Happy reading, and hope u enjoy!
***
“NIA, kok aku ngerasa ada yang aneh, ya, sama mas Rakha.” Liana beringsut ikut menelungkupkan diri di samping sahabatnya yang sedang sibuk memainkan ponsel di ranjang.
Kedua mata yang masih terfokus pada ponsel, Nia menanggapi enteng, “Aneh gimana?”
“Aku rasa kayak ada yang ditutup-tutupi gitu sama mas Rakha. Nggak tahu, deh, kenapa.”
Nia mematikan dan menaruh ponselnya di samping bantal. Menoleh ke sahabatnya yang sedang diserang kebingungan. “Udah lu tanya dia ada masalah apa?”
“Udah, pas aku tanyain dianya malah mengalihkan topik. Kira-kira doi kenapa, ya?” Pandangan Liana mengambang ke langit-langit. Pikirannya terus memperkirakan apa yang sebenarnya terjadi dengan Rakha.
“Tadi dia pergi juga nggak ada bilang-bilang kan sama lu?” Nia mengingatkan kepergian Rakha yang tanpa berpamitan terlebih dahulu padanya.
Liana mengangguk sambil tersenyum kecut. “Hu'um, dia ada masalah apa, sih?” tanyanya gemas. Pengin dia tanya sekarang juga karena kepo, tapi dia yang tidak tahu di mana keberadaan lelaki itu sekarang malah membuatnya mengerang gregetan. Andai saja dia bisa memiliki kekuatan untuk membuka portal dunia mereka, maka sudah dipastikan dirinya akan bolak-balik ke dunia pria itu untuk menghibur diri dan mengelilingi dunia kembar tak seiras dengan dunianya.
Liana menenggelamkan wajah ke bantal. Berteriak sekencang-kencangnya, tapi karena tersumpal dengan bantal, Nia pun hanya mendengar suara jeritan yang tertahan. Ya, dia paham, sih, bagaimana perasaan sahabatnya sekarang ini—walaupun dirinya belum pernah merasakan secara langsung, tapi sebagai seorang wanita dia mampu memahami perasaan Liana yang dibuat gundah gulana karena pria.
Ingatan Liana tiba-tiba teringat lagi bahwa besok adalah hari pernikahan mereka. Dia mengangkat kepala dan kembali menatap hampa langit-langit. Mengingat besok adalah hari pernikahannya membuat Liana menarik napas panjang, lalu diembuskan secara kasar. Liana sangat menyayangkan jika Rakha memang benar-benar ada rahasia yang disembunyikan padanya. Karena menurutnya belum apa-apa Rakha sudah membuat dirinya berpikir yang tidak-tidak.
Sikap Rakha yang tertutup seperti ini membuat Liana jadi semrawut saja. Belum menikah saja Rakha sudah menunjukkan sikap tidak terbuka begini, bagaimana setelah menikah nanti? Sudah pasti dirinya akan terus berpikiran negatif karena terus-menerus harus menebak apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang dirahasiakan lelaki itu. Ditambah lagi dia adalah orang yang suka over thinking.
Agrh! Nggak tahu, ah!
Nia mengelus-elus kepala Liana untuk menenangkan sahabatnya yang tampak sangat frustrasi. “Udah, nggak usah stres gitu. Coba nanti kalau dia kemari lu tanyain lagi,” usulnya.
***
Rakha memasukkan sebuah bingkai foto keluarga ke dalam tasnya yang disusul dengan barang bunda berupa sapu tangan, kemudian gantungan kunci milik Rara, tak lupa dia juga memasukkan action figure karakter Nezuke kesayangan milik abangnya.
Rakha sengaja meminta barang-barang kesayangan milik keluarganya untuk dijadikan kenangan—kecuali barang kesayangan milik ayahnya karena sang ayah yang tak mau memberikan. Seusai itu, ia mengambil pakaian dan barang-barang yang sekiranya wajib untuk dibawa.
Setelah selesai, lelaki itu meraih tongkat yang ia sandarkan di tepi ranjang, lalu berdiri menggunakan tongkatnya sedikit kesusahan sambil menyandang ransel besar. Dia berjalan keluar, sebelum menutup pintu Rakha membalikkan badan melihat sebentar setiap sudut ruangan kamar yang mungkin akan ia rindukan nantinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/231754481-288-k254259.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Yang Tertulis [End]
Teen Fiction[Follow sebelum membaca, tidak akan membuatmu berubah menjadi Iron Man] Bagaimana reaksi kamu ketika ada seorang pria asing yang membangunkanmu di kamar milikmu sendiri? Kaget? Takut? Pastinya. Baik, mari kita naik level. Apa yang akan kamu lakukan...