29. Ungkapan

233 48 1
                                    

Happy reading, and hope u enjoy!

***

ANGIN yang sebelumnya hanya berembus lembut menerpa kulit Liana dan Rakha, entah kenapa kini kian berganti menjadi deru kencang yang menusuk lapisan luar kulit mereka.

Atmosfer yang tadinya sudah dingin, kini atmosfer sekitar makin bertambah sehingga membuat gadis itu makin kedinginan saja.

Ingin sekali Liana pergi dari tempat itu. Namun, ada satu hal yang harus dia pertanyakan pada pria di hadapannya.

Gadis itu bergerak sedikit ke samping. Melongok untuk melihat benda yang terjatuh tadi-yang disembunyikan pria itu di balik punggungnya.

"Mas, itu apaan, sih?" tanya gadis itu. Sesungguhnya ia tahu betul isi dari kotak berbentuk hati itu, tetapi dia hanya ingin memastikan, apakah Rakha akan memberitahunya atau mencari-cari alasan.

Rakha bungkam. Pikirannya saat ini sibuk memilih alasan yang tepat untuk ia lontarkan. Ini adalah hal yang serius. Ia tak bisa asal bicara saja. Karena mungkin nanti akan mengakibatkan kesalahpahaman.

"Mas?" panggil Liana yang membuat pria itu sedikit tersentak lantaran tersadar dari lamunannya. "Kok diam aja?" sambungnya.

Rakha pikir, ia tak bisa diam saja begini. Dirinya harus mengatakan sesuatu agar gadis itu tak berpikir macam-macam.

Pria itu menghela napas panjang. Ditatapnya lekat manik Liana. "Udah mulai dingin, kita pulang aja yuk," lontar Rakha akhirnya.

Bukan. Bukan itu jawaban yang Liana ingin dengar dari mulut pria itu. Kenapa Rakha malah mengalihkan topik? Oh, ayolah. Jangan katakan itu jika dirimu tak ingin membuat gadis itu salah paham. Justru apa yang engkau katakan telah membuat Liana jadi berpikir buruk tentangmu, Rakha.

Benar saja. Kini isi kepala gadis itu mengira-ngira, hal apa yang sebenarnya Rakha sembunyikan darinya. Dia berpikir segala kemungkinan-kemungkinan yang sebenarnya terjadi.

Tak ingin berprasangka buruk, tetapi semuanya terlintas begitu saja. Liana hendak menangkis semua pikiran buruk itu, tetapi jika melihat keadaan sekarang. Bukankah hal yang tak diingkan itu bisa saja terjadi?

Bukankah Rakha bisa saja sebenarnya memiliki kekasih, dan dia hanya dijadikan sebagai perantara untuk melancarkan kelakuan dia.

Mungkin, pria itu hanya memanfaatkannya.

Mungkin, benda itu sesungguhnya untuk kekasihnya.

Mungkin, mereka ingin melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius, tetapi karena Rakha yang ditakdirkan memiliki kutukan, dia diharuskan menghilangkan kutukan itu terlebih dahulu, lalu setelah kutukan itu hilang, maka pria itu membuangnya dan mereka bisa melanjutkan hubungan tanpa ada halangan lagi.

Bisa saja seperti itu, bukan?

Liana ingin membuang semua pikiran buruk itu. Namun, jika dilihat dari tingkah dan gerak-gerik Rakha, maka kemungkinan besar semua pikiran yang buruk adalah jawabannya.

Liana sedang kalut. Ia benar-benar frustrasi jika pria itu tidak memberikannya penjelasan. Kenapa pria itu tak memberikannya setitik penjelasan? Apa sebenarnya yang ia sembunyikan?

Tuhan ... kenapa jadi rumit seperti ini?

Bahkan gadis itu sebelumnya tak pernah berpikir bahwa Rakha akan mengkhianatinya seperti itu. Padahal gadis itu sudah benar-benar percaya pada Rakha. Dia tak ingin berpikir yang tidak-tidak dan segala pikirannya itu menjadi nyata. Itu sebabnya, gadis itu percaya pada Rakha dan mencoba berpikir positif.

Takdir Yang Tertulis [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang