"Muak dengan semua, membuat cahaya bulan merah menjadi harapannya. Ia menyesali semua pilihannya, hingga kata selesai acapkali mampir di benaknya. Dia bungkam, hanya rentetan kalimat, berhasil membuat dadanya tersayat. Ia mnyesali semua, hingga mengaku bodoh telah melontarkan penawaran untuk menyelesaikan hubungannya."
Kota ini terlihat sendu.
Atau hanya dirinya saja yang tengah mendramatisasi keadaannya? Tapi sungguh, sejak musim hujan tiba, kota ini seolah enggan menerima sorot matahari lebih lama. Ia lebih memilih awan abu-hitam sebagai atapnya.
Kota ini terlihat sendu.
Bukan hanya karena cuacanya, tapi juga suasana hatinya saat ini. Di balik pagar balkon kamarnya, dia bisa mendengar dengan jelas, rintik gerimis yang menerpa kanopi di atasnya. Di balik pagar balkon ini, dia bisa melihat bagaimana bumi tempatnya berpijak tengah menengadah pada gerimis sore hari. Membiarkan rintik hujan membasuh semua yang ada di sana, pohon, rumput, tanah gedung, rumah, dan telapak tangan Chika.
Dia amati beberapa titik gerimis yang jatuh ke telapak tangannya saat ini. Titik gerimis yang kemudian meninggalkan genangan air di ceruk telapak tangan yang menengadah.
Dadanya sesak, seperti muak menjalani kehidupan yang setiap dia melangkah, seolah langkahnya salah. Setiap dia melangkah menentukan arahnya sendiri, ia malah seperti tersesat atas pilihannya.
Dia jadi teringat dengan sebuah serial yang pernah ia saksikan sendirian sewaktu dia masih SMA. Ditemani satu kaleng soda lemon import dan keripik tortila kala itu, dia jadi mengandaikan dirinya masuk dalam cerita.
Chika masih ingat judulnya, masih ingat alurnya. Kisah misteri gadis SMA yang juga muak dengan kehidupannya di sekolah, kehidupan sulitnya bertahan hidup di tengah keluarga yang hancur. Dunia terasa begitu kejam mendidiknya, dunia terasa begitu tak adil untuk dirinya. Dia iri, dia iri dengan teman yang lain. Dia iri dengan teman yang hidupnya terlihat begitu kontras dengan dirinya. Kepopuleran, kecerdasan, cinta, dan kasih sayang, semua dimilikinya. Hingga akhirnya dia menginginkan hidup di tubuh temannya itu.
Di bawah sorot bulan merah, ia mencoba bunuh diri, bukan—bukan bunuh diri, melainkan melakukan aksi bertukar diri. Dari atas gedung, ia loncat sambil meminta teman yang tubuhnya ingin ia tinggali itu, untuk menatap dirinya dan kemudian terjun dari atas.
Chika ingat, dia masih ingat bagaimana dirinya langsung terpejam mendapati adegan itu. Ia takut terjadi adegan mengenaskan yang menampilkan tubuh yang hancur. Tapi, apa yang Chika takutkan tak terjadi. Yang terjadi adalah, tubuh mereka tertukar.
Dan adegan pertukaran tubuh itu, kini membayang di benak Chika.
Dia menengadah, menatap langit sore yang muram akibat awan gelap dan hujan. Pikirannya mulai berandai-andai. Mengandaikan ada bulan merah di atas sana. Sedang hatinya ingin melakukan hal sama oleh gadis SMA itu. Tapi bukan, bukan dengan manusia, melainkan dengan makhluk yang lain. Karena, agaknya percuma dia bertukar tubuh dengan manusia yang sama-sama memiliki permasalahan hidup.
Di serial itupun terbukti. Si gadis SMA yang malang, terlalu berpikir cepat. Cepat-cepat ingin meraih kebahagiaan dengan cara instan. Ujung-ujungnya, dia malah menjalani hidup yang lebih susah dari kehidupan sebelum dia mendiami tubuh si gadis beruntung. Di tubuh itu, dia harus hidup dengan berpura-pura menjadi orang lain.
Chika menunduk, tersenyum tipis mengingat plot ceritanya. Dia menggeleng kecil, menyadari bagaimana dia. Bagaimana dirinya telah hidup penuh kepura-puraan tanpa harus bertukar tubuh. Tersenyum di depan semua, padahal ada sakit yang ia rasa dalam dada. Rasa sakit yang tak pandai ia ungkap dengan kata pun tatapan mata. Rasa sakit yang akhirnya, ia pilih untuk ia pendam begitu saja, hingga mengendap, meninggalkan kerak luka yang sembuhnya pasti lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
GREEN FLASH WITH CHRISTY (SELESAI) ✔
FanfictionKetika waktu melepas telah tiba. Ketika itu pula, cinta mengakar di antara mereka Lalu apa yang harus mereka lakukan? Di saat itulah, Yessica Arkadevna dan Navio Sastradipraja Alfadrun harus memikirkan jalan keluarnya sembari mencipta bahagia untuk...