46

2.4K 204 16
                                    

"Rio itu.... Sahabat rasa pacar"

Ali mendengus tidak suka saat kata itu meluncur dari bibir mungil Prilly. Ntah mengapa dia tidak suka kalau Prilly menyukai lelaki lain selain dirinya.

"mau cerita gak sama gue tentang Rio"

"emang lo mau denger?"

"kalau boleh sih Prill"

Prilly tersenyum simpul "namanya Rio Andara Winata, sahabat sekaligus kakak buat gue. Sosoknya yang hangat dan penuh kasih selalu membuat gue nyaman kalau sama dia"

"dia yang selalu ada disaat gue sedih dan senang. Disaat gue nangis dia yang selalu menyediakan pundak buat gue bersandar. Dia menciptakan dunia tersendiri buat gue, dia yang selalu memperioritaskan gue diatas segalanya"

Ntah mengapa Ali merasa sesak saat mendengar cerita langsung mengenai sosok Rio dari Prilly. Tampaknya calon gadisnya itu sangat menyayangi sosok Rio.

"sebegitu berharganya kah sosok Rio dihidup lo Prill" batin Ali sesak

"bahkan gue masih ingat dia pernah bilang sama gue kaya gini 'aku gak bakalan nyari pacar sampai aku menemukan seseorang yang bisa menjaga kamu dan membuat kamu merasa nyaman'. Jujur gue selalu senang saat perhatian Rio selalu tertuju buat gue" lanjut Prilly kembali menceritakan sosok Rio

"kata Sisi, Rio suka sama Sisi apa itu benar Prill?" tanya Ali

"iya itu benar" kata Prilly tersenyum hangat menjeda ucapannya "Rio bilang kalau setiap melihat Sisi jantungnya selalu berdegub kencang. Waktu itu gue selalu ngatain Rio kalau dia alay tapi gue gak menutup fakta kalau gue juga ikut senang saat Rio menemukan kebahagiannya yang akhirnya jatuh pada Sisi sodara kembar gue"

"terus mereka sempat pacaran gak?"

"Rio gak mau pacaran, mereka cuma berkomitkan untuk saling mencintai karena Rio bilang gue tetap prioritasnya. Awalnya gue marah saat Rio bilang kaya gitu, tapi gue bisa apa kalau Rio sudah memutuskan maka keputusan itu adalah mutlak, gak bisa diganggu gugat lagi"

"hingga puncaknya, gue jatuh sakit dan dilarikan kerumah sakit membuat Rio, Kirun, Mila, dan Gritte menjaga gue disana" Prilly menjeda ucapannya, dia menarik nafas panjang lalu menghembuskannya dengan perlahan menahan sesak dan emosi yang bercampur menjadi satu

"gue udah nyuruh Rio dan yang lain kembali kesekolah karena gue sadar Sisi pasti mencari dan membutuhkan Rio. Tapi mereka semua kekeuh pengen jaga gue padahal gue gak apa apa ditinggal sendiri"

"selama seminggu gue sakit dan akhirnya gue memaksa untuk pulang karena gue kangen sekolah. Tapi apa yang gue dapat? Yang gue dapatkan saat pertama masuk kembali ke sekolah hanya raut wajah sedih Rio dan tatapan sendunya. Gue masih ingat saat itu Rio bilang kalau Sisi tidak ingin berkomitmen dengannya lagi. Gue masih ingat pelukan rapuh dari Rio, tatapan kesedihan Rio, bahkan wajahnya yang tidak menandakan tanda tanda kehidupan lagi" kini pertahanan Prilly runtuh sudah air mata itu kembali menetes karena mengingat Rio

Ali pun mendekat kearah Prilly yang menunduk kemudian memeluk gadis itu "jangan sedih lagi gue gak bermaksud untuk membuka luka lama lo"

"jadi waktu itu Prilly lagi sakit makanya si Rio itu tidak menemui Sisi. Jadi ceritanya disini Sisi salah paham dong" batin Ali yang kembali mengeratkan pelukannya pada Prilly

"jangan nangis dong. Mending kita makan aja yok, nih liat makanannya jadi dingin. Keasikan ngobrol sih kita" kata Ali melepaskan pelukannya dan menghapus air mata Prilly membuat gadis itu kembali teringat kenangannya bersama Rio.

"jangan nangis dong, kan malu sama muka, masa cantik cantik cengeng" ucap seorang lelaki tampan yang bernama Rio

"aku tuh lagi sedih tau"

"iya aku tau kok. Kan kamu lagi nangis itu artinya kamu lagi sedih"

"ihh, Rio mah gak serius bujuknya. Aku ngambek nih"

"lah, ngambek kok bilang bilang"

"Rio...."

"hehe... Maaf ya. Ayok makan deh dari pada nangis nangis gak jelas"

"kamu yang traktir kan ya"

"iya, apa sih yang nggak buat kamu"

"makasih ya Rio"

"sama sama Unyil"

"Prill, dimakan dong baksonya ntar dingin" kata Ali membuyarkan lamunan Prilly tentang Rio

"eh, iya. Maaf" kata Prilly terkejut

"lo lagi mikirin Rio ya?" tebak Ali yang mendapat balasan senyum tipis dari Prilly

***

"WOY.... WOY... WOY" teriak Gritte heboh mmebuat Kirun dan Mila berdecak kesal dan menatap Gritte dengan malas

"apaan sih. Ganggu aja" ketus Kirun yang masih asik dengan buku fisikannya

"coba liat kalender noh. Besok tanggal berapa" tunjuk Gritte pada kalender yang berada di atas meja

Mila berdecap dan mengalihkan tatapannya pada kalender "tanggal 9 maret emang napa?"

"ASTOGE, LO BERDUA PASTI LUPA. CAPE DEH" seru Gritte dramatis

"to the point aja Tte maksud lo apaan" kata Mila

"besok ulang tahunnya Rio" seru Gritte membuat Kirun dan Mila mendadak kaku

"YA AMPUN GUE LUPA" teriak Kirun dan Mila bersamaan

"jadi gimana nih rencananya?" tanya Gritte

"hmm...gimana ya" seru Mila

"gue ada ide" kata Kirun kemudian tersenyum senang

"ASSALAMU'ALAIKUM... PRILLY YANG CANTIK MEMBAHANA PULANG.. RED KARPET MANA... RED KARPET" teriakan Prilly membahana sepenjuru rumah

Tukk....

Sebuah pulpen melayang tepat mengenai dahi Prilly membuat sang empu meringis sakit.

"SIAPA YANG BERANI NIMPUK GUE PAKE PULPEN? GAK TAU APA YA DAHI GUE INI BERTAHTAKAN EMAS BERLIAN MALAH DI TIMPUK PULPEN." teriak Prilly lagi

"JANGAN TERIAK KAMPRET..."

"lah, ngelarang gue jangan teriak, mereka aja teriak teriak. Dasar nggak ngaca"

Dengan kesal Prilly berjalan menuju ke ruang keluarga dan melihat ketiga sodaranya tengah membuat sebuah konsep ulang tahun.

Prilly tersenyum simpul, dia tau untuk siapa konsep ini. Awalnya dia mengira jika ketiganya akan lupa ternyata tidak sama sekali.

"gue seneng kalian masih ingat" Prilly menjatuhkan bokongnya di samping Kirun

"ingatlah, harus ini mah" seru Mila

"kita rayain dimana?" tanya Prilly

"disekolah. Kebetulan besok kita agenda di luar kelas" sahut Kirun

"terus lo gimana Tte?" tanya Prilly

"tenang aja kan ngerayainnya pas jam istirahat, jadi gue gak perlu bolos kan"
"barang yang dibutuhin udah dapet?" tanya Prilly lagi

"lo udah kaya wartawan deh Prill dari tadi nanya mulu" gerutu Mila yang dibalas cengiran dari Prilly

"soal barang itu urusan Kirun, yang niup balon tugas gue sama Itte, terus tugas lo bikin kue" kata Mila menjelaskan

"oke. Kalau gitu gue kedapur dulu. Gue mau bekerja sekarang"

"heh, udah malam ini. Besok aja" kata Kirun

"gak bisa, gue harus bikin kue spesial"

"yang makan juga kita Prill" seru Gritte yang membuat senyum Prilly pudar

"eh"

"gak papa Tte. lagian sesekali buat yang spesial untuk kita kan gak masalah"

"maaf ya Prill"

"iya gak papa"

"oke good lucky buat kita ya, semoga apa yang selalu kita doa kan terjamah allah. Amin" doa Prilly

"amin...." seru Gritte, Mila, Kirun serentak

WhyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang