Reyhan memainkan lidah nya saat melihat palang pembatas di depan dan pria di samping nya masih menekan pedal gas dengan dalam, "Lucius, jangan bodoh."
Lucius tak mendengarkan dan tetap menatap tajam ke depan. Ia tak perduli penjaga sudah memberikan larangan nya dengan melambaikan tangan nya.
Reyhan mengigit bibir bawah nya lalu menutup mata nya kuat saat tahu pria di samping nya tidak akan mau berhenti. Saat Reyhan memejamkan mata nya, ia merasa menembus sesuatu yang lunak, ia seperti masuk ke dalam dinding jelly yang juga membuat lambung nya menari dan merasa ingin muntah. Ia juga merasa pria ini lambat hingga,
"Huek!" Reyhan memuntahkan sebagian makanan nya tadi pagi ketika rasa semua kembali normal. Ia menatap Lucius dan menoleh ke depan, tidak ada lagi palang pembatas ataupun penjaga. Ia menoleh ke belakang, mereka sudah melewati nya. Reyhan mengerutkan kening nya, "HEI BAGAIMANA BISA KAU—!"
Lucius tak menjawab, ia semakin menekan pedal gas nya hingga habis. Ia tak perduli konsekuensi nya, yang penting ia bisa menemui istri nya dan,
Calon anak nya.
"Kau ingat nomor plat nya 'kan?" tanya Lucius tanpa mengalihkan pandangan nya.
Reyhan masih merasakan perut nya sangat mual hanya mengangguk. Jalanan ini luas namun hanya beberapa mobil, tentu saja, ini akses yang hanya bisa di gunakan Presiden, tamu negara dan beberapa orang lain nya, dan William masuk ke dalam nya.
Lucius terus saja melaju kencang dan melewati beberapa pengendara lain nya.
"Itu, itu dia!" Reyhan berteriak menunjuk sebuah mobil hitam mewah.
Lucius melajukan mobil nya mendekat tak perduli itu membahayakan. Lucius menempatkan mobil nya di depan mobil pria itu lalu perlahan memelankan laju nya hingga terpaksa yang di belakang juga memelan hingga akhirnya berhenti. Lucius langsung keluar dan membanting pintu mobil bersamaan dengan William yang keluar dengan wajah heran.
"Sir, ada—"
B U G H
Belum sempat pria itu menyelesaikan kalimat nya. Lucius sudah lebih dulu melemparkan bogem mentah ke wajah nya hingga William terpental ke belakang.
"Sialan," Lucius menarik kerah baju nya dan memukul nya lagi, "DIMANA LUCY?!"
William tersenyum mengejek walau sudut bibir nya sudah berdarah, "Huh, kau masih mengharapkan nya, sir?"
B U G H
"Aku tidak akan membiarkan mu membawa nya pergi, bajingan. Dia." Lucius memukul lagi, "Hanya," lagi, "Milikku."
William masih bisa tertawa kecil, "Tapi dia dengan rela hati pergi bersama ku," William menatap nya, "Aku bisa memberikan apa yang dia mau. Waktu, kasih sayang, perhatian, dan aku rela meninggalkan semua nya demi diri nya. Dia menginginkan itu dan aku menyanggupi nya."
Lucius ingin memukul wajah tampan itu lagi, tangan nya sudah terkepal di udara namun terhenti. Ia menatap pria itu dengan nafas yang tak beraturan, "Aku sudah merelakan status darah murni ku untuk diri nya, aku mengorbankan kekayaan ku untuk anak nya yang mungkin saja bukan penyihir, aku selalu berusaha menuruti keinginan nya. Tapi kali ini," Lucius mengeraskan rahang nya, "Jika dia meminta ku mengorbankan dunia," ia diam sejenak lalu tersenyun kecil, "Aku akan tetap melakukan nya."
B U G H
"Dia segala nya bagi ku," Lucius menahan pukulan nya lagi, "Dan aku akan mengorban segala nya untuk diri nya." pukulan itu lolos lagi, "Bahkan jika itu harus mengorbankan nyawa ku."
"Kau mungkin cinta pertama nya, William." Lucius menarik nafas. "Tapi aku pastikan, aku adalah cinta terakhirnya."
Lucius kembali memukuli nya tanpa ampun hingga membuat Reyhan menarik nya dengan paksa karena ia tak mau berhenti. Lucius masih ingin terus memukuli pria itu jika saja ia tidak merasakan seseorang memeluk nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✨Y O U✨
Fanfiction"Kenapa?" "Hm?" "Kenapa kau membuat ku seperti tak pernah merasakan kehilangan? Kenapa kau membuat ku seperti tak pernah merasakan kesedihan? Kenapa kau membuat ku seperti menemukan cahaya di kegelapan hidup ku? Kenapa kau membuat ku seperti sangat...