25|• Karena Ego

102 27 9
                                    

Mengandung cabe! Selamat membaca ✨

Hanya karena ego keadaan yang semula baik akan menjadi berantakan
*Olivana Zafhara*

Sambil denger lagu yuk biar rileks



Seorang gadis menangis di pojok rumah besar miliknya. Dia sendiri, hanya suara hujan dan petir yang menyambar yang menemaninya. Suara tangisannya menggema kemana mana. Rasa kecewa masih menyelimuti hatinya. Seakan tak ada kata maaf di hatinya, baru kali ini dia sekecewa itu. Sebelum mengenal cinta rasa kecewa tak pernah membuat hubungan persahabatan Oliv dan Alya hancur. Mungkin hatinya hancur setelah mengetahui orang yang ia cintai sedang berpelukan dengan sahabat yang sudah ia anggap sebagai kakak nya.

"Hiks hiks hiks, buat apa gue sebaik itu kalo ternyata gue akhirnya dikecewain? Dasar bodoh" Oliv mengacak acak rambutnya frustasi.

"Sebenarnya gue gak pernah ada rasa sama dia, hati gue cuma buat Lo Al"

"Liv lo temanin gue sampai gue nemuin dia ya"

"Lo hanya pelampiasan Liv"

"Iya dia sahabat gue"

Oliv dihantui oleh kata kata itu, seolah Aven dan Alya sedang berbisik di telinganya.

"Cukup!!!" Teriak Oliv frustasi. Tiba tiba dunia berasa berputar, Oliv memegang kepalanya. Ia pusing dan kepalanya begitu sakit. Perlahan penglihatannya mulai buram dan dunia pun gelap.

Oliv pingsan dalam keadaan masih penuh air mata dan kesendirian. Tak ada yang bisa menolongnya karena dia hanya seorang diri.

"Al" itulah kata yang ia ucapkan saat ia setengah sadar.

******

Hujan yang deras masih setia mengguyur badan Alya yang sudah kedinginan di luar. Ia tak tau harus kemana, rasa bersalah masih tertinggal di pikirannya. Alya tak peduli pada dirinya tapi ia memikirkan Oliv yang sendirian di rumah besar itu. Ia sangat khawatir akan terjadi sesuatu pada Oliv.

Di seberang jalan ia menemukan tempat yang bisa untuk meneduh, setidaknya ia bisa menghindari guyuran hujan. Jalanan sangat sepi dan gelap ia hanya bisa berusaha menghangatkan diri dengan cara apapun.

Tak sangka sebuah jaket tebal mendarat di pundak Alya. Alya terkejut, lalu mengangkat kepalanya dan melihat siapa orang yang sudah mendaratkan jaket itu.

"Al Lo ngapain disini? Lo gak sakit kan?" Bryan langsung duduk disamping Alya lalu memeluk tubuh mungilnya.

Alya merasakan sedikit hangat karena pelukan Bryan. Bryan sangat tau kalau Alya sedang kedinginan karena wajah Alya sedikit pucat.

"Hiks hiks" Alya menangis didalam pelukan Bryan.

"Lo kenapa Al?"tanya Bryan.

"Hiks hiks hiks" Alya semakin menenggelamkan wajahnya.

"Lo marahan sama Oliv?" Ucap Bryan.

"Lo tau dari mana?" Alya melepaskan pelukan Bryan.

"Gue tau dari Aven"

" Aven? Lo kenal sama Aven?"

"Iya gue sepupu Aven, gue datang di hidup Lo karena Aven" Bryan memandang lekat Alya.

"Jadi Lo udah tau kalo Aven bohongin gue?"

"Maafin gue Al, gue cuma bantu dia buat ngerahasiain indentitasnya, Lo inget waktu gue pertama muncul di hidup Lo?"

Alya membalasnya dengan anggukan.

"Waktu itu gue juga di suruh sama Aven, tugas gue cuma lindungin Lo tapi gak lebih"

"Maksud Lo?" Alya tak mengerti apa yang Bryan maksud.

"Gue suka sama Lo" ucapan Bryan itu membuat Alya bungkam. Alya terkejut mendengarnya.

"Lo?"

"Iya Al sejak pertama kali gue ketemu sama Lo, gue udah ada rasa, tapi tugas gue buat lindungin Lo udah selesai, Lo udah tau siapa Arnold yang sebenarnya" Bryan menunduk.

"Tapi rasa ini gak pernah selesai Al"

"Gue tau Lo gak ada rasa sama gue ,tapi gue mohon Lo jangan benci sama gue Al" pinta Bryan.

"Bry gue gak mungkin benci sama Lo, meskipun gue tau Lo suka sama gue, karena perasaan gak bisa dipaksa" ucap Alya.

"Ssst" Alya masih kedinginan.

"Lo kerumah gue aja ya?" Ajak Bryan.

"Gak usah gue pulang aja, Oliv sendirian di rumah, di butuh gue"

"Ya udah gue anterin aja ya" Bryan memayungi Alya untuk menuju ke mobilnya yang basah terguyur hujan.

******

Alya membuka pintu kamar Oliv yang tak terdengar lagi suara tangis. Tapi pintu itu tak bisa dibuka karena Oliv menguncinya.

"Liv buka Liv"

"Liv? Lo didalam kan?" Alya berusaha mendobrak pintu kamar Oliv. Tapi usaha Alya tak membuahkan hasil pintu itu masih tertutup rapat. Alya ingin tau keadaan Oliv sekarang.

"Bi Ning! Tolong bawain kunci pintu cadangan kamar Oliv Bi!" Dengan cepat Ningsih membawakan kunci cadangan kamar Oliv.

Alya memasukan kunci itu ke lubangnya dan memutarnya ke kiri agar pintu itu bisa dibuka. Setelah berhasil terbuka Alya melihat keadaan Oliv sedang tergeletak di sudut kamar dengan keadaan pingsan dan kedinginan.

"Liv!" Dengan sekuat tenaga Alya mengangkat tubuh Oliv dan membawanya ke kasur.

"Bi tolong ambilin air hangat buat kompres ya cepat Bi"

Alya menggosok tangan Oliv yang dingin untuk membuat kehangatan di tubuh Oliv. "Liv Lo kenapa? Maafin gue Liv" Alya memeras sapu tangannya untuk mengompres Oliv. 

Rasa takut memenuhi pikirannya, ia tak mau kehilagan satu-satunya orang yang ia sayangi dan harus ia jaga. Tak sangka Oliv menepis tangan Alya yang mengompresnya. "Lebih baik Lo istirahat, gak usah khawatir sama gue" Oliv melepas kompresnya.

"Liv tapi Lo but....."

"Enggak Al udah Lo istirahat aja besok Lo sekolah, oh iya gue besok izin gak masuk" Oliv membalikkan badannya untuk segera tidur dan menenangkan dirinya. Ia masih di penuhi rasa kecewa  dan di kuasai oleh ego.

"Alya!" Panggilan itu menghentikan langkah Alya.

"Kasih ini Aven, kemarin gue lupa" Oliv memberikan bucket bunga yang kemarin ia buat kepada Alya. Ia tak mau memberikannya langsung karena ia merasa tak pantas masih mengejar Aven sementara Aven sudah jelas mencintai sahabat itu.

"Bilangin aja dari gue, maaf telat" Oliv kembali memejamkan matanya.

Dengan berat hati dan penuh rasa bersalah Alya mengangkat kaki dari kamar Oliv. "Ini yang gue takut in dari jatuh cinta Liv, memang sakit hati sesakit itu bahkan memaafkan saja susah, itulah alasan kenapa gue larang Lo jatuh cinta dulu Liv, maaf"

******

Tap bintang dipojok kiri ya oke!.

Tunggu kelanjutannya bye.:v

ALVENDRA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang