Bab 4 Heartwarming

2.9K 292 191
                                    

Entah harus dengan cara apa lagi untuk menghalau rasa kantuknya. Rasa kantuk yang sudah bergelayut sedari tadi di pelupuk matanya. Kepala yang ia topang dengan tangan, berulang kali tanpa sadar hampir jatuh ke depan. Kesadarannya kali ini benar-benar sudah di ujung ubun-ubun. Hingga berulang kali pertanyaan bocah yang ada di depannya hanya dia tanggapi dengan gumaman.

"Christy, bobo yuk," ajakan yang sudah berulang kali Vio ajukan tapi tidak dihiraukan oleh Christy. Anak ini masih asik menonton video hewan-hewan yang Vio putarkan di ponselnya.

Vio menyerah, dia langsung menghempaskan kepalanya ke belakang. Dia sempat bersyukur, Christy sudah tertidur dari dia ambil di penitipan anak tadi. Karena artinya ia bisa langsung membersihkan diri dan tidur. Dari daun pintu pun dia sudah membayangkan bagaimana nikmatnya istirahat malam ini. Badannya sudah sangat lelah, ia ingin tidur panjang, berhubung besok minggu dan tentunya libur juga.

Tapi, khayalan indahnya dipatahkan oleh anak gadis di depannya ini. Gadis kecil yang tiba-tiba terduduk saat Vio baru saja keluar dari kamar mandi usai membersihan dirinya. Vio pikir, dia hanya akan terbangun sebentar, kemudian menyerahkan lagi kesadarannya ke ruang mimpi. Tapi tidak. Hingga pukul dua dini hari –saat ini, mata Christy masih betah terbuka. Kesadarannya masih penuh hinggap dalam kepala. Bahkan, tidak ada tanda-tanda dia menguap. Padahal Vio telah membuatkannya susu dan sudah ia sedot habis tadi. Namun, tetap saja, usai botol itu kosong dan Vio letakkan di nakas samping tempat tidurnya, Christy tetap on fire, membuat Vio mau tidak mau menemaninya menonton dan sesekali menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh gadis kecilnya ini.

"Papi... Papi Vio!" Christy menggoyang-goyangkan tubuh Vio. Dia menaruh ponsel Vio di depannya, mengabaikan video yang masih terputar di sana. Tidak ada yang lebih penting dari pada hajatnya saat ini.

"Papi, aku mau pipis," rengeknya masih dengan menggoyang-goyangkan tubuh Vio.

Christy turun dari kasur. Ia menatap Vio yang masih belum bergerak sedikitpun. Anak ini mulai gelisah. Kedua tangannya ia katupkan tepat di depan kemaluannya, berharap bisa menahan hajat buang air kecilnya yang sudah di ujung tanduk itu. Kaki mungil itu pun ia gerak-gerakkan persis seperti pasukan baris-berbaris saat diberi arahakan untuk jalan di tempat. Christy semakain gelisah. Anak yang umurnya belum genap empat tahun itu, masih takut jika harus ke kamar mandi sendiri.

"Papi!" sekali lagi ia menarik tangan Vio. Dan berhasil. "Mau pipis," mendengar rengekan itu, mata Vio langsung terbuka lebar. Ia panik, takut kalau Christy pipis di tempat. Buru-buru ia bangun dan dia angkat tubuh Christy menuju kamar mandi.

Vio bernafas lega, Christy bisa menahan hajatnya lebih lama. Jika tidak, Vio tidak tahu harus bagaimana seandainya Christy tadi nekat buang air kecil di kamarnya. Tentu itu akan menambah pekerjaannya dini hari saat ini.

"Makasih, Papi," ucap Christy setelah Vio mendaratkan anak itu kembali di atas kasurnya.

"Sekarang bobo ya?" kata Vio sambil mengambil ponsel yang hampir diraih Christy. Dia menyimpan ponsel itu di nakas.

"Mau minum susu," Vio menunduk lemah. Tidak tahu harus bersikap bagaimana. Dia tidak mungkin memarahi Christy. Dia tidak ingin menyakiti hati anak ini.

"Hahhhh, tapi abis itu, bobo ya?" Christy mengangguk. Vio pun turun dengan gontai. Dia menyeret langkahnya berat ke arah dapur. Padahal jaraknya tidak seberapa, tapi terasa begitu jauh untuk Vio kali ini.

Sampai di sana, dia mulai menyambar botol susu bersih yang ia simpan tepat di samping kaleng susu Christy. Dia tuangkan sedikit air panas terlebih dahulu ke dalam botol, lalu ia tutup dan kocok sebentar sebelum ia buang kembali air itu. Vio akan melakakuan hal ini terlebih dahulu, jika botol susu Christy tak ia simpan di lemari es. Agar streril katanya.

GREEN FLASH WITH CHRISTY (SELESAI) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang