orang pernah merasakan nya."
"Apa dia berharga bagi mu?"
Lucy kembali menatap pria itu sambil menaikkan satu alis nya lalu menghela nafas, "Dia berarti bagi ku, seakan aku di ciptakan untuk menemani nya."
Lucius menatap wajah gadis itu intens. "Siapa dia?"
Lucy diam sejenak, "Teman ku, Adric." gadis itu tersenyum, "Kau tahu? Sebagai anak dari dua muggle pengusaha sangat menyebalkan. Aku tak pernah bertemu dengan orang tua ku. Saat aku bangum pagi, mereka sudah pergi. Saat malam, aku sudah mengantuk dan tidur sebelum mereka pulang. Aku kesepian saat itu,"
Lucy mengadahkan kepala nya menatap langit malam, "Lalu aku bertemu dengan Adric, dia baru pindah tepat di depan rumah ku. Dan dia punya nasib yang sama. Mempunyai orang tua menyebalkan yang tak bisa memberikan sedikit waktu untuk anak nya. Kami menjadi sangat dekat, kau tahu?" Lucy menatap pria itu, "Bermain berdua, ke sekolah berdua, menginap di rumah secara bergantian. Aku seakan menemukan alasan ku hidup."
"Lalu bagaimana kau kehilangan nya?"
Lucy diam, wajah nya berubah sendu. "Dia terserang penyakit mematikan. Dokter bilang waktu nya untuk hidup tinggal empat bulan lagi. Maka dengan sebisa mungkin aku membuat nya tersenyum, tertawa dan tidak membiarkan satu haripun ia merasa sedih."
"Dan kau tahu bagian yang paling menyedihkan, sir?" Lucy menatap pria itu sambil tersenyum. "Aku kehilangan nya saat ulang tahun ku."
Lucius terdiam, wajah nya tersentak tapi dengan cepat ia menyembunyikan hal itu.
"Itu ulang tahun terburuk yang pernah ada, aku menangis seakan aku tak bisa merasa bahagia lagi. Dan satu yang ku sesalkan,"
Lucius menghentikan langkah nya dan membiarkan gadis itu berjalan meninggalkan nya, "Apa itu?"
Lucy tersadar pria ini tidak di samping nya lagi, lalu saat ia berbalik, ia berada tiga langkah dari Lucius. Lucy mengangkat bahu nya sambil tersenyum namun terlihat jelas mata nya berair, "Aku tak pernah memberikan nya pelukan."
Lucius menelan ludah nya kasar kala melihat air mata itu jatuh dari kelopak mata nya dan meluncur bebas di wajah cantik gadis itu.
"Dan aku baru menyadari nya saat dia telah pergi." Lucy menunduk, "Semua yang dia inginkan hanyalah," Dia diam sejenak. "Seseorang yang memberikan nya pelukan hangat dan mengatakan ; semua akan baik-baik saja."
Lucius terdiam, mematung lebih tepat nya kala melihat gadis ini menunduk, dan air mata nya berjatuhan ke tanah. Ia menghela nafas, lalu berjalan mendekat kemudian menarik gadis ini ke dalam dekapan nya. "Menangislah, aku akan ada di sini untuk mu."
*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*
Lucius sedang berdiri di teras lantai dua rumah nya yang memberikan pemandangan halaman rumah nya yang luas, namun menyeramkan. Setelah seharian mereka kembali ke dunia muggle untuk mencoba pizza dan membawa pria ini ke sebuah taman bermain, mereka akhirnya mengistirahatkan diri sejenak.
Lucy duduk di atas pembatas teras, sudah di peringatkan oleh pria itu bahwa dia bisa saja jatuh, tapi Lucy tak mengindahkan nya dan tetap duduk di sana hingga tinggi nya dengan Lucius sejajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
✨Y O U✨
Fanfiction"Kenapa?" "Hm?" "Kenapa kau membuat ku seperti tak pernah merasakan kehilangan? Kenapa kau membuat ku seperti tak pernah merasakan kesedihan? Kenapa kau membuat ku seperti menemukan cahaya di kegelapan hidup ku? Kenapa kau membuat ku seperti sangat...