Bab 34 Seharusnya

1.2K 173 100
                                    

"Dia harus tahu apa yang seharusnya dia tahu..."

"Mas? Cari siapa?" Chika yang tengah memegangi Christy agar tak berlari jauh, menoleh pada Vio yang terlihat gelisah sejak beberapa menit yang lalu. Kepala laki-laki itu lebih banyak menoleh ke arah lain dibanding memerhatikan Christy yang sedang asik berlari ke sana ke mari sambil membawa balon udara yang sudah Vio turunkan lebih pendek.

Chika yang sedari tadi mengikuti arah pandang Vio, tak menemukan apapun. Hingga pertanyaan itu keluar dari mulutnya.

"Mas?"

"Eh... Hmm ibu dia, sayang."

"Di mana? Kenapa enggak nyamper ke sini?"

Vio menggeleng, "Dia yang minta buat enggak dipertemukan langsung. Dia cuma minta buat lihat Christy dari jauh."

"Dia di mana?"

"Tadi di sana, tapi enggak ada. Apa udah.. Eh?" Vio menahan ucapannya ketika matanya menangkap punggung wanita yang ia cari.

Dia mengamati pergerakan wanita yang sedang membelakangi dirinya itu. Bahunya bergetar, tangannya beberapa kali terlihat terangkat untuk menyentuh area muka.

"Dia di sana." Telunjuk Vio terangkat. Ia memberitahu Chika mengenai posisi ibu Christy yang kini sedang bersandar di samping pohon besar dan membelakangi mereka.

"Apa aku samper?" Tanya Vio pada Chika. Tatap matanya meminta persetujuan dari sang puan.

"Kamu yakin?"

"Aku enggak tega lihat dia nangis gitu. Bagaimanapun juga dia pasti pengen peluk cium Christy."

"Aku terserah kamu aja, Mas. Kalau kamu yakin ya silakan."

Vio hanya tersenyum dan mengangguk, lantas pergi menghampiri wanita yang tengah terisak tak jauh dari tempatnya berdiri.

****

Jika mengingat hal itu, batin Vio agak terusik. Niat baiknya malah berujung membuat Christy ketakutan dengan tangis yang tak kunjung redam selama perjalanan pulang ke rumah kakeknya. Bahkan, setelah sampai di rumah sang kakek, anak itu masih saja menangis, meminta pulang dengan segera. Hal itu membuat Vio dan Chika kewelahan menghadapi Christy yang tak kunjung menyudahi tangisnya.

"Chika sampai ikut nangis kemarin lihat Christy nangis sampai segitunya. Bener-bener kaya yang abis digebukin. Gue sampai pusing kemarin itu cuy." Obrolan jam makan siang, sedari tadi sudah Vio buka dengan ceritanya tentang hari kemarin. Azizi dan Febi pun, sudah sejak pagi tadi menanyakan bagaimana pertemuan Christy dengan Ibundanya.

"Serius Chika sampai ikut nangis?" Tanya Febi memastikan.

Vio mengangguk, "Nangis dia, bukan pusing ngadepin Christy, tapi enggak tega lihat itu anak nangis kaya kesakitan. Gue yang bingung redain tangis mereka berdua."

"Terus gimana bisa diem itu si bocil?" Kini Azizi yang bertanya.

"Karena capek. Capek nangis. Sampai sesek napas dia."

"Kasian banget, bisa jadi trauma itu cuy." Azizi mengangguk menyetujui ucapan Febi.

"Gue takutnya gitu. Mana ibunya minta izin buat ketemu dia lagi. Gue takut kalau keulang."

"Terus? Lo izinin?".

"Entah." Jawab Vio sambil mengangkat bahu.

"Hari ini Christy ke daycare?"

GREEN FLASH WITH CHRISTY (SELESAI) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang