37. Rencana Si Antagonis

214 50 4
                                    

Happy reading, and hope u enjoy!

***


Thailand

Ruangan sangat menyesakkan. Begitu pengap lantaran tidak adanya ventilasi udara segar yang masuk. Hanya asap rokok yang mengepul di udara sebagai pengganti udara segar bagi mereka.

Walau ruangan itu begitu besar, tetapi banyak sekali barang-barang yang tidak digunakan yang terlantar dan berserak di tepian ruang. Hanya menyisakan bagian tengah saja untuk para lelaki berbadan besar dan juga bertato yang mengisinya.

Bisa dikatakan tempat itu seperti gudang belantara dan tidak terurus, nyatanya tempat itu adalah sarang para penjahat yang diketuai oleh keturunan sang pemberi kutukan kepada leluhur Rakha.

"Dua minggu lagi pelepasan kutukan Rakha, jadi gue mau kalian secepatnya bawa anak itu ke sini." Pria yang memakai kaus hitam memberi instruksi sembari duduk di atas kursi besar. Kaki kanan ia silangkan di atas kaki kirinya. Sedangkan kedua tangannya yang kekar dan berurat bertumpu pada pegangan kursi, sesekali jari telunjuknya berketuk mengikuti jarum detik bergerak.

Hanya pria itu saja yang duduk di atas kursi dengan gagahnya bak model profesional, sementara sepuluh pria yang lainnya duduk di bawah dengan lutut yang ditumpukan di lantai.

Ah, tidak. Ditambah lagi satu orang pria yang baru saja muncul dari balik pintu dengan lagak congkak, ia berjalan menuju kursi yang berada di samping pria layaknya bos tadi.

Si bos hanya mengikuti pergerakan pria itu yang kini sudah menjatuhkan bokongnya di kursi. "Lu dari mana aja, Raf?" tanya si bos dengan angkuh.

Jika kalian masih ingat dengan nama Rafly; maka orang yang baru saja masuk dengan lagak sombong tadi adalah dirinya.

"Biasalah~" sahut Rafly seperti kebiasaan dirinya yang sudah diketahui orang itu.

"Kali ini dengan wanita yang mana?"

"Ssstt." Rafly mendesus, membuat pria yang bertanya bungkam seketika. "Sepertinya kebiasaan penasaran lu itu harus dihilangkan, sebelum orang yang lu tanya risi dan tak tahan ingin segera mengoyakkan bibir itu dengan beringas," sarkas Rafly dengan tatapan melesat tajam pada sang bos.

Kendatipun dari cara berbicara Rafly dengan orang itu tanpa sopan santun layaknya bos dengan anak buah. Faktanya, yang ketua di sini adalah pria yang sedang duduk di kursi besar itu. Bukanlah Rafly.

Merasa kedudukannya diambil alih, mata pria itu menyala seakan api berkobar dalam manik hitam legamnya.

"Hei! Stop-lah berlagak seperti lu yang jadi bos di sini! Apa lu mau leher lu itu gue penggal, hah?" Pria itu memperingati sinis, bahkan tangannya kini sudah terkepal erat, geram.

Rafly yang awalnya bertampang jemawa, dalam sesaat nyalinya melayang entah ke mana setelah mendengar kata penggal keluar dari mulut bosnya.

Karena untuk menetralkan kembali kondisi yang mulai menegangkan, ia pun terkekeh kecil-merasa tidak memiliki dosa. "Ampun, Ketua. Cuma bercanda."

"Nggak lucu, Bedebah!" Bentakan pria itu mampu membuat Rafly menundukkan kepalanya, bergidik ngeri seperti anak anjing yang sedang dimarahi sang majikan.

Pria itu bernama Bas Abrisam, pria yang telah membuat orang-orang segan kepadanya. Bahkan pria yang-kini menjadi anak buahnya-memiliki tubuh besar takluk padanya.

Entah sihir apa yang ia gunakan untuk menaklukkan semua orang yang berani menantangnya.

Sekali saja ada orang yang memiliki nyali untuk menatapnya dalam lima detik lamanya, maka akan dipastikan orang itu tidak akan bisa melihat matahari lagi esoknya.

Takdir Yang Tertulis [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang