[Follow sebelum membaca, tidak akan membuatmu berubah menjadi Iron Man]
Bagaimana reaksi kamu ketika ada seorang pria asing yang membangunkanmu di kamar milikmu sendiri?
Kaget? Takut? Pastinya.
Baik, mari kita naik level. Apa yang akan kamu lakukan...
Mari tinggalkan jejak berupa vote dan komen. Gomawo ....
Happy reading, and hope u enjoy!
***
SEPASANG insan yang sedang dilanda kejenuhan kini sedang rebahan di ranjang dan atensi mereka terhanyut dengan ponsel masing-masing.
Akhir-akhir ini Liana tidak memprotes Rakha yang sering tiduran di ranjang kesayangannya. Gadis itu memberi syarat kalau siang boleh sekadar tiduran di ranjang, tapi di malam hari jangan harap Rakha bisa naik ke atas ranjangnya itu. Karena dia takut ada setan yang menggoda mereka untuk melakukan hal aneh-aneh. Apalagi Rakha itu laki-laki, mana mungkin dia bisa membiarkan laki-laki normal sepertinya tidur bareng dengannya. Yang ada nanti Rakha diam-diam mengambil kesempatan pula. Kan berabe nanti urusannya.
Merasa kaku dengan otot-ototnya yang terlalu lama berdiam diri dengan posisi terlentang, Liana terduduk sambil merenggangkan badannya guna mengendurkan otot. Sekilas dia melirik Rakha yang masih fokus dengan ponselnya dalam posisi tangan kanan menopang dagu dan tangannya yang satu lagi memegang ponselnya.
Teramat gabutsekali dirinya itu sehingga sebuah ide keisengan terlintas di kepalanya. Liana curi-curi membuka kamera ponselnya dan mengambil kesempatan untuk memotret Rakha yang menurutnya tampak ganteng dari angle samping. Kalau dari depan Liana akui lelaki itu memiliki rupa manis dan enak untuk dipandang. Apalagi senyuman bulan sabitnya, manis kayak gula aren, eh! Kecerahan ponsel yang memantul dari bawah juga menambahkan sorot shadow di wajahnya yang elok.
Ckrek!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ah ... sial! Bagaimana bisa dirinya lupa untuk menonaktifkan dering ponselnya? Bodoh! Kenapa ceroboh banget, sih?! dumel gadis itu merutuki diri dalam benaknya.
Tentu saja suara yang ditimbulkan ponselnya membuat Rakha spontan menoleh ke arahnya dengan kedua alis yang terangkat sempurna sehingga terlihat garis samar di keningnya.
“Lu barusan foto gue?” Pertanyaan horor yang berhasil membuat bulu kuduk Liana merinding seketika.
Iya! Aku barusan foto kamu. “Enh, enggak! Tadi aku selfie, kok,” dusta Liana dengan suara lantang.
“Kalau memang enggak, kenapa harus disembunyiin, tuh, hp?”
Gobl*ok!
Sekali lagi, Liana melaknat dirinya. Dia benci gerakan refleksnya ketika tengah ketahuan melakukan suatu kesalahan.
Tangan yang memegang ponsel masih ia pertahankan disembunyikan di belakang badannya. Mimik wajahnya terlihat kicep seperti sedang mencari-cari alasan. Namun sayangnya, otak encernya itu entah kenapa mendadak membeku di saat kondisi yang sangat dia butuhkan. Walhasil gadis itu hanya membungkam dirinya tak berniat mengaku.