"Mereka kalah. Kalah dengan takdir. Jika bisa, mereka ingin mengubah takdir cinta mereka, sesuai dengan yang ingin mereka pilih. Agar, perjuangan mereka tak terhenti di titik yang menyakitkan."
Tak pernah ada yang tahu nasib diri di masa depan. Jangankan esok, minggu depan, bulan, depan, tahun depan, atau tahun-tahun yang akan datang, detik berikutnya pun, tidak pernah ada yang tahu bagaimana kisah hidupnya masing-masing diri.
Mungkin saat ini, tawa yang menaungi atas kepala. Detik berikutnya bisa saja tangis yang menguasai semua. Entah, tangis bahagia atau sebaliknya. Tak ada yang pasti. Tak ada yang mampu memprediksi. Manusia hanya sanggup berencana sebaik-baiknya. Sebaik sesuai anggapan masing-masing kepala.
Kemarin, beberapa minggu yang lalu, dia kehilangan bisingnya ruangan. Dia kehilangan senyum, tawa, tangis, dari bibir mungil yang kerap kali membuatnya pusing dan bahagia dalam satu waktu. Dia kehilangan suara yang sering memanggilnya tak sabar. Dia kehilangan sentuh lembut tangan mungil sang balita. Dan dia kehilangan dekap hangat anak kecil yang sering merajut bahagia di hatinya yang terluka.
Tapi kini, dia kembali bisa mendapatkan semuanya. Semua yang ada pada anak kecil itu. Semua yang ada pada diri Christy. Dia mendapatkan semuanya. Dia bisa melihat dan menyaksikan apa yang ia rindukan kemarin-kemarin. Dan dia, berjanji pada dirinya sendiri, untuk tak melakukan kebodohan yang sama. Tak akan melepaskan anak ini begitu saja, sekalipun dengan ibu kandungnya. Dia tak ingin mengulang hal bodoh yang membuat hatinya dan hati anak itu sama-sama terluka. Sama-sama tersakiti, meski balitanya belum mampu mengutarakan rasa sakit hati dengan sempurna, melalui tindakan atau ucapan.
Vio, dia bertekad untuk bisa lebih tegas mengambil keputusan dalam hidupnya saat ini. Jika memang dia harus menentang sang Ayah, dia akan lakukan itu. Jika memang dia harus dikeluarkan dari silsilah keluarga, dia akan terima itu. Benar kata Zee, dia telah dewasa. Dia berhak memutuskan jalan hidupnya.
Dan sekarang, sebagian jiwanya, telah direnggut oleh Christy, oleh balita itu. Sebagian kebahagiaannya, telah dirampas oleh anak sang kakek. Sebagian hatinya telah diisi oleh balita yang selalu menyembuhkan luka di hatinya. Entah luka kecil, atau luka dalam seperti yang sedang ia rasakan saat ini.
Christy adalah sebaik-baiknya obat hatinya. Dan dia harap akan begitu seterusnya. Ia harap, rasa sayangnya pada Christy tak terkikis. Dia harap rasa sayangnya terus bertambah seiring detik jam berputar tanda waktu terus berganti.
"Papi!" Vio menunduk mendengar panggilan itu.
Ditatapnya Christy yang tengah mendongak ke arahnya. Kemudian dia turunkan tubuhnya untuk menyejajarkan tingginya dengan balita yang sudah rapi dengan seragam sekolah barunya.
"Kenapa sayang?" Tanyanya lembut.
"Papi, nanti tunggu aku di Tante Lala? Papi enggak pergi?" Tanya gadis kecil itu dengan tatap mata yang entah apa artinya.
Seperti ada kekhawatiran di dua pertanyaannya barusan. Namun Vio mencoba menyalurkan ketenangan melalui usap lembut pada bahu dan lengan Christy.
"Iya, hari ini Papi bakal tungguin kamu sekolah sampai selesai. Papi enggak pergi. Tapi, besok Christy sekolah sama Tante Lala sendiri berani ya?"
"Papi jemput aku?" Vio melebarkan senyumnya. Tangannya merapikan poni Christy yang terlihat sedikit kurang tertata.
"Iya Papi jemput kamu di rumah Tante Lala. Kamu ikut pulang Tante Lala. Sementara, gini dulu enggak apa-apa ya? Nanti Papi cari daycare lain buat kamu, biar Papi enggak repotin Tante Lala."
Christy terdiam. Anak itu terlihat tak paham atas apa yang Vio ucapkan. Sedang Vio hanya bisa tertawa pelan melihat ekspresi Christy. Dia tahu, kalimatnya barusan terlalu panjang dan sulit dipahami oleh balita di hadapan ini. Namun, ia juga tak paham bagaimana memberi pengertian terhadap anak ini menggunakan bahasa yang lebih sederhana. Sehingga, Vio membiarkan Christy pada ketidakpahamannya dalam diam. Membiarkan anak itu memandang kebingungan ke arahnya hingga beberapa saat.
KAMU SEDANG MEMBACA
GREEN FLASH WITH CHRISTY (SELESAI) ✔
FanfictionKetika waktu melepas telah tiba. Ketika itu pula, cinta mengakar di antara mereka Lalu apa yang harus mereka lakukan? Di saat itulah, Yessica Arkadevna dan Navio Sastradipraja Alfadrun harus memikirkan jalan keluarnya sembari mencipta bahagia untuk...