"Jika kamu tulus mencintai seseorang, jangan pernah hiasi matanya dengan air mata, telinganya dengan dusta, dan hatinya dengan luka."
****
"Gimana sih, Pak? Kenapa gerbangnya enggak ditutup kalau memang bapak tadi lagi ke toilet?" Chika menyentuh pundak Aya dan menggeleng. Memberi isyarat pada kakaknya itu agar tak melanjutkan kemarahanya pada sang satpam.
"Maaf, Bu. Biasanya kalau jam jemput gerbangnya memang selalu terbuka, biar enggak bolak balik buka tutup." Sanggah sang Satpam.
Aya memijat pelipisnya, dia lupa, dia lupa kalau sore memang gerbangnya akan terus dibuka
"Kak, jangan salahin Pak Sapto, ini salah gue. Gue lalai." Ucap Chika kemudian.
Mereka semua sedang bingung. Sudah mencari Christy hingga sudut-sudut daycare, namun anak itu tidak ada.
Chika menoleh cepat saat mendengar Aya berdecak kesal. Kakanya itu menatapnya sebal. Chika tak menunduk, dia beranikan diri untuk balik menatap Aya. Menatap Aya yang sepertinya memang jengkel tapi tidak bisa mengeluarkan omelan atau sumpah serapah untuk Chika.
Belum sempat Chika dan Aya kembali beradu kata, ketadangan suster-suster dari setiap penjuru daycare, membuat mereka mengalihkan perhatiannya.
"Gimana, sus?" Tanya Aya.
"Enggak ada, Bu. Kami udah cari-cari di setiap ruangan, tapi Christy enggak ada."
Chika melirik Aya yang gusar. Jika tadi dia berani mengadu mata cokelatnya dengan mata Aya, kini tak lagi. Dia menunduk, hanya bisa menunduk. Hatinya bisa merasakan ketakutan Aya. Ketakutan akan nama baik daycare yang sudah susah payah kakaknya bersihkan, tapi kini akan kembali ternoda. Ternoda karena kelalaiannya. Chikapun juga tengah takut. Amat sangat takut. Dia memiliki ketakutan yang sama dengan Aya. Ditambah, dia takut akan Vio yang murka. Mendengar suara Vio yang terlihat kesal di ujung panggilannya tadi saja, membuat Chika gemetar. Dia takut Vio marah.
Jelas! Orang tua mana yang tak marah anaknya hilang. Terlebih ini di bawah pengawasan daycare. Harusnya mereka—daycare Chika, memberikan perlindungan lebih pada anak-anak asuhnya. Bukan malah seperti ini. Ini kesalahan yang amat besar dan fatal.
"Kak, maafin gue." Lirih Chika kemudian.
Gadis itu tersedu. Semua yang melihatnya hanya bisa diam. Aya pun sebenarnya tak ingin menyalahkan Chika atas hal ini. Bukan sepenuhnya salah adiknya. Tapi tak dapat Aya pungkiri juga, hilangnya Christy, sebagian adalah kesalahan Chika. Kesalahan adiknya yang tertidur saat menjaga Christy seorang diri sore tadi.
Aya menggeleng pelan, dia seharusnya paham, Chika pasti lelah, adiknya itu masih butuh istirahat, ditambah lagi pengaruh obat yang Chika konsumsi tadi. Ini juga kesalahanya meninggalkan mereka berdua. Harusnya dia ada di sana bersama mereka. Tapi tadi, dia malah memilih meninggalkan Chika dan Christy untuk membantu suster-susternya membereskan kelas.
"Bukan waktunya salah-salahan, sekarang kita cari lagi, di luar. Di sekitaran komplek ini, semoga dia enggak jauh jalannya."
Semua mengangguk menyetujui perintah Aya. Sedetik kemudian, mereka telah berhamburan keluar gerbang silver daycare ini dan mulai berpencar.
Tapi tidak dengan Aya dan Chika. Mereka masih berdiri di samping pos satpam daycarenya. Chika masih menunduk, sesekali mengusap pipinya yang basah dengan ujung lengan kemejanya.
"Gue juga salah. Udah, pasti ketemu kok dia. Lo di sini aja, tungguin daycare, kali aja Christy balik." Chika hanya mengangguk. Mata basahnya dia beranikan menatap Aya. Kakaknya itu tersenyum sekilas sebelum pergi ikut mencari Christy keluar.
![](https://img.wattpad.com/cover/229529170-288-k560871.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
GREEN FLASH WITH CHRISTY (SELESAI) ✔
FanficKetika waktu melepas telah tiba. Ketika itu pula, cinta mengakar di antara mereka Lalu apa yang harus mereka lakukan? Di saat itulah, Yessica Arkadevna dan Navio Sastradipraja Alfadrun harus memikirkan jalan keluarnya sembari mencipta bahagia untuk...