16

2.5K 129 2
                                    

"Prill, lo gak usah masuk dulu ya" kata Kirun pada Prilly sambil memakai sepatu sekolahnya

"lo harus istirahat, nanti kita usahain bakal pulang cepat kok" sambung Mila lagi sambil mengemasi buku-bukunya

"oke deh, lagian kaki sama lengan gue masih sakit banget" kata Prilly menyetujui perkataan Mila dan Kirun

"ya udah kita berangkat ya, lo baik-baik dirumah. Jangan lupa minum obat sama jangan lupa olesin salep di luka lo. Abis itu jangan terlalu cape ya." kata Kirun panjang lebar

"iya bawel, udah deh sana lo berdua pergi. Ntar kagak ada angkot"

"oke kita pergi ya. Nanti kita bakalan ijinin lo juga" kata Mila yang dibalas anggukan

"gue ngapain ya" ucap Prilly setelah Kirun dan Mila pergi

"mana bosan banget gue" sambungnya

Prilly kemudian memainkan handphone-nya, lalu kemudian dia tersenyum sumringah karena mendapat ide untuk menyalurkan rasa bosannya.

Dengan segera dia mengambil sebuah buku dan pulpen, kemudian membuka google dan membuka situs resep kue. Finally dia mendapatkannya dan langsung saja dia catat semuanya walaupun sesekali dia meringis kala lukanya bergesekan dengan buku.

***

Kirun dan Mila kini berada di dalam kelas, karena agenda mereka yang berada di luar kelas sudah usai.

"KIRUN..... MILA..."

Belum sempat mereka duduk, mereka sudah dikagetkan dengan teriakan yang sangat mirip dengan teriakan sahabat mereka yang berada dirumah.

"belum juga nih pantat duduk udah diteriakin aja. Bener-bener dah" keluh Kirun yang dibalas cekikikan dari Mila

"apaan" kata Mila saat melihat Sisi berjalan menghampiri mejanya dan Kirun

"Prilly gimana? Dia baik-baik aja kan? Dia jadi dibawa kerumah sakit gak? Dia udah minum obat belum? Terus dia gak masuk sekolah kan?" tanya Sisi bertubi-tubi

"nanya satu-satu kali" ketus Kirun membuat Sisi kicep

"maaf, gue cuma khawatir" lirihnya

"khawatir? Gak salah denger nih gue" kata Mila sinis

"apa salahnya sih kalau Sisi khawatir, dia kan kakaknya Prilly" sela Cassa

"kakak? Hahah" tawa Mila dan Kirun sumbang

"emang ada yang aneh ya" kata Cassa lagi

"baru kali ini lo mengakui kalau Prilly adek lo, kemana aja lo selama ini" kata Kirun sinis

"disaat dia butuh lo, lo kemana Si? Di saat dia terluka karena perbuatan kalian, lo dimana Si? Di saat dia menangis ketakutan, lo ada dimana Si?" kata Mila bertubi-tubi

"dan sekarang lo baru bilang kalau lo kakaknya? Hahah.. Lo benar-benar naif Si, hanya karena gak mau ditinggalin sama sahabat-sahabat lo, lo begitu respect sama Prilly"

"yang paling penting yang harus lo tahu Si, Prilly selalu ada buat lo. Dia selalu jagain lo, dia selalu berusaha buat kebahagiaan lo. Tapi apa balasan lo?"

Tanpa sadar air mata Mila meluruh saat membayangkan betapa sakitnya perjuangan Prilly untuk Sisi.

"dan lo gak pernah tahu itu kan"

Sisi tertunduk, Cassa yang berdiri disamping Sisi menjadi bingung dengan permasalahan yang menimpa sahabatnya itu.

"Si, lo utang cerita lengkap tentang lo dan Prilly sama gue" kata Cassa kemudian

"seharusnya lo tanya dulu sama Sisi apa masalahnya baru lo bisa ikut masuk ke permasalahan ini" kata Mila pada Cassa sambil terisak

Kirun langsung saja merangkul Mila "udah Mil, kita tadi berangkat ke sekolah baik-baik loh, jadi lo gak usah sedih"

Cassa juga menarik Sisi menuju kursi mereka dikarenakan bel yang sudah berbunyi dan lima menit lagi guru akan masuk ke kelas mereka.

"si Ali kemana?" tanya Sisi saat sudah berada di kursinya

"katanya si ijin, ada acara keluarga dibandung" sahut Cassa

"gue harap lo mau jujur tentang permasalahan lo dan Prilly sama gue Si" kata Cassa yang hanya mendapat senyum tipis dari Sisi

Rumah Cassa dan Ali memang berdekatan makanya Cassa selalu tahu apa yang dilakukan Ali sehari-hari, itu juga yang membuat mereka berdua bersahabat sejak kecil.

***

Sementara di sebuah rumah yang megah bak istana terlihat Ali yang sedang duduk di sofa sambil bermain PS.

"Ali, lo bilang sama Cassa ijin mau ke bandung terus kenapa lo belum pergi juga?" tanya Alya pada Ali

"hehe.... Gue lagi males sekolah, maka-nya gue bohong sama Cassa"

"astaga Ali, gimana sih lo. Harusnya lo itu rajin sekolah ingat mama udah cape-cape biaya-in lo sekolah. Mana nilai-nilai lo anjlok semua lagi. Gimana nanti kalau lo gak naik kelas"

Mulai-lah ceramah Alya yang disampaikan kepada Ali membuat pria itu mendengus kesal karena hari masih pagi tapi dia sudah mendapat siraman rohani dari kakak semata wayangnya itu.

Karena Ali yang begitu kesal dengan Alya, dia pun beranjak dari sofa menuju kamarnya tanpa membalas perkataan Alya.

"AlI...... LO DENGERIN GUE GAK SIH..." teriak Alya saat dia diacuhkan Ali

"ada apa sih sayang, kenapa teriak-teriak ini masih pagi loh" kata Aldi  suami Alya

"si Ali tuh, masa aku udah nasehatin bener-bener dia malah acuh sih kan aku kesel" kata Alya manja

Aldi terkekeh mendengar penjelasan istrinya itu, dia tahu betul jika Alya bermaksud baik untuk menasehati adiknya tapi Ali selalu acuh dan akan memilih pergi jika sudah diceramahi oleh Alya.

"biarin aja yank, aku yakin lama-lama dia bakalan sadar juga kok"

Alya pun mengangguk dan membenamkan wajahnya di dada bidang Aldi, mencari kenyamanan di sana.

"mama sama papa kenapa" suara cadel itu membuat kedua pasangan tersebut melepaskan pelukan mereka kemudian dengan senyum manis Alya menarik sang buah hati menuju pelukannya

"mama sama papa gak apa-apa kok sayang"

"terus kenapa pada pelukan sih" kata Malik dengan suara cadel khas anak-anak

"emang salah ya kalau papa meluk mama?" tanya Aldi sambil mengelus lembut rambut hitam Malik yang dibalas gelengan singkat dari sang buah hati

"terus Malik tumben kesini? Biasanya kan di ruang main" kata Alya

"Malik bosen mah"

"terus sekarang Malik mau apa?" tanya Aldi lagi

"mau main bola sama papa boleh gak?"

"boleh donk. Ayo ke taman belakang, kita main bola disana ya" kata Aldi

"asikkk.... Main bola sama papa" seru Malik antusias

Dengan semangat Malik pun berlari menuju ruang bermain untuk mengambil bola yang akan digunakan untuk bermain dengan Aldi.

"Ayo pah" seru Malik berlari terlebih dahulu menuju taman belakang rumah mereka

Sejak Alya dan keluarga kecilnya memilih tinggal di indonesia membuat mama-nya berkeinginan untuk merubah taman belakang rumah mereka menjadi seperti taman bermain anak-anak.

Disana sudah disediakan sebuah pelosotan untuk anak-anak, ayunan, serta berbagai pernak pernik bermain anak. Dan itu membuat Malik begitu senang jika sudah berada disana.

 

WhyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang