6. Sisi Lain (revisi)

487 121 166
                                    

Mulmed: Pit-A-Pat (ost Strong Woman DoBongSoon)

Happy reading, and hope u enjoy!

***

     KEDATANGAN Liana membuat suasana keluarga Sakjamaya menjadi lebih meriah dan menyenangkan. Apalagi bagi Risa dan Rara, mereka sedari tadi banyak sekali melontarkan pertanyaan-pertanyaan pada gadis itu. Sampai yang tadinya siang kini berganti menjadi malam.

Yang diwawancara Liana, tapi yang frustrasi malah Rakha. Sedari sore Rakha sudah mengajak Liana pulang, tetapi dua wanita kepo itu terus menunda-nunda waktu hingga Liana jadi tidak merasa enak untuk berpamitan.

Rakha menggaruk-garuk kepalanya gusar ketika melihat jarum jam di dinding yang terus berjalan. “Bun, Rara, udah dong acara wawancaranya. Ini anak orang ntar dicariin emak bapaknya gimana? Lagian nanti kami bakal kemari lagi, kok,” bujuk Rakha dengan wajah sayu karena sudah lelah.

Rara melirik Rakha sinis. “Ye, elah, Bang. Kalau Bang Rakha mau pulang, pulang duluan aja sana,” cetus gadis itu yang mengundang darah Rakha naik ke ubun-ubun.

“Satu jam lagi kita pulang, ya? Nanggung banget ini lagi bahas novel sama Rara,” imbuh Liana kemudian melanjutkan obrolannya pada Rara.

“Astaga! Seasik apa, sih, bahasan kalian? Liana, lu nggak lihat jam? Ini udah hampir jam 10, Dongok! Ntar lu dicariin nyokap bokap lu gimanaaa?” Rakha mengetuk-ngetuk arloji dengan jari telunjuknya mulai emosi.

Bukan apa-apa, Rakha juga memikirkan bagaimana nanti jika orang tua Liana mengetahui anak gadis mereka tidak ada di rumah sampai malam begini.

Rakha beralih pada bundanya yang kini diam mendengarkan cerita kedua anak gadis yang sedang asyik mengobrol. "Bunda, ya, ampun. Tolong bilangin, dong, sama Liana. Susah banget ngomongin, tuh, bocah." Setelah memelas meminta bantuan sang bunda lalu dia beralih lagi pada adiknya yang kini terbahak-bahak bersama Liana. "Heh, lu lagi! Udahan, dong, ngajakin cerita Liana. Lu mah enak di sini, gue di sana entar yang bakal kena damprat bokapnya Liana."

Memerhatikan Rakha yang sudah seperti cacing kepanasan di tempat, serta-merta membuat ketiga kaum hawa itu tertawa lepas.

"Liana, kamu pulang, gih. Kasian Rakha yang belum resmi jadi suami nanti udah dapat kesan buruk dari orang tua kamu," tutur Risa dengan sisa-sisa tawanya.

"Ahaha, oke, Tante." Liana bangkit dari tempatnya, memberi kode pada Rakha untuk lekas berdiri melalui bibir yang tertarik kaku.

Dengan perasaan dongkol Rakha bangkit dari duduknya sedikit disentak. Menyandang tas ranselnya yang berisi; baju, ponsel, beberapa model tindik telinga kesukaannya, serta barang lainnya yang sekiranya perlu. Lalu pria itu berjalan terlebih dahulu tanpa niat berpamitan pada keluarganya.

Namun, di sisi lain sebelum Liana benar-benar melenggang pergi dia berpamitan dahulu pada keluarga pria itu sehingga membuatnya tertinggal jauh dari Rakha yang kini sudah berada di luar rumah. Gadis itu berlari kecil keluar rumah itu agar bisa menyusul Rakha.

Seketika kaki pendeknya berhenti tatkala mendapati tidak ada siapa pun di pelataran rumah itu. Rakha sudah tidak terlihat lagi. Perasaan dirinya tidak terlalu lama berpamitan pada keluarga Rakha tadi, lantas kenapa Rakha bisa secepat itu tidak terlihat?

Gadis itu berlari dengan laju yang semakin cepat menelusuri lintasan lurus menuju ke pagar. Raut wajahnya masih tampak santai. Tidak apa jika dia tidak harus pulang malam ini, toh, orang tuanya itu juga tidak akan menyadari bahwa dirinya ada di rumah atau tidak, begitu pikirnya.

Takdir Yang Tertulis [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang