Setelah melewati hari-hari yang cukup lama. Kini akhirnya mereka —Chika dan Vio bisa sama-sama mengosongkan jadwal untuk jalan bersama. Belum ada rencana pasti pagi ini ingin mengajak Christy jalan-jalan ke mana. Namun sore nanti, Vio telah menentukan pantai sebagai objek yang akan mereka tuju, karena katanya, Christy ingin main pasir.
Hmm iya, mereka akan jalan-jalan bertiga seharian ini. Chika ingin menunaikan janjinya pada Vio dan keinginanya untuk memberikan penghiburan kepada Christy. Setidaknya seharian ini, anak itu bisa merasakan bagaimana memiliki orang tua lengkap.
Iya, benar, Chika berpikiran seperti itu. Dia ingin anak asuhnya mendapatkan kebahagiaan yang memang harus mereka dapat. Chika sempat berfikir. Dia sempat bertanya dalam benaknya. Tidakkah terlalu berlebihan menspesialkan satu anak? Chika sempat bertanya juga pada Aya. Kata kakanya itu tak apa, asal tak ia lakukan di jam mengurus daycare. Hal ini juga yang sempat membuatnya kepikiran, sampai hampir tiap hari dia bertanya pada suster-susternya, apakah dia pilih kasih atau tidak. Dan mereka menjawab tidak. Salah satu di antara mereka berkata kalau tak pernah sedikitpun bosnya itu berlaku tak adil. Chika agak lega. Pikiran negatifnya berhasil ia singkirkan. Artinya, menspesialkan Christy di luar jam aktif daycare tak jadi permasalahan.
"Iya, udah kok, gue udah ngomong," saut Chika pada Aya yang ada di seberang sana.
"Pulang malem?" Chika belum menjawab. Fokusnya sedang ia jatuhkan pas deretan baju yang tergantung di depannya.
"Kayanya. Nggak apa-apa 'kan ya kak?" seketika Chika meragu atas apa yang akan ia lakukan hari ini.
"Kalau ada apa-apa, gue bantu ngomong."
"Thakns ya kak. Maaf, gue malah ngebebanin lo, harusnya emang gue nggak usah cerita sama lo."
"Gak usah nggak enakan. Lo itu manusia. Hidup butuh manusia lain. Nggak usah berlagak kuat nanggung beban sendiri. Mau lo, mati muda gara-gara banyak pikiran? Anak gue juga pengen kali, dibeliin ini itu sama tantenya." Chika malah tertawa mendengar kalimat Aya. Awalnya serius, tapi akhirannya selalu ada maunya. Tapi, Chika paham, kakaknya memang selalu begitu agar tidak terlalu tegang saat bercakap-cakap. Aya selalu bisa mencairkan suasanya keluarga mereka. Jadi, waktu Aya menikah satu tahun yang lalu, Chika merasa kehilangan. Karena tidak ada lagi sosok ramai di rumahnya.
Chika sendiri, semakin dewasa, dikenal sebagai sosok yang lebih pendiam dari pada Aya. Tak jarang, Mama, Papa, ataupun keluarga besarnya mempertanyakan perubahan itu. Padahal dulu dia dikenal sebagai anak yang pecicilan, cerewet, hingga sering membuat kewelahan Papa dan Mamanya kalau mengajak Chika pergi ke acara keluarga.
Sekarang, dia menjelma menjadi sosok yang iya-iya saja jika diperintah. Dia akan lebih banyak melempar senyum untuk menanggapi setiap pernyataan yang dilontarkan orang-orang. Dia hanya akan menjawab seadanya jika sanak saudaranya bertanya mengenai apapun kepada dirinya
Diamnya Chika, sikap legowo-nya Chika, tak jarang justru membuat Aya sering bingung. Bingung akan bagaimana hati adiknya itu. Bagaimana sesungguhnya perasaan Chika. Dia tak bisa menerka, kalau Chika tak mengatakannya secara gamblang. Selalu bersikap baik-baik saja di depan semua orang. Selalu mengalah dalam setiap keadaan. Selalu berhasil menutupi berat hatinya. Membuat Aya sering mendesak Chika untuk mengatakan perasaan yang sebenarnya. Usaha Aya sering gagal, tapi tak sedikit pula yang berhasil.
Memang, perlu diketahui bahwa setiap orang akan memiliki kepribadian yang berbeda saat duduk di lingkaran yang berbeda. Ada orang yang terlihat begitu lepas saat berkumpul dengan keluarga kecilnya namun menjadi pendiam saat dengan keluarga besar pun sebaliknya. Bahkan, tak sedikit orang yang lebih nyaman dan bebas berekspresi ketika duduk bersama teman-teman. Lebih nyaman ber-haha hihi, celetuk sana celetuk sini, saat berkumpul dengan teman. Namun, ketika kumpul dengan keluarga besar dia lebih banyak diam dan menutup diri. Entah Chika bagian dari kelompok yang mana. Mungkin point yang terakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
GREEN FLASH WITH CHRISTY (SELESAI) ✔
FanfictionKetika waktu melepas telah tiba. Ketika itu pula, cinta mengakar di antara mereka Lalu apa yang harus mereka lakukan? Di saat itulah, Yessica Arkadevna dan Navio Sastradipraja Alfadrun harus memikirkan jalan keluarnya sembari mencipta bahagia untuk...