63

1.9K 203 47
                                    

Dia membeli bunga matahari dan membawa kembang memasuki sebuah pemakaman umum di jalan kenanga, ditatapnya satu persatu nisan yang berada di sana hingga dia menghentikan langkahnya tepat di sebelah nisan yang bertuliskan nama orang yang paling dia sayang 'RIO ANDARA WINATA'. yah, dia Prilly. Prilly memang sengaja mengunjungi makam Rio karena rasa rindu yang bersarang di dadanya pada pria itu.

"hai my hero apa kabar, pasti baik dong ya secara disana adalah tempat terbaik yang pernah ada" air mata Prilly turun membasahi pipinya, dadanya sesak seperti terhimpit ribuan ton batu hingga membuatnya sulit bernafas

"Rio, doain aku ya supaya aku bisa membongkar kejahatan mereka" sambungnya sambil memeluk nisan Rio

Sementara itu di sekolah terlihat Gritte yang berjalan mondar mandir di kelas, sesekali dirinya juga mencoba menelvon Prilly namun tidak diangkat sama sekali. Dari kejauhan Ali memperhatikan gerak gerik Gritte berharap ada informasi yang didapat mengenai Prilly.

"gimana? Masih gak aktif juga?" tanya Kirun dengan raut wajah cemas

"iya, gue udah coba puluhan bahkan ratusan kali gue telvon tapi gak aktif handponenya" kata Gritte khawatir

"Mila mana sih pake ngilang lagi tuh anak" gerutu Kirun

"heh, Mila tuh lagi ngejalanin misinya  dan dia juga khawatir sama Prilly"

"tapi kan seharusnya dia ada disini" kekeuh Kirun

"udah deh gak usah mikirin Mila, yang paling penting sekarang tuh Prilly. Kita harus cepat nemuin dia sebelum terjadi sesuatu yang buruk"

"lo bener tapi kita mesti gimana, kita gak punya petunjuk apa pun"

"duh, disaat kaya gini otak gue gak bisa diajak kompromi, mana gue takut Prilly kenapa napa lagi"

***

"Si, Prilly belum ketemu, lo gak khawatir gitu?" tanya Cassa pada Sisi yang tengah duduk santai di dekat lapangan basket

"buat apa gue khawatir sama orang kaya dia, lagian nih ya dia tuh gak penting, dia udah bikin malu gue tau gak. Palingan dia lagi main sama om om yang jadi pacarnya itu" cerocos Sisi

"lo gak boleh ngomong gitu Si belum tentukan yang di mading itu bener, lagi pula sekarang itu jaman modern semua serba teknologi, bisa aja kan foto itu editan" ucap Cassa

"editan lo bilang? Mana ada orang yang kurang kerjaan buat ngedit foto foto Prilly. Udahlah Cass lo gak usah bicara lagi mengenai Prilly, gue udah gak peduli, benci gue sama tuh jalang"
"Si jangan sampai kata kata lo barusan membuat keluarga lo terpecah lagi seperti dulu, ingat betapa susahnya bokap nyokap lo buat minta maaf sama Prilly dan sekarang lo malah mau menghancurkan semuanya di saat Prilly perlahan mulai bisa menerima kalian lagi hanya karena sebuah foto yang belum tentu kebenarannya" nasehat Cassa panjang lebar berharap Sisi mau mendengarkannya

"terserah lo mau ngomong apa Cass gue gak peduli" setelah mengucapkan itu Sisi pergi meninggalkan Cassa sendiri

"percuma lo nasehatin dia, orang yang sedari awal selalu membenci tetap akan membenci walaupun kebenaran di depan matanya" sebuah suara mengagetkan Cassa hingga spontan menoleh kebelakang

"Mila" ucapnya kaget "lo ngapain disini?"

"gue cuma lewat dan gak sengaja denger percakapan kalian" sahut Mila santai

"lo gak nyari Prilly? Atau dia udah ketemu" ucap Cassa kikuk

"santai aja Cass, gue percaya Prilly bisa jaga diri sendiri dan gue yakin Prilly gak akan melakukan hal yang bisa membahayakan dirinya sendiri"

WhyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang