Mulmed : Nia
Happy reading, and hope u enjoy!
***
SESUAI yang telah direncanakan. Karena Niko menyuruh Naswa secepatnya melakukan aksinya, jadi selama seminggu ini Naswa telah menghabiskan waktu untuk memata-matai siapa saja orang terdekat Liana yang sekiranya memiliki kebencian pada Liana.
Dia memang tidak terlalu bisa membaca bagaimana kondisi hati orang, tapi ketika seseorang memiliki rasa benci atau tidak suka. Dilihat melalui cara memandang dan ekspresinya saja dia bisa langsung tahu kalau orang tersebut ada dendam atau kemarahan tersendiri.
Tepat saat kemarin Naswa telah mendapatkan orang yang menyimpan kebencian pada Liana.
Nama gadis itu adalah Renata. Salah satu teman Liana yang sangat benci pada Liana.
Bukan karena alasan yang terlalu berlebihan. Hanya tentang kedudukan peringkat di kelas. Renata selalu menilai sikap ramah Liana pada guru dan tingkah aktifnya dalam masa belajar adalah sebuah cari perhatian agar bisa mendapat simpati dari guru-guru. Padahal Liana melakukan itu memang karena anaknya yang ceria dan proaktif dalam pelajaran.
Namun, apalah artinya jika sebuah fakta harus dijelaskan pada Renata jikalau gadis itu saja sudah mencap Liana sebagai saingan yang melakukan cara kotor untuk bisa menang.
Pagi ini, Naswa dan Renata telah bersepakat untuk ketemuan di sebuah warung yang jaraknya tak jauh dari sekolah.
Saat ini Renata tengah berduduk santai sembari memakan gorengan yang dia beli di warung—tempat pertemuan mereka—yang tampak sepi. Wajar saja. Pelayanannya buruk, walau makanannya terasa memanjakan lidah. Selain itu, penjualnya galak. Hanya orang-orang yang memiliki sifat sama dengan penjualnyalah yang mau beli di sana.
Renata contohnya.
Sudah memakan hampir satu jam-an lebih Renata menunggu. Sampai-sampai dia bosan dan terpaksa membeli gorengan—meski tadi sempat dibubuhi perdebatan antar dirinya dengan penjual sialan itu.
Renata melirik jam tangan yang sudah menunjukkan pukul 7 lewat 15 menit. Itu artinya lima menit lagi bel masuk akan berbunyi. Kaki Renata sudah bergoyang-goyang gelisah. Tepat saat kepalanya ia alihkan dari jam tangan. Di depannya kini sudah berdiri seorang wanita yang ber-style; jaket kulit hitam, wajah yang ditutupi dengan masker, serta mengenakan topi berwarna senada.
Dari penampilannya yang sok misterius, Renata bisa ambil kesimpulan kalau wanita itu adalah orang yang menemuinya kemarin.
Orang itu duduk di kursi yang berhadapan dengan Renata. "Sorry, gue telat," lontarnya tanpa ada rasa bersalah sedikit pun.
"Santai aja, Kak," balas Renata tenang—walau dalam hati jengkel—seraya mengelap sisa minyak di tangannya menggunakan serbet yang telah disediakan. "Jadi apa rencananya, Kak?" tanyanya tanpa basa-basi.
"Gue mau lu buat Liana jatuh dari tangga."
Sesaat Renata bungkam. Dia mulai berpikir dan terbayang segala cara yang bisa dia lakukan. "Dorong dari tangga doang?" tanyanya ragu-ragu, dia curiga selain ultimatum yang satu itu akan beranak lagi seperti soal matematika.
Naswa mengangguk.
"Gue ragu, sih, bisa ngelakuin itu atau nggak. Soalnya Liana nempel terus sama sahabatnya. But, it's okelah. Gue bakal coba," jelas Renata akan kesangsiannya, karena mengingat Liana yang selalu bersamaan dengan Nia atau tidak Liana selalu didampingi oleh temannya yang lain membuatnya ayal bisa menyelesaikan misi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Yang Tertulis [End]
Teen Fiction[Follow sebelum membaca, tidak akan membuatmu berubah menjadi Iron Man] Bagaimana reaksi kamu ketika ada seorang pria asing yang membangunkanmu di kamar milikmu sendiri? Kaget? Takut? Pastinya. Baik, mari kita naik level. Apa yang akan kamu lakukan...