17

2.5K 131 0
                                    

Dirumah Sisi....

Sisi duduk di pinggir kasurnya, sedari tadi air matanya turun membasahi pipi chubby miliknya. Matanya sudah sembab bahkan bernafas pun dadanya terasa sesak.

Setelah tiba dirumah, dirinya langsung saja berlari menuju kamarnya dan hal itu membuat mamanya bingung. Karena dia pulang  tidak seperti biasanya yang selalu menyapa sang mama terlebih dahulu.

Mamanya yang khawatir pun langsung saja mengikuti Sisi yang baru masuk ke kamarnya.

Diketuknya pintu kamar tersebut, tapi sang pemilik kamar tidak kunjung membuka pintunya.

"sayang... Kamu kenapa? Buka pintunya Si, mama mau masuk"

Dengan enggan Sisi beranjak dari duduknya dan membuka pintu. Mama-nya terkejut melihat penampilan Sisi yang berantakan. Dengan seragam sekolah yang belum diganti, rambutnya acak-acakan, mata sembab, hidung merah. Dia terlihat mengenaskan.

"kamu kenapa? Siapa yang membuat kamu seperti ini"

Sisi menggeleng, lalu memeluk mama-nya erat.

"ma, Si takut" Sisi menangis terisak di dada sang mama

"apa yang membuat kamu takut? Cerita sama mama Si"

Mama pun menarik tangan Sisi menuju ranjang dan mendudukkan Sisi di pinggir kasur sambil kembali merangkul putri kesayangannya tersebut, sesekali tangan sang mama mengelus lembut rambut Sisi.

"cerita sama mama nak, ada apa?"

"Sisi.... Sisi takut Prilly kenapa-napa ma. Kemarin Prilly nolongin Sisi yang hampir di tabrak mobil"

"APA?? KAMU HAMPIR DITABRAK MOBIL?" kaget mamanya dan dibalas anggukan dari Sisi

"tapi kamu gak kenapa-napa kan sayang? Gak ada yang luka kan? Terus kamu tau gak siapa yang nabrak kamu?" tanya mamanya heboh sambil membalik-balikkan tubuh Sisi yang sedang duduk

"Sisi gak apa-apa mah. Tapi Prilly... Dia parah mah, lengan sama kakinya luka abis itu kepalanya juga terbentur"

Mama Sisi memutar bola matanta malas "itu sih resiko dia sayang. Kamu kenapa malah khawatirin dia sih. Seharusnya kamu tuh pikirin nasib kamu, gimana jadinya coba kalau gak ada yang nolongin kamu"

"MAH!!!" teriak Sisi menatap tajam mamanya membuat sang mama terlonjak kaget karena baru pertama kali ini dia dibentak oleh anaknya sendiri

"Sisi kamu bentak mama, cuma karena belain anak gak tahu diri itu ha?" kata mama

"mah,,, Sisi gak bermaksud buat bentak mama" lirih Sisi tertunduk

"dengar ya Sisi, mama gak mau kamu menyebut-nyebut nama anak gak tahu diri itu di depan mama lagi. Ngerti kamu?"

"tapi mah, Prilly juga anak mama, dia darah daging mama"

"CUKUP SISI!! MAMA BILANG CUKUP" bentak mamanya lalu keluar dari kamar Sisi.

Sisi hanya bisa menangis, dia tidak bisa melakukan apa pun untuk membantu Prilly. Dia tidak seperti Prilly yang selalu saja mempunyai cara untuk bisa membantu dirinya.

"maafin gue Prill... Maafin gue karena gak bisa bantuin lo" lirih Sisi terisak

****

"jadi lo bohongin gue" ucap Cassa sambil menarik kuping kiri Ali yang sedang bermain game di handpone-nya

"aduh.. aduh Cass.. Ampun" keluh Ali sambil mencoba melepaskan diri dari Cassa

Siapa yang tidak kesal coba, disaat tadi dia ingin memasuki rumahnya, dia melihat Ali sedang duduk di teras rumahnya sambil bermain handpone.

"tadi lo bilang lo mau ke bandung, tapi kenapa lo malah ngejongrok disini ha?" ketus Cassa lalu melepaskan jewerannya dari kuping Ali

"ya maap Cass, gue kan lagi malas buat sekolah makanya gue suruh lo ijinin gue" kata Ali sambil mengelus-elus kupingnya yang memerah di jewer Cassa

Cassa pun akhirnya memilih duduk di samping Ali. Namun, pikirannya kembali melayang pada perkataan Mila siang tadi di sekolah.

"seharusnya lo tanya dulu sama Sisi apa permasalahan yang terjadi, baru lo bisa masuk ke permasalahan ini"

Ali bingung melihat Cassa yang tiba-tiba terdiam dan melamun seperti itu.

"WOY... NGELAMUN AJA LO. AWAS KESAMBET" teriak Ali tepat di kuping Cassa dan berhasil membuat gadis itu terlonjak kaget dan mengelus telinganya" yang tiba-tiba jadi budeg kerena diteriakin Ali

"apaan sih lo Li, sakit nih kuping gue "

"habisnya lo ngelamun mulu. Emang lo ada masalah apaan?"

Cassa menghela nafas pelan kemudian menatap Ali "gue bingung Li"

"bingung kenapa?"

"lo nyadar gak sih, semenjak Prilly dkk masuk ke sekolah kita, kita kaya banyak musuh gitu jadinya. Terus gue juga ngerasa kalau Sisi nyembunyiin sesuatu dari kita"

Ali mengkerutkan dahi mencoba memahami maksud perkataan Cassa yang terasa ambigu di pikirannya.

"banyak musuh? Bukannya selama ini kita emang banyak musuh ya, terlebih Sisi yang emang sering dibully sama Kaira walaupun kita gak tahu masalahnya apa"

"iya juga sih, tapi semenjak kedatangan Prilly, gue ngerasa kalau masalah Kaira sama Sisi makin mengerucut deh Li"

"maksud lo"

"lo gak ingat. Itu loh kejadian yang waktu dikantin, hari pertama Prilly dkk masuk ke sekolah kita"

"yang mana sih"

"dasar pikun. itu yang waktu Prilly nonjok si Kaira"

"oh iya gue ingat, kalau gak salah Prilly juga bawa-bawa nama Rio kan"

"iya bener"

"tapi masalahnya kita gak kenal sama orang yang namanya Rio Cass"

"kayanya kita harus tanya Sisi deh. Kita harus paksa dia cerita sama kita apa yang sebenarnya terjadi antara dia, Prilly, Kaira dan Rio"

"lo bener Cass, tapi ngajak Sisi bicara mengenai masalah serius seperti ini tuh gak mudah. Lo tau Sisi gimana kan orangnya. Dia bakalan diam aja"

"makanya kita harus susun rencana buat menguak semuanya"

"oke gue setuju. Tapi kita mulai dari mana?"

Cassa tersenyum penuh kemenangan "kita akan mulai dengan mendekati Prilly dkk"

"apa lo yakin mereka mau temenan sama kita. Secara mereka tahu kalau kita sahabatan sama Sisi"

"kalau masalah itu serahin sama gue. Lo tahu kan gue ketua osis jadi gue udah punya rencana soal ini"

***

"Run, gimana udah ada yang mesan cupcake belum?" tanya Mila lalu menghempaskan bokongnya di sofa  samping Kirun

"udah, ini ada dua orang"

"pantesan Prilly sibuk di dapur masak cupcake, padahal dia masih sakit"

"gue juga tadi udah coba undurin nih orderan tapi si Prilly maksa buat nerima. Katanya lumayan buat uang jajan kita. Padahalkan dia lagi sakit" ketus Kirun

"ya ellah, ribet amat lo berdua. Gue udah mendingan ini, lagian luka gue juga udah mulai sembuh kok" sambung Prilly yang baru saja tiba dari dapur

"tapi kan sama aja, rasa sakitnya belum berkurang" kata Mila

Prilly tersenyum "Mil, Run. Jangan khawatirin gue. Gue pernah mengalami rasa yang lebih sakit dari ini" lirih Prilly

"bagi gue ini belum ada apa-apanya" sambungnya

Kirun pun memeluk Prilly yang duduk di sampingnya dengan sayang "gue selalu khawatir apa pun yang mengenai lo Prill, karena lo itu udah gue anggap kaya adek gue sendiri"

"gue tahu itu"

"jadi jangan larang kita buat gak khawatir sama lo ya" kata Mila lalu berpindah duduk di samping Prilly kemudian ikut memeluk Prilly gadis mungil sahabat mereka.

WhyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang