"Pertentangan dalam hatinya terus menerus berulah. Terus menerus menggerus keyakinan yang ia bangun susah payah"
.....
Dia, dengan kehati-hatiannya, membuka kopor 14 inch yang barusan ia turunkan dari lemari yang tingginya masih dapat ia jangkau. Matanya terus melirik ke arah ranjang tempat dua orang yang dia sayang terlelap. Bibirnya dia tarik ke atas sekejap, saat melihat bagaimana damainya mereka berdua terlelap. Agaknya dirinya kurang puas menatap mereka dari jauh. Dia tinggalkan kopor tadi dan beranjak mendekat ke arah ranjang.
Dengkuran lirih dari sang balita terdengar. Hembusan napas bocahnya juga dapat dia rasakan ketika bibirnya sudah ia daratkan di pipi berisi anak itu. Senyumnya semakin terkembang saat bibir Christy bergerak-gerak karena—mungkin sedikit terusik dengan pergerakan Vio.
Dia beralih untuk mengecup kening gadisnya sebentar dan kemudian menarik selimut hingga menutupi badan mereka berdua, sebelum tubuhnya kembali bersimpuh di hadapan kopor yang tadi zippernya baru ia sentuh.
Manarik napas dalam adalah hal pertama yang dia lakukan sebelum tangannya tergerak untuk membuka kopor itu. Beberapa jenak dia terdiam, menatap map mika berwana hijau yang berada paling atas. Dulu, dia mengambil akta kelahiran Christy dari dalam sana. Akta kelahiran yang juga masih dibungkus dengan map cokelat waktu itu. Vio akui, kakeknya adalah orang yang begitu teliti menyimpan berkas-berkas. Begitu hati-hati menyimpan semua. Hingga tidak lagi heran jika saat membuka map cokelat, akta Christy masih dibungkus lagi dengan plastik.
Ini yang menjadikan Vio yakin, kalau kakeknya tidak akan membiarkan dokumen yang menyangkut Christy terabaikan begitu saja.
Tangannya meraih map hijau itu, dia periksa. Tak ada lagi berkas di sana. Karena memang seingat Vio, hanya ada map cokelat waktu itu. Tak ada apa-apa lagi.
Dia beralih ke map-map lain. Dokumen demi dokumen dia buka. Fokusnya beberapa kali dia pecah antara kopor dan ranjang di sana. Takut kegiatannya menganggu dua orang yang sedang menikmati tidur malamnya.
Satu persatu map yang ada di sana, dia buka secara telaten. Dia keluarkan isinya dan memasukkannya lagi jika tak menemukan yang ia cari. Begitu terus, sampai fokusnya ditarik oleh sebuah kartu yang terselip di dasar tumpukan map yang tersisa.
Alisnya bertaut kala yang ditarikanya adalah kertas kartu nama. Kartu nama yang desainnya begitu manis. Kartu nama yang desainnya seperti ditujukan untuk menarik orang.
Setelah beberapa jenak ia tatap kartu nama itu, ia bergegas mengangkat dan mengeluarkan semua map-map yang tersisa di dalam kopor.
Dirinya terkejut saat di dasar sana, terdapat cukup banyak kartu nama yang tersimpan. Kartu nama yang sama dengan yang dia temukan tadi.
Vio ambil semua. Ada sekitar sepuluh sampai dua belas kartu nama di sana. Dan semua sama. Desain dan nama yang tertera sama.
Kini matanya memicing untuk menaruh curiga pada map paling bawah. Map kancing yang sudah ia tarik hingga membuat berserakan beberapa map di atasnya.
Tidak terlalu yakin. Tapi, map kancing berwarna abu-abu yang tak terlalu besar dan tebal itu, diletakkan paling bawah. Peletakan dokumen yang benar-benar menggugah rasa curiga milik Vio.
Kini tangannya telah membuka kancing map itu. Ada sebuah amplop cokelat panjang dengan goresan tinta hitam atas nama kakeknya. Tanpa pikir lama, Vio buka amplop tersebut dan menarik satu lembar kertas yang terlipat di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
GREEN FLASH WITH CHRISTY (SELESAI) ✔
FanficKetika waktu melepas telah tiba. Ketika itu pula, cinta mengakar di antara mereka Lalu apa yang harus mereka lakukan? Di saat itulah, Yessica Arkadevna dan Navio Sastradipraja Alfadrun harus memikirkan jalan keluarnya sembari mencipta bahagia untuk...