Bab 49 Patah

1K 139 104
                                    

*Guys, semoga kalian paham ya alur waktunya. Kalau bingung sama bagian ini, silakan baca part 47 dulu —kalau berkenan— terus ke sini. Tapi kalau udah paham, langsung baca part ini bisa kok. Selamat membaca.*

"Harapan, cinta, dan cita-cita mereka, semua patah."

Dada Vio terasa penuh sekarang. Bola matanya memanas. Hatinya ingin berteriak, tapi ia tahan dengan kepalan tangan yang ia tinjukan ke udara.

"Yes!" Serunya kemudian dengan suara tertahan.

Dia lihat Chika yang tertawa pelan. Dia hanya tersenyum dan terdiam sejenak menikmati tawa perempuan itu sebelum lengannya dengan cepat memasukkan tubuh Chika dalam dekapnya.

Vio peluk erat Chika. Sangat erat sambil mengecup kepala Chika berulang kali. Dia peluk Chika sambil terus berucap terima kasih berkali-kali. Tanpa sadar, di tengah tawanya bahagianya, air mata yang membuat matanya panas, telah turun membasahi pipinya yang menghangat.

Laki-laki itu menangis dalam diam. Dalam dekap hangat sang puan. Laki-laki itu, juga terus mengucap syukur berkali-kali dalam gumam.

Chika hanya sanggup terdiam menerima peluk erat Vio. Dia hanya mampu membalas dekap hangat kekasihnya itu.

Matanya kini terpejam, merasakan detak jantung Vio yang degupnya begitu kencang. Matanya terpejam, mendegarkan kata terima kasih yang masih Vio ucapakan. Matanya terpejam, merasakan setetes dua tetes air mata Vio yang mengalir menuruni dahinya.

Air matanya ikut turun merasakan kebahagiaan yang prianya rasakan. Air matanya ikut turun ketika Vio melepas dekapannya untuk menghapus air mata dirinya. Air matanya ikut turun, kala melihat mata kekasihnya yang terlihat bahagia. Amat bahagia saat ini.

Vio kini tertawa pelan sambil menghapus air matanya sendiri menggunakan lengan bajunya. Laki-laki itu, terlihat masih berusaha mengatur rasa bahagia yang ia tuai beberapa menit yang lalu.

"Kalau kamu terima aku, kamu pakai cincin dari aku?"

Chika mengangguk. Maka ia angkat tangannya yang sedari tadi ia simpan. Chika ulurkan tangannya ke arah Vio.

Lagi-lagi, Vio tersenyum. Guratan bahagia, belum luntur dari wajahnya. Dia raih tangan Chika. Dia genggam tangan Chika dan dia kecup singkat, lantas mengusap cincin yang terlingkar pada jari Chika.

Usapan itu terhenti, dia menatap Chika lagi, seperti masih tidak percaya dengan apa yang ia dapati. Sedang, Chika hanya mengangguk membalas tatap Vio barusan.

"Chik?"

Chika kembali mengangguk sambil menggigit bibir bawahnya. Ia menahan tangis saat Vio menatapnya usai mencium tangan dan mengusap cincin yang melingkar di jarinya.

"Yessica? Ini bukan cincin dari aku." Lirih Vio.

Ada tatap keterkejutan dari sana. Ada tatap menuntut penjelasan yang Vio hunuskan ke pada Chika yang kini tengah menunduk dalam.

Perempuan itu masih menggigit bibir bawahnya yang bergetar. Kepalanya tak berani ia angkat, barang satu derajatpun.

Sementara, Vio masih tertegun. Laki-laki itu masih belum melakukan apa-apa lagi selain memandang Chika yang menunduk. Ia masih terdiam mengamati gadisnya terisak dengan tunduk yang begitu dalam.

Dia belum bisa berkata apa-apa lagi selain menelan ludah untuk membasahi tenggorokannya yang tiba-tiba sakit. Dia belum bisa mengeluarkan kata-kata lagi, selain merasakan bagaimana hatinya runtuh.

Organ tak terjamahnya, terasa ditekan kuat. Sakit.

Rasa sakit yang kemudian membuat genggam tangannya ia lepaskan. Rasa sesak yang kemudian membuat tungkainya mundur beberapa langkah hingga punggungnya menyentuh sisi lain tepi balkon.

GREEN FLASH WITH CHRISTY (SELESAI) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang