04|• Dia datang?

218 76 18
                                    

Bismillah selamat membaca semoga suka ya ✨



Tak semua pertemuan akan menjadi kebahagiaan, tapi bagiku pertemuan itu menakutkan
*Avendra Reynand Orlando*







Pesawat Airland baru saja mendarat dari Amsterdam ke Indonesia.

"Perhatian untuk semua penumpang diharapkan meneliti semua barang bawaan agar tidak ada yang tertinggal terimakasih atas perhatiannya"

Semua penumpang membawa barang mereka masing masing dan turun dengan rapi.

"Pak silahkan" seseorang berpakaian rapi dengan jas hitam dan kemeja putih.

"Terimakasih"singkat Pras

Pras dan istrinya pun masuk kedalam mobil putih yang berlogo 'P' di bagian depan. Siapa mereka?

Ya mereka adalah orang tua Aven yang bekerja di Amsterdam. Mereka sangat jarang pulang karena kesibukan mereka tak bisa diganggu gugat, bahkan mengajak Aven pun mereka tak mau karena tak mau diganggu. Dan hari ini mereka pulang karena ada keperluan pada Aven.

Hanya butuh waktu 30 menit untuk sampai kerumah. Mobil putih itu sudah terparkir di halaman yang luas .

Sedangkan Aven yang tau mobil itu adalah milik Papanya ,ia langsung menutup pintu kamarnya dan mengunci kamar tersebut dengan rapat, semua di tutup sampai kamar Aven gelap tak ada cahaya. Ia memojok di sudut kamar sambil memeluk kakinya.

"Selamat datang tuan dan nyonya" sambut bi Asih dengan gembira. Dengan angkuhnya Pras dan Sinta tak menanggapi wanita tua itu.

"Siapkan air hangat untuk ku dan istriku!!" Perintah Pras .

"Baik tuan " bi Asih langsung pergi menyiapkan air hangat untuk mereka.

"Aven! Dimana kamu" Pras mencari Aven yang sedari tadi tak muncul. Tak ada jawaban dari Aven ia langsung menuju ke kamar Aven yang tertutup rapi.

Brak brak

Pras mengetuk pintu kamar Aven dengan keras."Aven keluar kamu nak"

Keringat Aven sudah bercucuran mendengar gedoran pintu itu. Ketakutannya semakin bergejolak sehingga membuat tubuhnya bergetar. Ia pelan-pelan melangkah menuju pintu dan menelan ludahnya dengan susah payah.

Dengan berat hati Aven terpaksa membuka pintunya agar papanya tak marah lagi."iya pa Aven buka"

"Aven apa kamu berteman sama gadis kecil itu?" Tanya Pras dengan bentakannya.

Sikap Pras kepada Aven memang tidak berubah ,selalu Aven yang jadi tempat pelampiasan mereka ,dan ia tak pernah sadar kesibukannya membutakan perhatiannya pada Aven. Orang tua macam apa dia?.

"Siapa pa? Aven nggak pernah punya temen perempuan" Aven menatap Pras takut. 'bagaimana papa tau aku punya teman?' Aven takut Pras akan mencelakai Alya.

"Jangan bohong kamu Aven papa udah tau semua tentang teman kamu itu, papa kan udah bilang kamu jangan berteman dengan sembarang orang, dia itu anak nya pembunuh Aven!!"

"Orang tuanya yang sudah membunuh kakek kamu, dia nggak baik buat kamu Aven , papa nggak mau lihat Aven main lagi sama dia , kalo sampai papa tau...." Pras sengaja menggantung katanya dengan senyum liciknya.

"Kalau sampai papa tau kamu main sama dia, papa nggak segan segan hukum kamu" ancam Pras dengan keras membuat Aven diam tak bisa apa apa. Lalu Pras pergi meninggalkan Aven yang meneteskan air mata.

"Pa! Kapan papa peluk Aven?" Ucapnya dengan lirih. Pras yang mendengar itu langsung menghentikan langkahnya dan menatap anak semata wayangnya. Tubuh Pras terpaku mendengar perkataan Aven.

"Gak akan pernah!" Pras mendorong tubuh Aven hingga membuatnya jatuh dan terbentur meja.

"Salah Aven apa pa?" Tangis Aven mengalir begitu deras.

Dari dulu Pras memang keras sikapnya kepada Aven. Aven tak pernah mendapat perhatian orang tuanya dengan tulus. Hanya hukuman dan pukulan yang di berikan pada Aven. Sungguh mereka dibutakan oleh harta.

******

Setelah mendapat bentakan papanya yang baru datang tadi membuat Aven khawatir karena Pras menyangkutkan sahabat tersayang nya. Aven sangat takut mimpinya itu akan terjadi padanya dan Alya.

"Dari mana papa tau Alya adalah sahabat ku? Padahal aku nggak pernah cerita apa apa sama papa" Aven menangis lagi. Hari ini hari yang sangat mengerikan bagi Aven.

Setelah tadi malam pergi bersama Alya , dan hari ini dia tak akan lagi bertemu Alya karena Aven tau Alya akan sangat benci kepadanya setelah tadi pagi ia mengusir Alya dengan bentakan nya yang menakutkan.

"Al Aven nggak pernah lupain Al , aku akan selalu lindungi Alya , maafin Aven karena aku udah usir Alya tadi kalau aku nggak usir kamu pasti papa bakal celakai kamu Al"

Aven masih berharap Alya akan mengerti semuanya. Dan suatu hari nanti jika Mereka bertemu, Aven akan minta maaf kepada Alya karena kesalah pahaman ini.

******

"Lihat Aven, sekarang dia sudah  berani bohong! Dia berteman dengan anak pembunuh gak tau diri itu!" Pras mengisap rokoknya hingga membuat asap di kamarnya.

"Pasti dia di ajarin yang enggak-enggak sama Ava, kita harus segera hindarkan dia mereka, kalau dibiarkan bisa-bisa kita tidak dianggap sebagai orang tua Pras" Sinta memijat pelipisnya dengan pelan.

"Kita bawa Aven ke Amsterdam biar dia sekolah disana, dia harus bisa meneruskan perusahaan kita"

"Apa? Papa mau bawa aku ke sana? Gimana sama Alya?"  Ucap Aven di balik pintu kamar Pras yang tertutup, tapi suara paras terdengar sampai luar.

"Baiklah kita juga harus segera kembali untuk meeting dua Minggu ke depan" Sinta berjalan membuka pintu kamarnya.

Aven? Apa dia masih disana?.

"Aven? Ngapain kamu!" Sinta menarik baju Aven hingga membuatnya berdiri.

"Ma- maaf Ma aku denger Aven mau dibawa ke Amsterdam? Harus ya?" Tanya Aven polos.

"KAMU GAK SOPAN YA NGUPING PERKATAAN ORANG TUA!"

Plak
Tangan Sinta mendarat di pipi Aven dengan sempurna membuat pipi Aven berwarna merah. "Maaf Ma maafin Aven" Aven memegangi pipi nya yang sakit.

"Dasar anak gak berguna!" Sebelum Sinta pergi, ia sempat menendang tubuh Aven yang terduduk.

"Mama, papa kenapa kalian benci Aven?"

*****

Apakah Aven bisa bertahan dengan sikap orang tuanya yang keras itu?

Scroll lagi yuk 👇

ALVENDRA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang