70

1.7K 180 33
                                    

Sesampainya di rumah sakit, Prilly langsung dilarikan ke UGD karena di perjalanan dia sempat tidak sadarkan diri.

Sisi dkk dan Gritte dkk menunggu di depan ruang UGD. Mila mengepalkan tangannya kuat, sorot matanya menyiratkan kebencian yang mendalam.

Kirun yang menyadari hal itu pun langsung memeluk Mila dan mengecup pucuk kepalanya berusaha menenangkan gadis itu.

"tahan emosi lo, kita gak boleh gegabah" bisik Kirun ditelinga Mila membuat gadis itu spontan menghembuskan nafas pelan

"siapa sih tuh cowok, ngebut ngebutan di lingkungan sekolah. Gak tau apa kalau itu berbahaya" ketus Sisi menggerutu

"ck, kalau aja lo tau siapa cowok itu gue jamin lo pasti kaget" sinis Gritte

Sisi langsung menatap Gritte "maksud lo apa? Emang lo kira gue kenal sama tuh cowok?"

"emang. Lo emang kenal sama bajingan itu bahkan lo sangat mengenalnya" bentak Mila marah, matanya memerah menahan tangis

"semuanya berawal dari keegoisan lo Si" lirih Kirun "karena keegoisan lo, Prilly harus menanggung semuanya. Bisa gak sih sekali aja lo gak bikin Prilly celaka begini"

"KENAPA LO SEMUA MALAH NYALAHIN GUE SIH" teriak Sisi marah

"Si, kecilin suara lo ini rumah sakit" ucap Ali

Sisi mendengus kesal menatap Kirun, Mila dan Gritte yang selalu menyalahkannya bila Prilly dalam keadaan tidak baik baik saja.

"lo mau tau kenapa gue nyalahin lo" ucap Kirun dingin "karena gue baik, biar gue jelasin"

Kirun menarik nafasnya dalam dalam lalu menatap Sisi tepat di matanya.

"dulu waktu lo terpilih jadi cheersleader (maaf kalau tulisannya salah), lo berhasil menggeser kedudukan Kaira sebagai ketua dan hal itu bikin dia benci sama lo ditambah orang yang dia cinta malah mencintai lo. Lo tau Kaira selalu pengen celakain lo tapi dia gak berhasil karena Prilly selalu berusaha lindungin lo" Sisi terdiam mendengar perkataan Kirun yang begitu menohok

"lo selalu buat Prilly dalam masalah karena lo dekat sama Chiko.."

"apa salahnya kalau gue dekat sama Chiko" potong Sisi

"itulah masalahnya. Lo gak tau siapa Chiko dan apa hubungannya dengan Kaira kan?" sinis Gritte menatap tajam Sisi

"hingga puncak kebencian Kaira sama lo membuat dia melakukan hal keji yang membuat Prilly kehilangan orang tersayangnya" ketus Kirun

Sisi terdiam kaku, dia tau siapa orang yang dikatakan oleh Kirun.

"asal lo tau tanpa lo minta bantuan sama Chiko sekali pun pria bejat itu tetap akan mencelakai Rio. Lo tau kenapa? Itu karena dia benci Rio. Chiko benci Rio karena Rio menggeser posisinya sebagai ketua tim basket" sentak Mila dengan air mata yang bercucuran di pipinya

Sisi menutup mulutnya tidak percaya.

"lo semua bohong. Chiko itu lelaki yang baik, dia gak seperti yang kalian pikirkan. Meninggalnya Rio itu murni kecelakaan"

"murni kecelakaan lo bilang? Kalau aja lo gak ikut andil di dalamnya Rio gak akan seemosi itu dalam berkendara" sinis Gritte

"kayanya lo perlu tau satu hal Si" ucap Kirun membuat Sisi menoleh kearahnya

"apa lagi" lirih Sisi pelan

"Chiko itu sepupu Kaira, dan kepindahan Chiko ke SMA GARUDA tidak lain untuk membantu Kaira menyingkirkan orang orang yang mengetahui kejahatan yang telah mereka perbuat" ucap Mila

Bagai disambar petir disiang bolong, Sisi terkejut bukan main mendengar fakta bahwa cowok yang selama ini menjadi sahabatnya adalah sepupu dari musuhnya sendiri.

"kenapa lo baru bilang sekarang kalau Chiko itu sepupu Kaira" lirih Sisi meneteskan air mata

"itu karena lo gak peka terhadap sekitar lo. Bukannya selama ini Prilly selalu marah ya kalau lo dekat sama Chiko tapi apa? lo malah marahin Prilly kan kalau dia bicara sinis sama sahabat lo itu" ketus Gritte

Tak lama pintu ruang UGD terbuka dan menampilkan sosok dokter Dinda dengan pakaian khas dokter miliknya.

"gimana keadaan Prilly dok?" tanya Mila

"nona Prilly baik baik saja, dia hanya kelelahan dan luka lukanya juga sudah kami jahit. Nona juga akan dipindahkan keruang rawat"

"terima kasih dokter Dinda" sahut Kirun

"sama sama tuan, kalau begitu saya permisi dulu. Mari non, tuan"

Kirun, Mila dan Gritte hanya mengangguk sebagai jawaban.

Brankar yang ditempati Prilly pun di bawa menuju ruang rawatnya di VVIP. Gadis mungil itu masih belum sadar karena dalam pengaruh bius.

****

"gimana lagi ya caranya biar Chiko nurut lagi sama gue" ucap Kaira berpikir sambil menimang nimang ponsel pintarnya di kedua tangan

"gue harus gimana ya. Chiko gak boleh lepas gitu aja, dia juga harus ikut dalam permainan yang telah gue buat" ucapnya lagi

Sebuah ide brilian terlintas di kepalanya. Senyum smirknya pun terukir, dia berpikir jika rencananya kali ini harus berhasil membuat Chiko kembali tunduk dibawah perintahnya.

"apa lagi rencana lo?" tanya Angel yang baru saja datang, dia bersandar di samping pintu kamar Kaira

Kaira sontak terkenjut "bisa gak kalau masuk itu ketok pintu dulu, gak sopan banget lo. Atau, jangan jangan orang tua lo gak ngajarin lo sopan santun?" sinis Kaira membuat Angel menatapnya tajam

"kenapa natap gue gitu banget? benar kan ucapan gue kalau lo itu gak tau sopan santun"

"jaga mulut lo Kai, jangan sampai mulut lo yang busuk itu gue robek" ucap Angel dingin

"cih, sok jadi psikopat lo"

"peduli lo apa?" sinis Angel

"berani banget lo sama gue"

"oh jelas. Emangnya lo siapa gue yang harus gue takutin?" Ejek Angel dengan senyum miring

"ingat, gue bisa aja langsung menghancurkan lo dalam sekejap"

"oh iya, gue gak peduli"

Setelah mengatakan hal itu Angel melengos pergi sambil mengepalkan tangannya.

"liat aja kalau rencana gue udah berhasil lo bakal gue singkirin secepatnya Kaira Adellia" batin Angel tersenyum sinis

Sementara itu di rumah sakit, Prilly baru saja sadar dan langsung mendapat pelukan dari Kirun, Mila dan Gritte serta celotehan mereka menyangkut luka luka di tubuhnya.

"gue mau mereka masuk bui secepatnya" ucap Kirun dingin

"elah sabar ngapa, ntar lagi juga di bui kok" sahut Prilly santai

"lo gak usah banyak ngomong dulu, mending istirahat aja dulu" kata Ali mengusap rambut Prilly lembut yang disambut senyum tipis dari Prilly

"Prill, mama minta semuanya di selesaikan tepat di hari perpisahan kita" kata Mila

"tenang aja semuanya udah gue atur" sahut Prilly lagi

"semuanya harus udah selesai, jangan ada lagi masalah yang kita tinggalkan di indonesia ini" kata Gritte lagi

"iya ibu negara" cibir Prilly, Kirun dan Mila bersamaan disertai tawa mereka yang berhasil membuat Gritte jengkel

"cepat sembuh deh lo biar kita bisa lancarin rencana ini semaksilan mungkin" kata Mila

"gue udah sembuh kali, lo semua aja yang lebay pake bawa gue ke rumah sakit segala" cibir Prilly yang hanya dibalas gelengan kecil dari mereka semua yang merasa bahwa Prilly selalu mengabaikan kesehatannya.

WhyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang