Happy reading, and hope u enjoy!
Berry harap kalian banyak komen di bab ini:)
***
SAAT ini Rakha dan Ricky sedang melakukan persiapan untuk mulai beraksi.
Rakha memeriksa kembali ranselnya. Ia mengeluarkan dua pistol, lalu disusul dengan dua belati, serta sebuah kampak dan palu besi.
Ricky melongo heran melihat semua barang-barang berbahaya yang pria itu keluarkan dari dalam ranselnya. Nasib baik mereka kini berada di semak-semak dan jarang orang berlalu lalang di tempat itu. Kalau tidak, dapat dipastikan mereka akan disangka maling atau begal yang akan bertindak jahat pada warga.
“Lu mau perang dunia ketiga apa gimana? Banyak banget barang kriminal lu.” Ricky mencela.
“Iya. Kita nggak tahu apa yang akan terjadi di sana, dan ada berapa banyak orang yang akan menghalangi kita. Jadi gue bawa ini buat jaga-jaga,” sahut Rakha enteng. “Oh, ya. Lu bawa apa aja? Ada bawa golok nggak?” tanyanya masih santai.
“Buat apa, njir? Lu mau menggembala sapi di sana?” ceplos Ricky asal.
“Ya, nggaklah. Kan udah gue bilang untuk lawan musuh. Tangkai sama pisau golok ukurannya panjang, jadi bisa buat lu lawan melalui jarak jauh. Terus sebelum lu dihajar duluan, lu bisa tebas kepalanya lebih dulu.”
Ricky mengangguk-angguk kecil. “Tapi gue nggak bawa golok, gue cuma bawa pisau dapur sama cabai bubuk.”
Sontak Rakha menutup mulutnya. “Pfftt!” Ia menahan tawa agar tidak terbahak. “Lu mau kontes MasterChef, Bro?” Rakha terkikik-kikik geli.
“Jangan salah lu, cabai bubuk juga berguna. Kelihatan nggak pernah nonton film, ye, lu.”
“Memang nggak pernah. Gue sibuk ngurus restoran,” jawab Rakha terus terang.
“Oh.” Ricky mengeluarkan botol bubuk cabai dari tasnya. Ia pertunjukkan pada Rakha. “Lu lihat aja, nanti ini juga bakal berguna.”
“Ya~ ya~ gue tahu maksud lu.” Rakha menilik sekilas jam tangannya. “Udah jam segini, kita gerak sekarang.” Memasukkan kembali peralatannya dalam ransel. Ia juga membagikan satu belati, pistol, dan juga kampak pada Ricky yang langsung diterima tanpa protes.
“Lu tahu cara pakai pistol kan?” tanya Rakha.
“Tahu. Bokap gue polisi. Jadi gue pernah diajarin sama bokap,” jawab Ricky jujur.
“Oke, bagus.” Dipikir sudah siap semuanya, Rakha memasukkan bungkusan pemberian kakek kemarin sebagai penutup.
Rakha menoleh ke kanan dan kiri. Memastikan tidak ada orang yang di sekitar mereka. Karena lingkungan memang sepi, Rakha pun mulai menggerakkan kedua tangannya memutar berbentuk pola lingkaran seperti yang biasa ia lakukan.
Tidak lama, cahaya pun tercipta.
Ricky tercengang dengan apa yang ada di hadapannya. Matanya melebar bersamaan dengan mulut yang ternganga lebar. Tidak bisa berkata apa-apa. Lidahnya kaku untuk berkomentar.
Sedangkan Rakha hanya menatap datar Ricky yang terlihat kaget. Dia sudah biasa mendapati orang yang terperangah ketika ia menggunakan kemampuannya. Salah satu ekspresi polos yang ia suka adalah milik Liana, calon istrinya.
Ah, Liana. Rasa gelisah ingin bertemu pun bergejolak tak karuan dalam dadanya.
“Tutup mulut lu, jangan sampai lalat terperangkap di sana.” Rakha memperingati yang mampu membuat Ricky langsung menutup mulutnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/231754481-288-k254259.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Yang Tertulis [End]
Teen Fiction[Follow sebelum membaca, tidak akan membuatmu berubah menjadi Iron Man] Bagaimana reaksi kamu ketika ada seorang pria asing yang membangunkanmu di kamar milikmu sendiri? Kaget? Takut? Pastinya. Baik, mari kita naik level. Apa yang akan kamu lakukan...