81

692 106 17
                                    

Ali duduk termenung di balkon kamarnya. Dia masih memikirkan perkataan Gritte semalam yang berkaitan dengan kepergian Prilly dkk ke luar negeri.

Dering handphone Ali membuyarkan lamunannya, disana tertera nama Sisi.

"Hallo.."

"Jemput gue sekarang, kita harus ke bandara. Prilly..."

Tut....Tut... Tut...

Belum sempat Sisi melanjutkan perkataannya, Ali sudah mematikan telpon itu sepihak.

Ali bergegas mengambil jaket, dompet dan kunci mobilnya kemudian turun dengan tergesa-gesa dari kamarnya. Bahkan panggilan dari Mama dan kakaknya tidak dia hiraukan, yang ada saat ini di pikirannya hanya Prilly dan Prilly.

....

Hari ini memang hari keberangkatan Prilly dkk ke Swiss. Mereka sudah berada di bandara dan entah siapa yang mengabari Leo dan Mariska hingga mereka juga berada di bandara mengantarkan kepergian Prilly dkk.

Tapi itu tidak penting, biarlah mereka datang setidaknya untuk mengobati rasa bersalah mereka pada Prilly.

Prilly mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru bandara berharap melihat Ali untuk yang terakhir kalinya. Namun, harap hanya sekedar harap Ali tidak mungkin datang. Dia mungkin sedang merayakan hari jadinya dengan Sisi. Jadi, untuk apa lagi berharap.

Mila yang sedari tadi memperhatikan tingkah Prilly pun tidak tahan untuk tidak bertanya.

"Lo nyari siapa..?" bisik Mila sambil menyenggol lengan Prilly

"Sisi. Gue berharap dia ikut nganterin gue tapi nyatanya dia nggak ada.." lirih Prilly

"Udahlah, jangan sedih. Gue mau ini terakhir kalinya gue ngeliat wajah sedih lo itu. Paham.." gertak Mila kesal yang dibalas anggukan Prilly

"Prilly maafin Sisi yang gak bisa ikut mengantarkan kamu ya, tadi Mama ninggalin dia di rumah karena masih tidur dan Mama gak tega membangunkannya.." seru Mariska sendu sambil menggenggam tangan Prilly

"Nggak apa-apa.." sahut Prilly santai

Pemberitahuan akan keberangkatan dengan rute Indonesia-Swiss pun sudah terdengar dan akan berangkat 5 menit lagi.

Prilly dkk langsung memeluk Dante dan Tiara bergantian.

"Mah, Pah jaga kesehatan yah.." lirih Gritte sambil menghapus air matanya

"Papa kerjanya jangan terlalu di forsir, ingat pola makan dijaga dan jangan tidur terlalu larut.." ucap Prilly sambil memeluk Dante dan Tiara lagi

"Iya nak, kalian juga jaga kesehatan di sana dan jangan lupa kabarin Mama dan Papa kalau udah sampai di sana.." ucap Dante lalu mengelus kepala Prilly dkk bergantian

"Kirun, Mama titip Mila, Prilly dan Gritte yah. Kalian baik-baik disana, nanti kalau ada waktu Mama akan jenguk kalian.." ucap Tiara

"Siap ibu negara.." seru Kirun dengan ala kapten yang menghormat pada Tiara dan itu membuat gelak tawa menghiasi perpisahan sementara itu

Prilly pun menatap Leo dan Mariska kemudian memeluk mereka bergantian.

"Jaga kesehatan nak kalau ada apa-apa kabarin Mama dan Papa.." lirih Mariska terisak

"Papa sayang sama kamu. Maafin perbuatan Papa dan Mama juga Sisi selama ini. Papa tau ini gak akan mudah untuk dimaafkan tapi Papa mohon maafkan Papa.." ucap Leo sambil memeluk Prilly dan mengelus kepalanya lembut

"Itu masa lalu Mah, Pah biarlah semua tinggal dibelakang dan tugas kita adalah jangan melihat lagi ke sana. Kita tata kembali kehidupan kita dengan lembaran baru walaupun Prilly tidak memilih kembali pada kalian tapi Prilly akan selalu melindungi kalian seperti Prilly melindungi Mama Tiara dan Papa Dante.." ucap Prilly sambil tersenyum manis

Dante dan Tiara tersenyum, mereka bangga melihat kebaikan Prilly. Dia memilih untuk memaafkan dan berdamai dengan masa lalunya. Memang seharusnya begitu bukan, jika ingin melangkah ke depan haruslah menyelesaikan semua masalah yang belum terselesaikan.

"Yaudah, kita berangkat ya Mah, Pah, Om dan Tante.." pamit Gritte dengan senyumnya

"Hati-hati dan jangan lupa kabari kalau udah sampai.." ucap Mariska

Prilly dkk pun mengangguk kemudian memeluk mereka sekali lagi. Kemudian mereka pun menarik koper dan berjalan menuju ruang tunggu.

Tak beberapa lama setelah itu, pesawat dengan rute Indonesia-Swiss pun lepas landas diangkasa membawa keempat orang yang akan mencari kebahagiaan mereka di negeri tetangga.

Parkiran...

Ali, Sisi dan Cassa pun berlari mencari keberadaan Prilly dkk. Dalam hati mereka berdoa semoga saja mereka belum terlambat.

Di sudut sana mereka melihat Dante dan Tiara juga Leo dan Mariska yang sedang berjalan santai sambil sesekali mengobrol.

"Mama..." teriak Sisi

"Mah... hah.. hah.. hah... Prilly... Hah.. hah.. dimana..?" tanya Sisi dengan nafas yang tersengal-sengal

"Prilly baru saja take off.." sahut Mariska

"Apa..???" teriak Ali, mendadak lututnya lemas dan dia pun terduduk di lantai bandara

"Ali.." seru Cassa yang kemudian memeluk Ali

"Kita telat... Gue gak bisa liat dia lagi.." lirih Ali sendu dengan air mata yang menetes di pipinya

"Mah, kenapa tadi gak bangunin Sisi sih, Sisi dan yang lain juga mau melihat Prilly.." seru Sisi dengan marah

"Tadi Mama mu mau membangunkan kamu Si, tapi dia gak tega karena ngeliat kamu yang tidurnya pulas banget.." seru Leo

Sisi menghembuskan nafas kasar sambil mengacak rambutnya.

"Ehem.. kalau begitu kami duluan yah mas Leo dan mbak Mariska.." seru Tiara yang merasa tidak enak berada diantara mereka

"Ah iya, mbak Tiara.. terimakasih sudah menyayangi Prilly dan menjaga Prilly.." lirih Mariska sendu

"Kami melakukannya dengan ikhlas mbak karena Prilly memang sudah seperti putri kami sejak kecil.." sahut Dante tersenyum tipis

Perkataan Dante sangat menohok hingga membuat Leo juga Mariska hanya mampu terdiam dengan sudut bibir yang sedikit mengembang.

"Li, udah Li.. lebih baik kita pulang gak enak diliatin sama orang banyak." bisik Cassa pelan sambil membantu Ali berdiri

Kondisi Ali kini cukup kacau dimana mata sembab dan rambut acak-acakan. Sisi yang melihat itu pun merasa bersalah, dia seperti memisahkan dua orang yang saling mencintai dan perbuatannya itu sangat-sangat jahat sekali.

"Maafin gue Li, ini semua salah gue.." lirih Sisi

"Lo gak salah Si. Kalau ada yang disalahkan itu seharusnya gue, gue yang suruh Ali latihan sama lo.." ucap Cassa sedih sambil menunduk

"Andai aja gue gak nyaranin hal itu mungkin Prilly gak bakal memilih pergi. Gue benar-benar minta maaf.." batin Cassa menyesal

"Please gak usah berdebat, gue pusing ngeliat kalian berdua.." bentak Ali membuat Sisi dan Cassa terkejut dengan mata yang berkaca-kaca

"Gue mau sendiri, mending Lo berdua pulang naik taksi.." sambung Ali

"Tapi Li, keadaan lo lagi kacau. Lo gak mungkin bawa mobil dengan keadaan begini.." seru Sisi

"Iya benar, biar gue dan Sisi yang anterin lo kemana pun lo mau pergi.." sambung Cassa

"GUE BILANG GUE MAU SENDIRI. NGERTI GAK SIH BAHASA MANUSIA.." bentak Ali hingga membuat mereka kembali menjadi pusat perhatian di bandara

Setelah mengucapkan itu, Ali pun melangkah pergi meninggalkan Cassa dan Sisi di bandara...

WhyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang