"Apa yang tidak kita katakan dengan lisan, sebenarnya tubuh kita sudah mengatakannya." - Rolland Barthes
Hubungan antara manusia di dunia ini, semuanya adalah tanda. Manusia hidup di dunia yang memang penuh tanda. Bahkan, manusia itu sendiripun adalah tanda. Memiliki akal dan kemampuan yang lebih dari makhluk lain, sudah kewajiban manusia untuk mengurai tanda-tanda yang ada. Hal ini bertujuan agar terjalinnya komunikasi yang baik antar manusia.
Ya, memang, salah satu tujuan memaknai tanda adalah untuk menjalin suatu relasi manusia dengan yang lingkungannya.
Penanda, petanda, dan referal, tiga aspek ini tak bisa dilepaskan jika sedang ingin memahami suatu tanda. Penanda adalah apa yang diperlihatkan. Petanda, pikiran atau sebab musabab terbentuknya penanda, sedang referal adalah konsep atau latar belakang yang memunculkan petanda.
Kalimat yang terucap adalah penanda. Sedang, konsepnya ada di dalam kepala. Konsep yang bisa saja tidak pernah ia mengerti kenapa kalimat itu bisa terlontar.
Inilah yang menimbulkan kerancuan dirinya dalam menafsir kalimat yang dia dengar. Penandanya sudah dia dapat, tapi dia tak bisa menilik petanda. Petanda yang mungkin hanya dua orang itu yang paham. Petanda yang mungkin —memang hanya mereka berdua yang paham. Hingga dia merasa, semua yang dia pikirkan beberapa hari ini, agaknya percuma. Dia tak akan bisa menguraikan maknanya, jika referal atau latar belakang kalimat yang Mama Chika ucapkan, tak pernah ia ketahui.
"Hahh..." Dia menghela napas kala gerimis telah habis.
Vio termangu dalam lamun panjang sore hari di depan mobilnya sendiri. Tubuhnya bersandar, sebelah kakinya dia silangkan, kedua tangannya ia masukkan dalam saku. Sedang, tatapnya dia buang ke depan untuk menyaksikan bagaimana perempuan yang dia cintai dan balita kecintaannya, berlari-lari kecil tanpa alas kaki di atas pasir pantai yang lembab.
Dia membiarkan keseruan itu berlangsung tanpa dirinya. Dia membiarkan mereka berdua asik dalam gurau tanpa dia di dekatnya. Setidaknya, itu yang Vio lakukan beberapa menit untuk menetralkan hati dan pikirannya saat ini.
Matanya terus mengamati setiap gerak gerik yang dua perempuan itu lakukan. Bagaimana mereka berlari, tertawa, terduduk, kemudian menghela napas. Semua itu, tidak sama sekali Vio lewatkan.
Rambut hitam panjang yang Chika kuncir satu, masih menyisakan beberapa anak rambut yang terus saja tersibak oleh angin pantai, dan membuatnya berantakan.
Ingin sekali rasanya Vio mendekat, kemudian menyelipkan anak rambut itu di belakang telinganya. Ingin sekali Vio mendekat, menarik dagu sang puan, kemudian menatap netra cokelat yang semakin indah terkena pantulan cahaya oranye. Ingin sekali Vio tatap mata itu dalam, agar ia tahu, rahasia besar apa yang gadisnya sembunyikan saat ini.
Tapi Vio urungkan.
Beberapa hari ini—sejak dia menerima kalimat pernyataan dari Mama Chika, dia selalu frustasi saat berusaha menyelami manik mata gadisnya. Dia selalu gagal memahami tatap mata indah itu. Dia selalu lemah, saat netranya tumpang tindih dengan netra Chika. Entah kekuatan magis apa yang mata Chika punya, yang ia rasa, mata gadis itu selalu membuat dirinya jatuh hati lagi dan lagi. Mata Chika, memang acapkali membuat Vio lupa, ingin mengucap apa. Sehingga, sampai detik ini, ia sulit menafsirkan kalimat Mama Chika yang tempo hari dia terima.
Kalimat yang membuat dirinya terpaku di tempatnya berdiri. Kalimat yang membuat dadanya nyeri. Kalimat yang membuat dirinya, beberapa hari ini selalu mengeluarkan tanya kenapa. Tanya yang dia lempar ke Mama Chika tapi hanya mendapat senyum getir sebagai jawabannya. Tanya yang selalu dia urungkan untuk diajukan kepada puan yang ada di depan sana. Kalimat tanya, yang benar-benar masih membuat diri Vio, bertanya-tanya sampai sekarang.
![](https://img.wattpad.com/cover/229529170-288-k560871.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
GREEN FLASH WITH CHRISTY (SELESAI) ✔
FanfictionKetika waktu melepas telah tiba. Ketika itu pula, cinta mengakar di antara mereka Lalu apa yang harus mereka lakukan? Di saat itulah, Yessica Arkadevna dan Navio Sastradipraja Alfadrun harus memikirkan jalan keluarnya sembari mencipta bahagia untuk...